Assalamualaikum, Jumat berkah, makasih lovely reader supportnya ...
Hari ini Selina libur mengajar, ia pergi jalan-jalan dengan mengayuh sepedanya sekedar membuang rasa penat yang bermukim di kepalanya. Tak sengaja ia melihat ada banyak bunga segar di depan sebuah florist yang baru grand opening. Matanya berbinar mirip kembang api, melihat bunga seperti melihat kekasih hati. Apalagi sedang diadakan diskon besar-besaran. Naluri wanitanya semakin tergugah.Selina yang senang dengan bunga mawar tentu saja mampir lalu menepikan sepedanya di tempat parkir. Ia betulkan celamis yang sedikit terlihat dan segera menurunkan gaunnya dengan cepat. Mungkin untuk sebagian orang akan terasa sulit mengayuh sepeda dengan mengenakan gamis tetapi bagi Selina hal itu sudah biasa. Ia selalu mengangkat gamisnya saat mulai menarik pedal sepeda.Seperti biasa beberapa netra langsung membidiknya saat ia menyeret kakinya menuju bunga yang terhampar indah di hadapannya. Kecantikannya menyatu dengan keindahan bunga mawar. Beberapa pemuda iseng menjepret fotonya tanpa izin.Sang
Selina kesal lantas meninggalkan ke dua lelaki itu yang kelihatan bersitegang. Ia tak jadi memesan bunga mawarnya. Beberapa pengunjung toko sampai heran melihat mereka bertiga. Sepertinya telah terjadi cinta segitiga, pikir mereka sembari bisik-bisik tetangga.Tanpa memperdulikan apapun, Selina menghentakan kakinya lalu berjalan menuju sepeda dan melaju mengayuh sepedanya dengan terburu-buru.“Selin!” seru ke duanya kompak; Aqsa dan Mahendra. Mereka saling lirik. Mereka ibarat dua pangeran yang ditinggal oleh seorang putri.“Kamu? Dokter itu,” gumam Aqsa dengan kesal. Rasa cemburu begitu saja menjalar dalam dirinya tanpa diminta.Mau apa dokter itu mendatangi Selina?Apakah Selina menolaknya lantas menerima dirinya?Ada banyak pertanyaan negatif yang mencuat di kepalanya.“Oh kamu, Aqsa, rupanya,” desis Mahendra yang juga berusaha menerka-nerka lelaki yang ada di sampingnya.Tampan.Kaya.Anak Mama.Batin Mahendra menilai penampilan Aqsa dari ujung kepala hingga ujung rambut. Sedikit
“Kenapa kamu gak temani Adam? Kamu tahu dia seperti apa? Nah ini udah kejadian,”Ustaz Bashor bicara begitu kencang. Rahangnya terlihat mengeras. Tak pernah ia semarah itu. Ummi Sarah saja yang mudah marah merasa tersentak padahal Ustaz Bashor bicara pada Arman bukan pada dirinya.Mendengar suara Ustaz Bashor Selina langsung berkeringat. Apa tak salah dengar abahnya semarah itu. Hatinya bertanya-tanya apa yang menyebabkannya semarah itu. Pasti ada masalah besar sekali. Amat besar, hingga ia tak mampu membayangkannya.“Aduh, Abah kenapa ya marah? Apa marah gara-gara aku? Apa karena pergi ke rumah Shiza waktu itu,”Selina bersenandika. Ia tak lantas memasuki ruang tamu, ia masih berdiri mematung di teras menyimak. Hobi Selina kadang menguping.“Maaf Ustaz,” lirih Arman dengan suara yang pelan. Ia seperti seekor lembu yang diterkam oleh leopard di hadapannya. Tak berkutik, merasa kecil dan jadi korban. Ia tak salah dan tak sepatutnya Ustaz Bashor menyalahkannya dengan apa yang terjadi. U
Zahrana bersiap-siap, memakai pakaian terbaiknya dan memakai parfum import yang begitu wangi. Bahkan wanginya menguar hingga jarak tiga meter. Ia sudah mendapatkan info bahwa Aqsa akan berkunjung ke rumahnya. Kini ia dan Shiza semakin dekat sehingga tak ayal jika mereka sering berkomunikasi via sambungan telepon. Kini Shiza ada di pihak Zahrana. Karena marah pada Adam membuatnya kesal pada Selina. Adam berbuat kasar pada kakaknya karena aduan Selina. Begitu cara berpikir Shiza yang moody.Terdengar pekik bunyi klakson mobil Aqsa di luar rumah. Dengan langkah mendugas Zahrana berjalan terburu-buru dan membukakan pintu garasi. Lalu ia melayangkan sebuah senyuman termanis di hadapan lelaki yang ia puja. Menyambutnya dengan penuh keramah tamahan.Aqsa pun membalas senyumannya tetapi senyum tipis.“Papamu ada?” ucapnya setelah mengucap salam. Ia berdiri di depan garasi dan tak berani masuk rumah, khawatir tak ada orang. Selain ingin membicarakan soal Selina, ia juga memiliki kepentingan bi
“Mas, seharusnya kalau Selina sudah tahu tentang perjodohan kita, ia tak mesti marah padaku. Aku bahkan sudah cerita sebelumnya pada dia. Aku minta pendapat padanya soal aku akan dijodohkan dengan seorang lelaki yang bahkan aku gak pernah lihat. Maaf Mas Aqsa, bukan bermaksud bagaimana. Sebelumnya memang aku gak tahu lelaki itu Mas.Sebagai seorang sahabat aku curhat pada Selina seperti biasa. Aku cerita segalanya. Bahkan aku ceritakan tentang Mas, um, jodohku yang kata Mama seorang pemuda tampan dan tajir. Eh, maaf, Mama seperti itu orangnya.Selina langsung menasehatiku agar menerima perjodohan itu. Tampan, baik dan kaya siapa yang nolak katanya, terima aja,” papar Zahrana dengan wajah sedih yang dibuat-buat.“Oh begitu,” ucap Aqsa merasa sedikit kecewa mendengar cerita Zahrana. Ternyata cara berpikir Selina mulai terlihat, ia tak ubahnya gadis lain yang menilai sosok calon suami itu dari fisik dan harta meskipun ia juga lahir dari keluarga berada. Namun Aqsa tetap mencintainya dan
Sebelum berangkat ke Jakarta semua guru yang didaulat menjadi guru pembimbing lomba tengah mengadakan technical meeting hari ini. Melakukan serangkaian persiapan dari mulai membekali putra-putri mereka dengan latihan extra dan menyiapkan mental sportif mereka dalam bertanding serta menyiapkan segala keperluan yang akan mereka perlukan selama di sana. Para guru yang tak ikut tetap membantu menyiapkan akomodasi seperti menyiapkan moda transportasi dan memesan hotel karena akan menginap beberapa hari di sana.Selina memperoleh tugas membimbing siswa dan siswi untuk perwakilan lomba pidato bahasa Indonesia dan deklamasi puisi sedangkan Zahrana membimbing siswa dan siswi untuk perwakilan lomba pidato bahasa Inggris. Hari itu pula untuk pertama kalinya Selina bersitatap dengan Zahrana semenjak acara perjodohan yang rumit itu. Mau tak mau mereka harus berhadapan. Zahrana terpaksa harus ke sekolah demi menjalankan amanatnya sebagai pembimbing yang ditunjuk langsung oleh kepala sekolah. Tentu,
Kisah cinta yang tak samaMendengar cerita Arman, mau tak mau Adam memutuskan untuk pulang ke pesantren. Ummi Sarah langsung menyambutnya dengan perasaan sedih, memeriksa seluruh inci tubuhnya apakah ada luka yang tak terlihat dan terlewat meskipun Adam sudah bercerita berkali-kali kalau ia sudah pergi ke dokter chek up. Perutnya pun baik-baik saja.Berbeda dengan Ummi Sarah, tanpa basa-basi Ustaz Bashor pun langsung memanggil Adam ke ruang baca. Di sana ia dinasehati dengan sedikit keras tetapi tidak seperti sebelumnya penuh emosi. Ummi Sarah hanya berdiri menyaksikan dua lelaki yang ia sayangi tengah mengobrol serius. Ia tak berani mengganggu mereka. Setelah percakapan mereka usai, terlihat Adam memeluk abahnya. Ia menyesali perbuatannya. Ustaz Bashor menyuruhnya untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Menyelesaikan sesuatu dengan emosi. Sempat berpikir sejenak Ustaz Bashor meminta Adam untuk meminta maaf pada Aqsa karena tingkahnya tetapi ia urungkan mengingat sikap Aqsa yang
“Sah!”Para saksi menjawab serempak.“Bagaimana? Sah? Saksi?” tanya penghulu lagi.“Sah,” jawab semua orang.Mahendra hanya menunduk dengan perasaan yang berkecamuk. Ia memang bersyukur pada akhirnya bisa melepas masa lajangnya. Namun ia juga sedih karena tak menikah dengan gadis pujaannya. Lebih sedih lagi saat tahu jika Selina menolak Aqsa. Ia sendiri mendengarnya langsung. Andai, malam itu ia tak pergi ke Pub.Lain dengan Mahendra, Alana malah diam tergugu. Ia tak merasa senang sama sekali dengan pernikahan itu. Wajahnya datar, tanpa ekspresi apapun.Alasannya, pertama, tentu saja menikah terpaksa karena peristiwa yang ia sendiri tak ingat malam itu. Ke dua ia melangkahi kakaknya yang sangat ia sayangi. Ketiga ia tak dinikahkan oleh ayahnya yang telah meninggal melainkan oleh wali hakim karena saudara ayahnya tak ada. Jauh dari pernikahan impian.Sementara itu Kiran dan Anisa tampak terharu melihat acara prosesi walimah yang sakral. Mereka masih belum rela jika Alana menikah dengan