“Beraninya mereka pulang ke rumah!” gemerutuk gerahamnya menahan amarah. Hampir saja langkahnya terayun mendekat, tapi sang istri menahannya.“Tuan, sabar. Tahan emosi.” Rania menyentuh lengan suaminya untuk menenangkannya.“Aku tidak bisa sabar Rania, kesalahan ibu dan anak itu benar-benar tak bisa dimaafkan. Apalagi Marchel, anak itu sudah membuatku malu.” Sorot matanya menatap tajam ke arah istri dan anaknya yang terlihat menurunkan koper.“Tolong dengar kata-kata saya. Kemarahan tak akan menyelesaikan masalah. Mungkin Marchel punya alasan sendiri yang ....”“Diam! Jangan mentang-mentang kamu mencintai Marchel hingga kamu selalu membelanya!” Rangga membentak Rania tanpa sengaja.“Maaf, saya tidak bermaksud membelanya, Tuan.”“Sudahlah! Aku tahu cara menghadapi mereka. Aku harus mendidik keras anakku! Dan jangan panggil aku Tuan di depan Diana! Terserah kau mau memanggilku apa, aku tak peduli!”Setelah mobil pergi, Rangga mengayunkan langkah ke arah istri dan anaknya. Marchel yang m
Tangan kokoh itu mengepal dan bergetar menahan amarah yang kian membuncah. Percuma perhatian dan rasa cinta terhadap putranya. Kini anak yang begitu dibanggakan, berani melawannya dan menganggap musuh.Hati seorang ayah mana yang tidak terluka jika harus mengalami kejadian ini. Rasa marah, kesal bercampur menjadi satu. Ingin segera melayangkan tinju kepada sang putra. Sekuat tenaga berusaha menahan tangan. Namun tanpa bisa di cegah tangan itu terayun dan melayangkan tinju dan mengenai pelipis sang putra.Bukk, seketika itu tubuh Marchel terjatuh. Bobot tubuhnya yang kecil tak mampu menahan kekuatan tangan kekar sang papah.“Marchel!” Diana berjongkok dan membantunya untuk berdiri. “kau tidak apa-apa, nak?” Diana menepuk pipi Marchel. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan putranya yang memejamkan mata. Diana takut jika sang putra kehilangan kesadaran. Berkali-kali Diana menepuk-nepuk pipinya, tapi tak jua membuka mata. Diana begitu cemas, lalu menatap ke arah Rangga yang masih mengepalkan
“Jawaban ini yang aku tunggu. Kau dan anakmu benar-benar telah membuatku malu. Kau keterlaluan Diana! tiga ratus juta yang aku berikan padamu sesuai permintaanmu, tapi tak mampu membayar sekolah putramu. Kau kemanakan uang sebanyak itu?! Sudahlah aku tidak mau kau ada di sini. Sekarang, pergilah dari hidupku Diana! Bawa serta anakmu!” Rangga menggandeng tangan Rania dan membawanya masuk ke dalam rumah. Namun belum sampai di batas pintu, langkah Rangga dan Rania dihadang oleh Diana.“Rangga, tolong beri aku kesempatan sekali lagi. Aku akan perbaiki semuanya. Aku mohon.”“Tidak ada kesempatan lagi! Pergilah!”“Rangga, tolong. Setidaknya ingatlah jasa ayahku yang cukup besar kepadamu! Dan ayahku juga sudah berinvestasi pada perusahaanmu, hingga kau bisa sesukses sekarang.”Rangga melepas genggaman tangan Rania. Dia lalu menunjuk ke arah Diana. “ Kau mau mengajakku untuk berhitung. Oke, dengar baik-baik. Kau bukan orang bodoh. Sudah aku jelaskan berkali-kali, aku sudah mengembalikannya in
“Baiklah. Kau akan aku beri kesempatan. Tapi ingat, kamarmu bukan yang dulu. Aku tidak ingin satu kamar lagi denganmu. Aku tak ingin kau mengganggu aktifitas ranjangku dengan istriku Rania. Ayo sayang.” Rangga menggandeng lengan Rania. Dia tak menoleh ke arah Diana. Pria itu sangat membenci istri pertamanya itu.Diana melengkungkan sudut bibirnya. Dia berjanji akan kembali menaklukan hati suaminya. “Dia milikku dan takkan aku biarkan menjadi milik orang lain. Gadis bodoh, tunggu pembalasnku. Aku akan membuat perhitungan denganmu. Aku akan membuat hidupmu menderita. Kau belum tahu sedang berhadapan dengan siapa. Aku akan menghancurkan hidupmu. Aku akan mengirimmu ke rumah bordil milik Mammi segera mungkin. Lihat saja pembalasku, kau akan menangis darah dan aku pastikan kau akan bunuh diri Rania.” Diana mengepalkan tangan. Dendam sudah merasuk kedalam aliran darahnya. Rasanya tak sabar melihat gadis itu merasakan penderitaan yang dialaminya bahkan lebih.*****Diana berjalan mondar mand
Diana mencoba mengatur nafas. Menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. Kali ini dia mulai bisa berfikir. Tak ada salahnya dia mencoba saran kekasihnya. Mungkin dengan cara itu suaminya bisa kembali ke pelukannya. Walau rasanya tak mungkin, tapi tak ada salahnya untuk mencoba.Diana membusungkan dadanya. Tersungging senyuman di bibir lalu berjalan melenggak lenggok dengan percaya diri. Dia melangkah kearah lemari pakaian. Malam ini dia akan mengenakan baju dinas di depan sang suami. Pilihannya jatuh kepada lingerie transparan berwarna merah menyala. Dia menatap ke arah cermin sembari menempelkan pakaian di badannya. Senyumnya mengembang. Rangga sangat suka saat dirinya memakai lingerie saat menghabiskan malam bersama. Suaminya selalu mengagumi kecantikan dan kesexian tubuhnya. Tak perlu dengan rayuan, hanya memakai pakaian yang bisa terlihat sisi bagian dalamnya sudah membuat suami mabuk kepayang.Ahh, Diana tiba-tiba rindu akan sentuhan suaminya. Perlakuannya sangat lembut dan me
“Aku takut, Tuan.” Jemari Rania saling meremas.“Kenapa?”“Nyonya Diana pasti takkan tinggal diam. Belum lagi Marchel, dia pasti sangat benci sekali padaku.”“Oh itu. Kamu tenang saja. Semua akan baik-baik saja, dan aku berjanji akan menjagamu dengan baik. Apa kau masih ingin Marchel kembali padamu?” Rangga bertanya dengan hati-hati.“Tidak.” Rania menggeleng cepat.“Lalu?”“Aku sedang membayangkan kalau nyonya Diana akan memberikan hukuman kepadaku tanpa sepengetahuanmu. Aku takut sekali.” Wajah Rania memucat.“Sst, kamu tenang saja. Aku berjanji akan selalu menjagamu dan akan memberimu penjaga khusus pada saat aku pergi.” Rangga mengecup puncak kepala sang istri mesra.Rania menghambur ke pelukan pria yang mulai di cintainya. “Berjanjilah padaku untuk tak pernah meninggalkanku walau sedetikpun.”“Hmm, berarti kalau aku ke kamar mandi, kamu juga ikut dong.” Rangga berbisik lirih di telinga sang istri.“Iih, jangan becanda.” Rania mencubit dada, pinggang, perut dan hampir seluruh tubu
Rania melepas lengan suaminya dan berlalu tanpa menjawab sepatah katapun. Hati wanita mana yang tak terluka melihat sang suami satu ranjang dengannya tapi perhatiannya kepada istri lainnya. Wanita mana yang sanggup untuk tidur seranjang bertiga. Naif sekali cara mereka berdua menyakitiku. Matanya mulai mengembun membuatnya segera berlari. Tak ingin mereka tahu kesedihannya. Hal itu hanya akan membuat mereka tertawa puas.Rangga mengibaskan lengannya dengan paksa hingga membuat cengkeraman Diana lepas. Wanita penggoda itu mengaduh manja dan memanggil nama Rangga dengan suara khasnya yang menggoda.Diana lalu memiringkan tubuhnya, berbaring dengan tangan menyangka dagunya. Pemandangan yang sangat indah dan menantang sebentar lagi akan terpampang di depan mata. Perselisihan di antara suami dan madunya itulah yang di tunggu. Kehancuran hubungan keduanya adalah keinginan terbesar dalam hidupnya. Diana mulai menghitung satu, dua dan tiga. Bibirnya menyunggingkan senyuman penuh arti.Rania
Rania menghapus airmata yang membasahi pipinya dengan tangannya. “Aku tidak tahu.” Jawabnya singkat.“Kalau kau tidak tahu, kenapa kau menangis? Kenapa kau terluka, hmm?” Rangga membelai pipi istrinya dengan punggung jemarinya.“Tuan tanya pada diri sendiri. Aku tidak tahu. Maaf aku mau tidur, ngantuk.” Rania menyingkirkan tubuh suaminya. Namun tubuh itu tak bergerak sedikitpun dan tetap menghalangi langkahnya.“Apa kau mencintaiku?” Rangga menangkup wajah istrinya dengan kedua tangannya.Rania melepasnya, “Jangan, mimpi. Aku hanya membalas jasamu. Tak ada alasan lain.”Rangga tersenyum. Gadis itu masih berusaha menyembunyikan perasaannya. Dia mengerti, memang tak mudah untuk mengungkapkan perasaan bagi seorang wanita. Rasa malu masih mendominasi perasaannya. Rangga akan sabar menanti hingga sang istri mau mengungkap perasaannya. Walau entah sampai kapan harus menunggu.“Baiklah, satu hal yang harus kamu. Cintaku tak akan berubah. Tak ada batasan untuk mencintaimu. Selamanya, seumur h