"Aku tidak suka Mama membuat keributan di kantorku," ujar Arka pelan namun penuh penekanan. Terlihat sekali jika dia sedang marah dan tidak aula dengan sikap Maya."Mama datang ke kantor karena kamu tidak membalas pesan dari Mama. Kamu juga tidak mau mengangkat telfon Mama," ungkap Maya membela diri. "Tapi tidak dengan memaksa masuk ke tempat kerja aku." Arka menatap mamanya kesal. Satu jam yang lalu Maya menerobos masuk ke ruang kerja Arka. Sambil marah-marah Maya mengomeli putra tirinya itu. Sehingga membuat Arka malu karena menjadi bahan tontonan anak buah dan rekan-rekan kerjanya. Tanpa banyak bicara Arka langsung membawa ibu tirinya itu keluar dari kantor. Dan sekarang disinilah mereka, di ruang tamu rumah papanya. "Kalau Mama tidak memaksa masuk ke kantormu, kamu pasti tidak mau menemui Mama.""Mama tahu alasan," jawab Arka singkat. Mantan suami Aisyah ini memang pendiam dan irit bicara. "Memangnya apa salah Mama?" sungut Maya kesal. "Mama hanya,..." "Ma," sela Mahendra a
"Jangan bercanda kamu!" Aisyah meninggikan suaranya. "Kembalilah ke Jakarta dan jangan pernah kembali kesini!" sambungnya mengusir Andaru. Aisyah sudah tidak lagi bisa menahan emosinya. Ia benar-benar tak habis pikir dengan pria tampan di depannya itu. Sudah di maafkan masih saja mengusiknya, apa dipikir Aisyah tidak bisa marah?Shania dibuat kaget melihat sikap rekan kerjanya itu. Selama hampir dua tahun Shania mengenal Aisyah tidak pernah sekalipun melihatnya se-marah ini. "Ai, jangan kayak gitu! Kamu gak kasihan, dia jauh-jauh dari Jakarta hanya ingin bertemu denganmu." Shania menarik lengan Aisyah. "Ck, Kamu diam dulu," ujar Aisyah sambil melepaskan tangan Shania dari lengannya. "Gak papa, kamu boleh memaki dan mengumpat padaku. Aku pantas menerimanya," sahut Andaru masih dengan senyum yang tak lepas dari wajah tampannya. Aisyah menghembuskan nafas kasar, kesabarannya emosinya sudah mencapai ubun-ubun. Entah kenapa ia tidak bisa menghadapi laki-laki di depannya ini dengan ten
"Ai, kamu kenapa??" pekik Shania sambil menggedor pintu toilet "Lama banget di toilet? Apa kamu sakit?" sambungnya khawatir.Aisyah tiba-tiba izin ke kamar mandi saat menyambut tamu dari diknas dan perwakilan dari perusahaan kontruksi yang akan membangun sekolah menengah atas di lahan kosong depan sekolah mereka. Setelah hampir satu jam namun Aisyah belum juga kembali. Karena khawatir Shania menyusul untuk memastikan keadaan rekan kerjanya itu. "Aisyah, buka pintunya!""Iya sebentar," sahut Aisyah dari dalam kamar mandi. Jari tangannya saling meremas sambil mondar-mandir di dalam ruangan sempit itu. Tak ketinggalan wajah pucat dengan tangan dan kaki yang gemetaran. "Astaga apa yang harus aku lakukan?" gumamnya ketakutan. Waktu dua tahun belum cukup membuatnya siap untuk kembali berhadapan dengan Arkana Mahendda, mantan suaminya itu. Aisyah takut jika Arka akan kembali mengoyak kembali kehidupannya yang sudah tenang di kota kecil ini. Baru juga dua tahun, ia merasakan ketenangan s
Ting, Ting, Ting.. Bel sekolah berbunyi tepat pukul 12 siang. "Ok, pelajaran untuk hari ini cukup sampai di sini," ucap Aisyah mengakhiri pembelajaran untuk hari ini. "Untuk Zahira dan Reyhan jangan lupa pelajari soal-soal yang ibu kasih untuk latihan olympiade bulan depan." Sambungnya mengingatkan dua siswanya. "Baik Bu Ai," sahut siswa-siswi kompak. Sejak Aisyah mengajar di SD Kendalsari sudah lebih dari sepuluh piala dan mendali yang di dapatkan anak didiknya dari berbagai olympiade sains dan sastra. Aisyah tak segan mengeluarkan uang pribadinya untuk biaya pendaftaran dan membeli peralatan siswa-siswinya untuk mengikuti olympiade dan lomba-lomba karya sastra. Wanita berumur 24 tahun itu benar-benar mendedikasikan dirinya untuk mendukung siswa-siswinya dalam berbagai bidang.Kepala sekolah sangat bangga sekaligus salut dengan semangat Aisyah yang tanpa kenal lelah membuat sekolah Kendalsari yang dulunya sepi peminat sekarang menjadi sekolah favorit. Dan itu merupakan kebanggaan
Dengan penuh kekesalan Aisyah berjalan menyusuri jalan sendirian. Sesekali ia menghela nafas panjang sat kembali teringat sindiran pedas mantan suaminya beberapa menit yang lalu. Di selingkuhi? Apa Arka sudah hilang ingatan? Dia sendiri yang selingkuh bisa-bisa menyindir dirinya yang selingkuh, pikir Aisyah.Kedua tangan ibu guru itu mengepal kuat di kedua sisi tubuhnya sebagai pelampiasan emosi yang sudah terasa sampai di ubun-ubun. Di ujung jalan nampak seorang pria tampan berdiri sambil menendang krikil yang ada di sekitar kakinya. Pria itu adalah Andaru Pradipta Reksa. Ia sedang menunggu pujaan hatinya dengan sebatang coklat di tangan kanannyaSebuah senyum terbit dari wajah tampan Andaru saat ia mendongakkan kepalanya, nampak Aisyah berjalan dari arah berlawanan. Hatinya langsung berbunga-bunga setelah melihat wanita yang sudah sangat di rindukannya dari seminggu yang lalu itu berjalan ke arahnya. Namun senyum itu segera sirna ketika Andaru menyadari jika wajah cantik itu nampa
Sudah hampir lima menit tapi Aisyah masih belum juga menyambut uluran tangan Andaru. Matanya menatap dalam pada mata tajam milik Andaru. Ada rasa ragu yang masih mengganjal di hatinya untuk menerima ajakan pertemanan dari pria yang secara tidak langsung menjadi penyebab kekacauan di hidupnya dua tahun lalu. "Apakah menjadi temanmu aku juga tidak pantas?" tanya Andaru masih dengan mengulurkan tangannya. Ia tidak akan menyerah, jika kali ini Aisyah menolak ia akan mencoba besok dan besoknya lagi. Aisyah menghela nafas sepenuh dada, tatapan matanya beralih pada tangan Andaru. 'Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Siapalah aku, hingga pantas menilai ketulusan orang.' Suara hati Aisyah. "Baiklah." Aisyah menjabat tangan Andaru. "Dengan satu syarat,""Apa?" sahut Andaru cepat dengan wajah berbinar. "Jangan lagi mengatakan kamu tidak pantas, karena kita sama. Aku juga memiliki banyak dosa." "Siap laksanakan!" Andaru meletakkan telapak tangannya di keningnya. "Kalau kamu ingin
Aisyah baru selesai sholat magrib ketika terdengar pintu pagar besi rumahnya berbunyi. Teng... Teng... Teng.... Dengan kening yang berkerut Aisyah mengintip dari balik tirai jendela ruang tamu. Nampak sesosok pria yang tidak terlalu jelas wajahnya dikarenakan suasana yang gelap. Sore tadi Aisyah lupa untuk menyalakan lampu teras rumahnya. "Siapa sih yang datang magrib-magrib begini? Gak ada mengucap salam, orang apa bukan ya?" gumam Aisyah menyalakan lampu teras lantas membuka pintu rumah. Matanya menyipit, "Mas Arka?" ucapnya memastikan jika penglihatannya tidak salah. "Ya, buka pintunya!" suruh Arka dengan wajah dingin dan rahang mengeras. Aisyah tak bergerak, dari wajah Arka terlihat jika kedatangannya tidak dengan disertai niat baik. Ada firasat buruk muncul di hatinya setelah melihat wajah dingin dan tak bersahabat dari mantan suaminya itu sehingga membuat Aisyah ragu untuk membuka pintu pagar rumahnya. "Aku bilang buka pintunya!" sentak Arka dengan wajah garang yang sonta
Setelah kedatangan Arka ke rumah Aisyah, kini ibu guru cantik itu berusaha untuk meminimalisir pertemuannya dengan mantan suaminya itu. Setiap kali mereka hampir bertemu Aisyah akan langsung menghindar dan berbalik arah.Aisyah juga akan langsung menolak jika di mintai tolong untuk mengantar makan siang atau dokumen ke tempat proyek dimana Arka bekerja. Seperti siang ini, Aisyah kemabli menolak ketika Kepala sekolah memintanya untuk mengantarkan undangan tasyakuran untuk Arka dan anak buah pria itu. "Maaf Pak, kalau saya minta orang lain saja yang mengantar boleh kan Pak? Pekerjaan saya banyak dan sudah menumpuk sejak kemarin," tolak Aisyah dengan menawarkan solusi lain. "Bu Shania mungkin bisa atau Bu Mila," sambungnya mengulurkan tangan meminta undangan yang di bawa oleh kepala sekolah. "Iya gak papa. Yang penting ada yang mengantar," jawab kepala sekolah lalu menyerahkan beberapa undangan yang di bawanya. "Terima kasih."Setelah kepala sekolah pergi, Aisyah masuk ke dalam kelasn