“Jon, suara itu mirip sekali dengan Rangga. Apa mungkin Rangga menikah lagi tanpa sepengetahuanku?”“Aah itu tidak mungkin. Kamu mungkin lagi kangen sama suamimu ha .. ha..”“Aku serius Joni. Kalau sampai benar itu dia, bisa tamat riwayatku.” Diana memijit pelipisnya. Rasa tak tenang mulai menyelimuti hati.“Tenanglah, aku pastikan bukan dia. Tidak mungkinlah suamimu menjadikan wanita miskin itu sainganmu. Kalaupun akan menikah lagi, dia pasti mencari yang lebih segalanya darimu. Percaya padaku.” Joni menggenggam jemari Diana dan mengecupnya mesra. Dia berusaha menenangkan perasaannya.Sementara Rania hanya bisa mematung. Dia tak bergerak dari posisi semula. Tak tahu apa yang bakal terjadi nanti. Rania juga heran, kenapa saat memerlukan pertolongan bukan ayah atau ibunya yang di ingat,tapi nama sang suami lah yang pertama di ingatnya. Entahlah, Rania juga tak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya. Dia telanjur nyaman dengan keberadaan sang suami dan membuatnya bergantung padanya.
“Oh, jadi kau lelaki bodoh itu, yang menjadi ATM Diana? Hei, ternyata kita sama-sama pernah mencicipi tubuh sexynya. Aku sangat menggilainya. Aku yakin kau juga ha ... ha ...”“Dasar baj*ng*n, aku bunuh kau!” Rangga kembali melayangkan tinjunya ke arah Joni. Pria itu menjadi bulan-bulanan Rangga. Sekuat apapun Alex menahannya, kekuatan sang boss melebihinya. Emosi sudah merasuk ke dalam dadanya hingga tak lagi berfikir panjang.“Apa-apa an ini! Hentikan!” suara seorang wanita yang tak asing bagi Rangga. Dia menghentikan pukulannya dan menatap ke arah suara. Sementara Diana berlari ke arah joni dan mencoba melindunginya dengan berdiri di hadapannya dan menatap tajam ke arah Rangga.Berani-beraninya ....” Diana sangat terkejut. Jantungnya terasa hampir lepas. Wajahnya pucat pasi. Dia begitu ketakutan seperti melihat hantu yang bergentayangan. “Kau .... ““Iya, ini aku!” Rangga tak terkejut lagi dengan kehadiran istrinya. Dia sudah mengira bahwa Diana pasti ada bersama selingkuhannya.“H
Rangga menarik lengan Diana dan memegang kasar dagu sang istri lalu berbicara persis di depan wajahnya. “Menurutmu aku harus pilih yang mana? Gadis yang masih segar, ranum dan masih perawan, atau seorang istri tak tahu diri yang mengobral tubuhnya kesana kemari, dan bisa dicicipi oleh lelaki manapun. Menjijikkan sekali. Bantu aku memilihnya, Diana!” Rangga mendorong tubuh Diana, tapi tak sampai terjatuh. hanya mundur beberapa langkah saja.Rangga merangkul Bahu Rania mesra, dan menatap kearah Joni, “Hey, Pria tak bermoral! Bantu Diana untuk memilihkan salah satu untukku. Aku yakin kalau penilaianmu obyektif, kau pasti akan .... ““Cukup Rangga!” Diana menutup telinga dengan kedua tangannya.“Jangan membentakku! Kau yang memaksaku untuk memilih, aku pastikan lebih memilih istri yang bisa menjaga harga diri dan lebih segalanya daripada kamu!”“Tapi dia tak secantik aku!”“Aku bisa membuatnya lebih cantik darimu!”“Aku pastikan kau akan menyesalinya Rangga!”“Apa yang aku sesalkan? Mem
Diana menghentikan langkahnya, lalu membalikkan badan dan menatap tajam ke arah Rangga. “Apa yang kau lakukan dengan putraku?!”“Aku tidak melakukan apapun. Tapi kesalahan yang dia perbuat, membuatnya tak berani bertemu denganku! Kau cari saja sendiri anakmu dan bawa dia kehadapanku!”“Rangga ...”“Cukup! Aku tak mau berdebat lagi. Ayo sayang, kita pergi! Alex, lepaskan pria itu. Aku tak membutuhkannya! Siapa tahu makannya banyak. Aku tak ingin anjing peliharaanku tak dapat jatah makan. Aku tak ingin pria itu menumpang hidup dari hartaku lagi!” Rangga berkata sambil berlalu meninggalkan mereka. Dia merasa puas sudah membalas perbuatan Diana. Tak perlu dengan cara kasar atau memukul. Cukup dengan kalimat yang menusuk sudah menjadi pelajaran yang berharga untuknya. Harga dirinya sudah anjlok hingga ke dalam tanah, terpendam dan tak bisa di ambil lagi.Joni mengepalkan tangannya. Dia sangat marah dengan kalimat yang di ucapkan Rangga. Dia merasa Rangga sudah menginjak harga dirinya.“Ku
“Lalu apa yang harus aku lakukan?”“Ayo kita cari Marchel, setelah ketemu, kembalilah pada suamimu dan minta maaflah. Aku yakin Rangga akan memaafkanmu seperti yang sudah-sudah.”“Entahlah, aku tidak yakin. Dia sudah tahu aku bersamamu.” Tatapan Diana menerawang jauh.“Aku yakin. Berikan dia pelayanan ranjangmu yang paling special. Dia bukan hanya akan memaafkanmu, tapi juga tak bisa lepas darimu. Laki-laki hanya butuh itu. Setelah mendapat kepuasan, pasti takkan bisa berpaling.”“Oke, aku akan coba idemu. Sekarang, ayo kita cari Marchel di rumah kakak angkatku. Dia dekat dengannya. Mungkin saja Marchel ada bersamanya.”“Ayo. “Tanpa menunggu waktu lama, mereka bergegas mencari anak kandungnya.*****“Aw, sakit.” Rania meringis kesakitan saat Rangga mengompres luka di sudut bibirnya dengan air hangat.“Hmm, tahan ya.”Rangga mengelus pipi sang istri untuk menenangkannya.Rania menatap sang suami kagum. Dia begitu perhatian. Tangan kekarnya menjelma menjadi lembut selembut usapan pada
“Beraninya mereka pulang ke rumah!” gemerutuk gerahamnya menahan amarah. Hampir saja langkahnya terayun mendekat, tapi sang istri menahannya.“Tuan, sabar. Tahan emosi.” Rania menyentuh lengan suaminya untuk menenangkannya.“Aku tidak bisa sabar Rania, kesalahan ibu dan anak itu benar-benar tak bisa dimaafkan. Apalagi Marchel, anak itu sudah membuatku malu.” Sorot matanya menatap tajam ke arah istri dan anaknya yang terlihat menurunkan koper.“Tolong dengar kata-kata saya. Kemarahan tak akan menyelesaikan masalah. Mungkin Marchel punya alasan sendiri yang ....”“Diam! Jangan mentang-mentang kamu mencintai Marchel hingga kamu selalu membelanya!” Rangga membentak Rania tanpa sengaja.“Maaf, saya tidak bermaksud membelanya, Tuan.”“Sudahlah! Aku tahu cara menghadapi mereka. Aku harus mendidik keras anakku! Dan jangan panggil aku Tuan di depan Diana! Terserah kau mau memanggilku apa, aku tak peduli!”Setelah mobil pergi, Rangga mengayunkan langkah ke arah istri dan anaknya. Marchel yang m
Tangan kokoh itu mengepal dan bergetar menahan amarah yang kian membuncah. Percuma perhatian dan rasa cinta terhadap putranya. Kini anak yang begitu dibanggakan, berani melawannya dan menganggap musuh.Hati seorang ayah mana yang tidak terluka jika harus mengalami kejadian ini. Rasa marah, kesal bercampur menjadi satu. Ingin segera melayangkan tinju kepada sang putra. Sekuat tenaga berusaha menahan tangan. Namun tanpa bisa di cegah tangan itu terayun dan melayangkan tinju dan mengenai pelipis sang putra.Bukk, seketika itu tubuh Marchel terjatuh. Bobot tubuhnya yang kecil tak mampu menahan kekuatan tangan kekar sang papah.“Marchel!” Diana berjongkok dan membantunya untuk berdiri. “kau tidak apa-apa, nak?” Diana menepuk pipi Marchel. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan putranya yang memejamkan mata. Diana takut jika sang putra kehilangan kesadaran. Berkali-kali Diana menepuk-nepuk pipinya, tapi tak jua membuka mata. Diana begitu cemas, lalu menatap ke arah Rangga yang masih mengepalkan
“Jawaban ini yang aku tunggu. Kau dan anakmu benar-benar telah membuatku malu. Kau keterlaluan Diana! tiga ratus juta yang aku berikan padamu sesuai permintaanmu, tapi tak mampu membayar sekolah putramu. Kau kemanakan uang sebanyak itu?! Sudahlah aku tidak mau kau ada di sini. Sekarang, pergilah dari hidupku Diana! Bawa serta anakmu!” Rangga menggandeng tangan Rania dan membawanya masuk ke dalam rumah. Namun belum sampai di batas pintu, langkah Rangga dan Rania dihadang oleh Diana.“Rangga, tolong beri aku kesempatan sekali lagi. Aku akan perbaiki semuanya. Aku mohon.”“Tidak ada kesempatan lagi! Pergilah!”“Rangga, tolong. Setidaknya ingatlah jasa ayahku yang cukup besar kepadamu! Dan ayahku juga sudah berinvestasi pada perusahaanmu, hingga kau bisa sesukses sekarang.”Rangga melepas genggaman tangan Rania. Dia lalu menunjuk ke arah Diana. “ Kau mau mengajakku untuk berhitung. Oke, dengar baik-baik. Kau bukan orang bodoh. Sudah aku jelaskan berkali-kali, aku sudah mengembalikannya in