"Pak ada apa?!" tanya Ibu Sarah yang ikut resah melihat sang suami.Pria tua itu tampak tak tenang sejak pulang dari rumah menantunya. Sambil menyurai rambutnya dengan tangan kasar pria menatap malas ke arah sang istri. "Menurutmu, apa mungkin Sarah bunuh diri?!" tanya Wahono. “Kenapa Bapak mengatakan itu?” Sang istri merasa heran. Dari mana Wahono mendapatkan pemikiran itu. Heran. Dia sangat mengenal Sarah. “Itu tidak mungkin. Anak itu sangat bersemangat menjalani hidupnya.“Kurang ajar anak itu! Istri sedang hamil malah dia main sama mantannya!” dengkus Wahono. Pantas jika Sarah marah dan terus muncul di sekitar mereka. Itu karena arwahnya tak tenang sebab jadi korban pengkhianatan dan bunuh diri. Setidaknya itu yang ia pikirkan.Setelah melihat sendiri, kalau Affan mengenal wanita cantik selain Sarah, dan bahkan bisa berpelukan seperti tadi, pikirannya ke mana-mana. Ia jadi menghubungkan keberadaan wanita lain di sekitar Affan sebagai sebab kematian putrinya. “Mantan? Bapak tahu
“Tolong segera datang ke rumah sakit ya, Pak. Mohon maaf kami menemukan keluarga Bapak meninggal di kamarnya.”“Siapa? Angel?” pikir Affan. Karena dia adalah anaknya. Tapi, mana mungkin nama Affan ditulis sebagai ayah kandung Angel. “Tunggu, kalau begitu siapa?”Tak membuang waktu, pria itu pun bergegas pergi seperti yang petugas tadi minta. Meninggalkan Prapto yang terbengong –bengong melihat kelakuan anaknya. Affan tak bisa membuka pintu belakang yang sudah dikunci dari luar, hingga bergegas ke dalam rumah untuk ke luar dari pintu depan.Anak buah Prapto yang berjaga sampai bingung. Bagai mana dengan mudahnya pemuda itu pergi, tapi juga tak berani langsung mencegahnya, sebelum bertanya kepada tuannya.“Halo, Tuan. Dia kabur dari pintu depan. Apa yang harus kami lakukan?” tanyanya ketika panggilannya langsung dijawab oleh sang tuan.“Biarkan saja. Kirim satu orang untuk mengikutinya. Ingat jangan sampai mencelakainya, dan laporkan apa pun yang dia lakukan!”“Ah, ya baik, Tuan. Kami
“Maaf, Mbak. Saya tidak sengaja karena terburu –buru.” Ucapan lembut yang meluncur dari mulut Alif membuat tubuh Sumbi membeku dalam sekejap. Wanita itu terpana oleh kesantunan duda beranak tiga tersebut.Merasa semua baik –baik saja, Alif pun kemudian bergegas meninggalkan wanita itu ke arah Affan dan Maya yang menghadapi mayat seseorang. Begitu melihat siapa yang meninggal, mata elang Alif membelalak. Dia melihat wanita tua itu belum lama di rumah Affan dan marah –marah dengan ucapan yang menggebu –gebu memaki Affan.Sama sekali tak ada tanda –tanda bahwa dia sedang sakit, apa lagi akan menghadapi ajal secepat ini. Namun, siapa yang tahu kapan ajal seseorang akan datang? Dia sendiri bahkan tak tahu kapan meninggal, dan bisa saja hanya dalam hitungan jam atau menit ke depan malaikat Izrail menghampiri.“Ap –apa yang terjadi, Mas?” tanya Alif pada Affan yang juga masih terlihat tak percaya.Affan menggeleng pelan. Ia segera menyadarkan diri. Bahwa ada hal penting yang harus diurus sek
Affan menghela napas panjang. Menyimpan ponsel, yang membuatnya harus menerima kenyataan dia tak bisa lari dari Prapto. Ya, dari mutasi yang memberi keterangan asal uang masuk ke rekeningnyalah dia tahu bahwa semua ini adalah ulah sang papa.“Kenapa kalian ....?” Affan hendak marah ke pada pria yang memakai jas rapi di depannya. Namun, ia langsung sadar, bahwa itu bukan kesalahan pria tersebut. Dia hanya seorang lelaki pencari nafkah yang bekerja untuk Prapto.“Huft, begini kalau Papa ikut campur!” dengkusnya yang tak terima mayat Sarah dibongkar dan dibawa ke rumah Mbah Bromo. Bahkan tanpa mengatakan apa pun lebih dulu ke pada Affan.Kalau tidak terpaksa dan ada jalan lain, dia pasti melakukannya. Dia tak mau meminjam uang dengan mengorbankan harga dirinya ke pada wanita yang bukan apa –apanya. Maya atau pun Indah. Mereka terus menampakkan tatapan nakal ke arah Affan dan menawarkan banyak uang.Dia tahu persis, bahwa uang seratus juta yang masuk ke rekening tidak ia dapatkan secara cu
Mbah Bromo merasakan hawa aneh di kediamannya. Klien yang bilang sudah berada di jalan, tapi juga tak muncul, padahal tiga jam sudah berlalu. Matanya menatap api yang berkedip nyala di depannya, seperti sedang dimainkan seseorang. Tak lama, mata pria itu melihat lilinnya terbakar habis dan sampai membakar kain yang menjadi alas banyaknya sesajen di atas meja."Apa yang terjadi? Siapa yang diajak mati wanita itu?!" racaunya sembari mematikan api dengan tongkat di tangannya."Hei! Seseorang! Ke mari! Ada yang terbakar!" teriak Mbah Bromo. Memanggil anak buahnya yang berjaga di luar. _________Empat orang berjalan membawa skop memasuki area pemakaman yang dingin. Pria –pria bertubuh tegap itu adalah orang –orang yang bukan hanya tangguh fisiknya tapi juga memiliki nyali yang besar menembus tempat –tempat yang meurut kebanyakan orang adalah tempat menakutkan yang harus dihindari. Apalagi malam –malam begini. Ah, bukan. Mereka bahkan berada di jam tengah malam saat mendapat perintah untuk
Ponsel yang dipegang Riko masih terhubung dengan orang yang bertugas menggali kuburan Sarah dan diminta untuk membawa mayatnya. Namun, kabar yang didengar justru membuatnya kecewa. Tak ada mayat dalam liang kubur wanita muda tersebut.Bertepatan pria yang menjadi suaminya telah mendengar semua, karena berada di atas mobil bersama Riko.“Apa yang terjadi? Ke mana istriku?” Pikiran Affan kembali kalut. Jika benar yang ditemukan adalah gedebok pisang, itu artinya ucapan Ustaz Alif juga benar. Mengingat itu, Affan mengacak rambutnya kasar. Ia kembali dibuat frustasi.Riko tak mengerti dan hanya menggeleng saja yang bisa ia lakukan. Tak ada jawaban pasti. Bahkan menduga –duga pun ia tak berani. Sejauh ini, ia tak mempercayai yang namanya manusia bisa mati dijadikan tumbal, apa lagi, harus percaya orang mati bisa hidup lagi. Bullshit! Secara akal saja tak ada jluntrungannya.“Apa itu?! Kita harus pergi dari sini! Mereka mengincar kita!” Suara –suara itu terdengar di sambungan telepon yang me
Tak berapa lama, ponsel yang baru saja dimatikan oleh Prapto kembali berdering. Ia pun lekas mengangkat begitu mata tuanya menangkap nama seseorang yang mendapat tugas mengawasi pekerjaan orang –orang di kuburan.“Halo, sudah selesai? Apa mereka sudah berangkat ke rumah dukun itu?” tanya Prapto penasaran. Ia merasa pekerjaan ini terlalu lamban dan membuatnya tak sabar menunggu hasil dari orang –orang suruhannya itu.“Tuan, sepertinya ada masalah besar.”“Apa maksudmu?”“Tak ada mayat dalam kuburan. Dan orang –orang yang menggali kuburan itu meninggal dengan cara mengenaskan.”“Apa?! Apa maksudmu?!” Dia mengulangi pertanyaan yang sama.Prapto tak percaya jika orang yang hanya melakukan tugas tanpa tahu maksud dan tujuannya bisa mendapat celaka? Ini tak masuk akal. Apa terjadi sesuatu di kuburan? Apa ada yang membunuh orang –orang itu?Ya, pasti terjadi sesuatu.“Eum, saya akan mengirimkan video dari dasbor mobil mereka.”“Bagaimana mayat mereka?” tanya Prapto yang merasa ngeri membayang
“Heh!” Affan tersenyum miring. Ia tak mempercayai ucapan orang –orang itu. “Aku ini suaminya! Dan ingin melihat kuburan istriku sendiri!”“Minggir!” Affan tak peduli dan berusaha menerobos orang –orang itu.Dan benar dugaannya, karena dibentak oleh Affan mereka semua mengkeret. Ingat ucapan majikannya –Prapto Suryajaya yang mengatakan bahwa pria yang mereka hadapi sekarang adalah sang pewaris tunggal. Kelak Affan akan menggantikan papanya.Ia berjalan begitu saja dengan percaya diri. Namun, baru beberapa langkah memasuki area pekuburan, langkahnya tertahan karena lengan Affan dicengkeram oleh Riko.“Tuan, tunggu!” Riko menyerahkan ponsel yang sudah memutas sebuah adegan dalam video. “Lihat ini!” pintanya. Ia mendapat rekaman itu dari rekannya, karena kehilangan kontak dengan para petugas penggali kubur secara langsung.Dahi Affan mengerut menatap video di atas layar ponselnya. “Apa ini?” gumamnya.Mereka seperti sedang main drama saja. Tidak angin tidak ada hujan, orang –orang itu koca