Share

Flash Back

Satu tahun yang lalu.

"Mas, ini sangat sakit. Perutku sakit sekali, aku tidak tahan lagi." Dina terlihat mengelusi perutnya dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya terlihat mengelusi punggungnya.

Dia terlihat meringis menahan rasa sakit yang terus-terusan datang menghampiri, Bara yang berada di samping istrinya terlihat mengelus lembut punggung istrinya tersebut.

Dia juga terlihat mengecup kening istrinya dengan penuh kasih, Bara merasa begitu kasihan ketika melihat istrinya kesakitan.

"Ya Tuhan, ini adalah hari di mana aku akan melahirkan anak ke lima. Kenapa terasa seakan melahirkan untuk yang pertama? Sakit, Mas."

Kembali Dina meringis karena merasakan kontraksi yang begitu hebat, Bara benar-benar merasa tidak tega dibuatnya.

Jika saja bisa, Bara ingin menggantikan rasa sakit untuk istrinya tersebut. Sayangnya, tidak bisa. Karena hanya perempuan yang bisa melahirkan, hanya perempuan yang ditakdirkan untuk memberikan sang buah hati untuk pasangannya.

Mata Bara sudah terlihat berkaca-kaca, wanita yang begitu dia cintai itu terlihat begitu tersiksa. Cinta pertamanya kini sedang berjuang untuk melahirkan anak kelima untuk dirinya.

"Sabar ya, Sayang. Dari awal juga sudah kukatakan, kamu tidak usah hamil lagi. Kamu tidak usah melahirkan lagi, setiap kali kamu melahirkan kamu selalu kesakitan. Aku tidak tega," ucap Bara.

Bara dan juga Dina sudah memiliki empat buah hati, semuanya berjenis kelamin perempuan. Dina sangat ingin memberikan keturunan berjenis kelamin lelaki kepada Bara, maka dari itu dia sengaja melakukan proses kehamilan kembali.

Dia ingin melahirkan pewaris untuk suaminya, dia ingin memberikan keturunan berjenis kelamin laki-laki untuk suaminya tersebut. Walaupun suaminya berkata jika dia tetap akan mencintai Dina, jika Dina tidak melahirkan anak lelaki, tapi tetap saja dia merasa was-was.

Dia takut Bara akan berselingkuh dengan wanita lain demi mendapatkan anak laki-laki, Dina tidak ingin hal itu terjadi.

Sepasang suami istri itu kini sedang berada di dalam ruang persalinan, seharusnya Dina sudah melahirkan. Karena dia sudah terus-menerus mengalami kontraksi.

Namun, entah kenapa proses persalinan anak kelima ini begitu sulit. Bahkan, dia kini terlihat sesak napas. Bara terlihat panik dan gelisah.

"Dokter! Tolong istri saya, Dok!" teriak Bara.

Bara sudah tidak peduli dia berada di mana saat ini, yang dia inginkan hanyalah istrinya segera mendapatkan pertolongan.

Dia tidak peduli jika dirinya menjadi pusat perhatian karena menimbulkan keributan, dia terus saja berteriak seperti orang gila.

"Dokter! Tolong istri saya," teriak Bara kembali.

Satu orang dokter obgyn, dua bidan dan dua orang perawat terlihat masuk ke dalam ruangan bersalin tersebut.

Suster terlihat memasangkan selang oksigen untuk membantu pernapasan dari Dina, Dina langsung diberikan perawatan yang terbaik oleh mereka sesuai tugas masing-masing.

Tidak lama kemudian Dina nampak bisa bernapas dengan stabil, Bara merasa lega. Dia bahkan terlihat mengusap dadanya berkali-kali.

Dia mengucap rasa syukur yang begitu membuat hatinya tenang, air matanya yang bercucuran sejak tadi dia usap dengan ujung kemejanya.

Dia merasa bahagia ketika melihat senyum kembali mengembang di bibir istrinya, itu artinya keadaan istrinya kembali membaik. Walaupun memang dia melihat jika wajah istrinya begitu pucat.

"Jangan menangis, aku baik-baik saja." Dina berusaha untuk tersenyum ke arah Bara.

Dia sangat tahu jika suaminya itu kini sedang panik, padahal yang Dina inginkan saat ini adalah melihat suaminya bisa bersikap lebih tegar.

Berkali-kali Dina terlihat menenangkan hati Bara, berkali-kali Dina membesarkan hati suaminya tersebut.

Bukannya Bara yang menyemangati istrinya, tapi malah Bara yang menangis. Dia malah tidak bisa mengontrol emosinya, berbeda dengan Dina yang terlihat lebih tenang.

Di a terlihat menghela napas panjang lalu mengeluarkannya dengan perlahan, dia berusaha untuk menenangkan dirinya.

Walaupun sesekali dia terlihat meringis, tapi tetap dia tahan. Dia tidak pernah berteriak ataupun merengek kepada Bara, dia juga tidak menggigit atau mencakar seperti cerita dalam serial drama tv.

"Ini sudah lengkap pembukaannya, Nyonya. Bersiaplah untuk mengejan," ucap dokter setelah memeriksa kembali area inti Dina.

Di a terlihat menganggukkan kepalanya, sedangkan Bara terlihat menghampiri istrinya lalu menggenggam tangan istrinya dengan begitu erat.

Bahkan, dia terlihat mengusap puncak kepala istrinya dengan begitu lembut. Lalu, dia membisikan kata-kata cinta di telinga istrinya. Dia yakin dengan seperti itu istrinya akan bisa cepat melahirkan dengan semangat.

Di a terlihat berkali-kali mengejan agar bisa melahirkan anak ke lima mereka, dia terlihat begitu bersemangat walaupun tenaganya tidak banyak.

"Alhamdulillah, anaknya lelaki Bu." Dokter terlihat memberikan bayi yang masih berlumuran dengan darah itu kepada suster.

Hal itu dilakukan karena dokter masih harus mengeluarkan ari-ari dari perut sang ibu, perut ibu yang baru saja melahirkan juga perlu dibersihkan.

Dengan senang hati suster terlihat membersihkan bayi yang berlumuran darah itu, lalu setelah putra dari Dina dan juga Bara terlihat bersih, suster terlihat hendak memberikan baby boy tersebut kepada Dina untuk mendapatkan ASI pertamanya.

Sayangnya, sebelum baby boy itu mendapatkan ASI pertamanya, Dina tiba-tiba saja mengalami sesak napas. Dia bahkan tiba-tiba saja mengalami pendarahan yang begitu hebat, Bara terlihat panik.

Dia berteriak-teriak memanggil nama istrinya, dokter yang tidak bisa berkonsentrasi di dalam bekerja berusaha untuk menenangkan Bara.

"Tolong kerja samanya, Pak. Kami tidak bisa berkonsentrasi jika Bapak terus berteriak seperti itu," ucap Dokter.

Bukannya menuruti apa yang dikatakan oleh dokter, Bara malah terlihat mengguncang-guncang tubuh istrinya yang kini terlihat semakin melemah.

Hal itu membuat dokter, suster dan juga bidan yang ada di sana merasa geram dengan sikap egois Bara. Mereka paham jika Bara begitu mencintai istrinya, tapi tidak begitu caranya.

Karena dengan Bara yang bersikap seperti itu, justru akan memperlambat dokter yang akan memberikan tindakan kepada Dina.

"Bagaimana saya bisa tenang, jika saya harus melihat keadaan istri saya yang seperti ini?" seru Bara.

Bara kembali berteriak-teriak memanggil nama istrinya, bahkan dia memaki orang-orang yang ada di sana. Karena dia menganggap semua orang yang ada di sana tidak becus menangani istrinya, tidak lama kemudian genggaman tangan Dina terlihat terlepas.

Bara yang melihat akan hal itu kembali berteriak dengan histeris, melihat akan reaksi dari Bara, akhirnya dokter yang berada di sana meminta suster untuk memberikan suntikan penenang kepada Bara.

Karena reaksi dari Bara benar-benar mengganggu konsentrasi dari para dokter, hal itu menyebabkan dokter tidak bisa menangani Dina dengan cepat.

"Sialan! Dasar Dokter sialan! Aku hanya ingin melihat istriku, kenapa kalian melakukan hal ini kepadaku?" teriak Bara ketika dia merasakan suntikan pada salah satu area tubuhnya.

"Maafkan kami, Pak. Kami terpaksa melakukan hal ini," ucap Dokter.

Tidak lama kemudian Bara terlihat tidak sadarkan diri, dengan seperti itu dokter langsung berusaha untuk menyelamatkan Dina.

Sayangnya Tuhan berkehendak lain, Tuhan lebih menyayangi Dina. Hal itu menyebabkan bayi mungil yang baru saja Dina lahirkan kini menjadi anak piatu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status