Share

BAB 83.

“Kanisa, aku... Aku minta maaf,” ucap Tendero yang tengah sekarat dipangkuan Kanisa, pria itu menatap Kanisa dengan sendu, dia tersenyum kacil. Tangannya yang berlumur darah bergerak menyentuh pipi Kanisa lalu setelah itu Tendero pun menghembuskan nafas terakhirnya, seketika itu pula Kanisa langsung terbangun dari tidurnya dengan panik dan gelisah serta merasa takut akan mimpi yang baru saja dia alami.

Mimpi itu benar-benar berhasil menghantui Kanisa membuatnya jadi tidak bisa tenang.

“Itu hanya mimpi, tisak akan menjadi kenyataan,” sangkal Kanisa sembaring mengelap keringat di keningnya.

Meski berkali-kali Kanisa berusaha keras menyangkal mimpi itu tapi hatinya tetap merasa tidak tenang, gelisah dan takut bercampur menjadi satu.

“Apa yang harus aku lakukan untuk menghilangkan perasaan ini,” gerutu Kanisa menggigit jari kukunya. Dia terdiam berpikir untuk beberapa

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status