Share

229. Perasaan yang aneh

“Maaf, sepertinya saya tidak jadi, Pak Aqsa dan Pak Yana. Mohon maaf mengganggu waktunya. Baru saja ibu saya mengirim pesan katanya sudah membeli unit apartemen,” jawab Dave dengan apa adanya. Memang betul sang ibu membeli apartemen tetapi lokasinya jauh dari rumah sakit. Intinya, dia mencari alasan.

“Tidak apa-apa Dokter, santai saja,” jawab Aqsa dengan tersenyum tipis. Aqsa menghela nafas panjang. Lalu seketika pandangannya menyasar sekuntum bunga mawar putih yang mekar sempurna di halaman. Dia memetik tangkai bunga mawar tersebut dengan hati-hati lalu menghidu aromanya dalam-dalam.

‘I do love you Selina,’ batinnya. Dia pun menaruh kelopak bunga mawar tersebut di atas meja taman.

“Lagipula saya masih setengah hati juga menjual rumah ini,” desis Aqsa sedetik kemudian.

Pernyataan Aqsa berhasil mengobarkan api cemburu dalam dada Dave.

“Maaf, maksud Pak Aqsa bagaimana?”

Sakit, tetapi Dave penasaran ingin mendengar cerita kelanjutannya.

“Ini memang rumah saya, Dokter. Rumah impian yang s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status