Share

Talak Tiga

"Apa yang kamu katakan?"

Kini, Bara terlihat menatap wajah Diana yang begitu marah kepada dirinya. Bara baru saja menggaulinya, Bara baru saja memberikan kenikmatan kepada istrinya tersebut.

Diana bahkan berkali-kali mengerang karena nikmat yang diberikan oleh Bara, Diana bahkan berkali-kali terlihat memuji keperkasaan suaminya itu.

Namun, kini Diana meminta cerai dari Bara. Bahkan belum ada lima menit mereka menyelesaikan pergumulan panas di antara mereka berdua.

"Coba katakan sekali lagi, apa yang kamu inginkan, hem?" tanya Bara seraya membalas tatapan penuh kebencian dari Diana.

"Aku minta cerai, Mas!" teriak Diana.

Bara tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Diana, wanita yang sudah menjadi istrinya itu dulu begitu bersikukuh ingin menikah dengannya. Selain berkata jika Diana begitu mencintai dirinya, Diana juga berkata begitu menyayangi kelima anak-anaknya.

Walaupun ayah Diana, Bagas melarang mereka untuk menikah, Diana tetap memperjuangkan restu dari ayahnya.

Namun, baru saja mereka selesai memadu kasih, Diana malah meminta cerai kepada dirinya. Padahal, dia hanya mengutarakan apa yang dia inginkan saja.

"Cerai? apa kamu sadar dengan apa yang kamu minta, Diana?" tanya Bara dengan tatapan penuh amarah di matanya.

Dia merasa terhina ketika Diana meminta cerai darinya, dia adalah orang terpandang. Dia adalah orang terkaya di kampungnya, harga dirinya seakan jatuh dengan permintaan dari Diana yang dirasa begitu cepat.

Diana langsung menganggukkan kepalanya tanpa ragu, dia benar-benar ingin bercerai dari pria yang baru saja menggagahi dirinya itu.

"Tentu saja aku sadar dengan apa yang aku minta, Mas. Aku tidak mau hanya dijadikan pemuas napsumu saja, aku ingin rumah tangga dengan baik di jalan Tuhan!" jawab Diana tidak kalah emosi dari Bara.

Bara yang kesal langsung menarik selimut yang Diana pakai untuk menutupi tubuh polosnya, lalu dia melemparkannya secara sembarang.

Diana berusaha untuk menutup tubuhnya dengan bantal, tapi Bara dengan cepat menarik bantal itu dan mendorong tubuh Diana sampai terjatuh di atas tempat tidur.

Kelembutan yang baru saja Bara berikan berganti dengan hal yang kasar, karena pria itu merasa benar-benar kesal terhadap Diana.

Diana merasa ketakutan dengan perlakuan suaminya yang seperti itu, tetapi dia berusaha untuk menutupi rasa takutnya itu karena tidak ingin ditindas oleh suaminya.

Melihat Diana yang berani menatap dirinya, hal itu membuat Bara merasa sangat marah kepada istrinya tersebut. Pria itu dengan cepat berkata.

"Dengar wanita bodoh, bukankah aku dari awal sudah mengatakan jika aku mengajak kamu menikah denganku untuk menjadi Ibu dari anak-anakku?" tanya Bara seraya mencekik leher Diana.

Mendengar akan hal itu, Diana jadi teringat kala

Bara melamar dirinya. Bahkan kata-kata Bara kembali terngiang-ngiang di telinganya.

'Menikahlah denganku, Diana. Jadilah ibu dari anak-anakku, kamu bisa bersenang-senang setelah kita menikah. Karena aku tidak akan membatasi diri kamu, kamu boleh menggunakan hartaku untuk apa yang kamu inginkan.'

Diana benar-benar tidak sadar dengan kata-kata menjadi ibu dari anak-anakku, Diana menyangka jika dia akan diajak berumah tangga layaknya seperti wanita yang lainnya.

Wanita yang dijadikan istri sekaligus dijadikan ibu dari keturunan yang dia lahirkan dari dalam rahimnya sendiri, wanita yang diperlakukan seperti ratu di dalam kehidupan rumah tangga mereka.

"Kenapa malah diam, bodoh!" teriak Bara kala melihat Diana yang malah melamun di sela rasa sakitnya.

"Lepaskan, Mas! Ini sangat sakit," teriak Diana seraya berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan Bara di lehernya.

Jika Bara terus saja mencekik lehernya, Diana bisa saja mati saat itu juga. Dia tidak ingin mati di malam pertamanya menjadi seorang Istri.

Jika bisa, justru Diana ingin segera pergi dari sana. Dia ingin segera terbebas dari lelaki yang dia rasa sangat aneh dalam berkelakuan dan dalam permintaannya.

Bara terlihat begitu kesal, dia tidak menyangka jika Diana akan langsung meminta cerai kepada dirinya. Padahal, semenjak dia mengenal Diana, wanita itu terlihat begitu lembut, Bara tidak pernah mendengar Diana marah atau berkata dengan nada kasar.

"Baiklah, akan aku lepaskan. Tapi, kamu tidak boleh membangkang sebagai seorang istri." Bara melepaskan cengkraman tangannya pada leher

Diana.

Diana beringsut, dia duduk seraya memeluk bantal agar menutupi tubuhnya. Rasa sakit pada area intinya dia abaikan, karena saat ini dia hanya ingin meminta kejelasan dari lelaki yang baru saja menikahinya itu.

"Tolong jelaskan dengan apa yang kamu bisikkan tadi di telingaku, Mas," pinta Diana.

Diana benar-benar tidak paham dengan apa yang dibisikkan oleh Bara, lebih tepatnya dia tidak paham dengan apa yang dipikirkan oleh Bara. Bisa-bisanya pria itu mengatakan hal seperti itu kepada dirinya, hal yang membuat dirinya murka dalam sesaat.

"Aku hanya ingin menjadikan kamu sebagai ibu dari anak-anakku, aku hanya ingin menjadikan kamu teman tidurku. Aku tidak mau memiliki anak dari kamu," jelas Bara.

Bahkan, sebelum mereka bercinta, Bara memberikan obat kb kepada Dia a. Hal itu sengaja dia lakukan agar wanita yang sudah menjadi istrinya itu tidak hamil setelah bercinta dengannya.

"Maksud kamu bagaimana, Mas? Tentu saja aku mau menjadi ibu dari anak-anak kamu, tapi bukan berarti aku tidak mau memiliki anak dari kamu, Mas!" teriak Diana lagi.

"Apakah masih kurang jelas, Diana? Lakukanlah operasi steril, karena aku tidak ingin memiliki anak dari kamu. Aku yakin kita akan bahagia tanpa kamu harus melahirkan, lagi pula melahirkan itu hanya akan membuat tubuh kamu menjadi jelek."

Bara sengaja mengatakan hal itu, agar Dia a mau menuruti apa yang dia inginkan. Karena walau bagaimanapun juga, dia membutuhkan Diana untuk bisa bercinta dalam setiap waktu yang dia inginkan.

Dia tidak akan rela jika Diana akan benar-benar meninggalkan dirinya karena sebuah kata, Cerai. Dia butuh Diana untuk memuaskan hasratnya, dia butuh Diana untuk menjadi sosok ibu bagi anak-anaknya.

Diana benar-benar tidak menyangka jika Bara meminta dirinya untuk melakukan operasi steril, Bara berkata jika pria itu tidak ingin memiliki keturunan dari Diana.

Bara sudah memiliki 5 anak, baginya 5 anak sudah sangat cukup. Jadi, Diana tidak perlu melahirkan putra ataupun putri untuk dirinya.

Diana hanya cukup memuaskan dirinya di atas ranjang, lalu Dia a menjalankan tugasnya sebagai seorang ibu dari kelima anaknya.

"Tapi, Mas. Rumah tangga macam apa yang akan kita jalankan jika aku sudah melakukan operasi sterilisasi? Padahal aku belum pernah melahirkan," ucap Dia a dengan nada mulai melemah.

"Kamu sangat konyol Diana. Dari awal aku berkata jika kamu hanya akan menjadi ibu dari anak-anakku, kita berumah tangga bukan untuk memproduksi anak. Karena aku sudah memiliki 5 anak, paham?"

Diana menatap nanar ke arah Bara, dia benar-benar tidak paham dengan apa yang Bara pikirkan. Dengan mudahnya Bara mengatakan hal itu.

Padahal jika jodoh mereka tidak bertahan lama, bagaimana dengan nasib pernikahannya dengan pria lainnya kalau dia sudah melakukan operasi steril, pikirnya.

"Tidak, Mas. Aku tidak paham dengan jalan pemikiran kamu, sekarang yang aku inginkan hanyalah bercerai dengan kamu. Aku tidak ingin mempertahankan pernikahan dengan pria yang hanya mementingkan keinginannya saja."

Diana hanyalah manusia biasa, dia ingin memiliki rumah tangga yang bahagia. Dia ingin memiliki anak dari Bara, suaminya.

Dia tidak mau jika hanya dijadikan sebagai ibu sambung dari anak-anak Bara tanpa memikirkan keturunan yang terlahir dari dalam rahimnya, dia juga tidak mau jika hanya dijadikan mainan Bara ketika suaminya menginginkannya di atas ranjang.

"Mas, aku mau bertanya kepada kamu." Diana menyandarkan tubuhnya pada sandaran tempat tidur, dia berusaha untuk lebih rileks.

"Tanyakanlah, Diana!" tantang Bara.

"Apakah kamu mencintai aku, Mas?" tanya Diana dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

"Tidak, Diana. Aku tidak mencintai kamu, aku menikahi kamu karena aku seorang pria normal. Aku membutuhkan wanita untuk melampiaskan hasratku, aku butuh sosok ibu untuk anak-anakku."

"Apa, Mas? Jadi aku--"

"Aku hanya mencintai almarhumah istriku," jelas Bara memangkas ucapan dari Diana.

Diana langsung menangis sesenggukan mendengar ucapan dari suaminya, sungguh Diana tidak menyangka jika Bara menikahi dirinya tanpa rasa cinta sedikit pun.

Diana benar-benar merasa kecewa mendengar penuturan dari Bara lewat bisikan yang dia sampaikan, dia kecewa dengan apa yang Bara utarakan secara langsung.

"Dengarkan aku baik-baik, Diana. Jika kamu ingin tetap berumah tangga denganku, jangan pernah kamu bermimpi untuk melahirkan anakku. Jika kamu ingin bercerai denganku, akan aku kabulkan. Namun, jangan pernah berharap kamu akan bahagia setelah berpisah denganku!"

Diana terlihat menggelengkan kepalanya dengan air mata yang menetes di kedua pipinya, rasa sakit setelah Bara memerawani dirinya seakan tidak terasa, karena hatinya terasa lebih sakit dan juga perih.

"Kamu sangat tega, Mas!" ucap Diana lirih.

"Kamu yang tidak tahu diri, Diana. Kamu itu sudah beruntung mendapatkan pria kaya seperti aku, kamu tinggal berbahagia dengan limpahan harta yang akan aku berikan kepada kamu. Bukan meminta cerai," ucap Bara dengan senyum meledek di bibirnya.

"Aku tetap minta bercerai, Mas. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini," ucap Diana mantap.

"Terserah, jika memang itu mau kamu. Benahi baju kamu, pergi sekarang juga dari sini. Aku talak tiga kamu saat ini juga!" teriak Bara dengan lantang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status