Share

224. Undangan makan malam

“Ibu … Ibu …,”

Selina menangis lagi. Posisinya yang awalnya berdiri kini bersimpuh dekat sekali dengan ombak hingga air laut perlahan menyapu kakinya lalu hingga pinggangnya. Dia sama sekali tidak khawatir ombak akan menyapunya. Pakaiannya sudah basah kuyup. Justru Dave yang mengamatinya dalam diam, sangat khawatir padanya.

“Sel, please jangan berbuat gila!”- gumam Dave dengan perasaan was-was. Dia tak tahan ingin mendekatinya tetapi langkahnya terhenti saat seorang perempuan mendekatinya.

“Bu Sel, ayo!” seru Winda yang gelagapan mencari teman yang punya kebiasan ghosting. Dia membantu Selina berdiri. “Bu Selina, minum obat belum? Aa Adam menelpon tapi ponsel Bu Selina ada di atas nakas, jadi aku yang angkat,”

Dave merasa lega melihat Winda dengan sigap membantu Selina. Selina terkadang rapuh saat sendirian. Itulah dirinya sesungguhnya. Dia senantiasa tampak ramah dengan senyuman tetapi nyatanya kepahitan dalam dirinya masih bersemayam.

“Um, maaf, aku jadi over thinking,” lirih Selin
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status