Mbah Bromo merasakan hawa aneh di kediamannya. Klien yang bilang sudah berada di jalan, tapi juga tak muncul, padahal tiga jam sudah berlalu. Matanya menatap api yang berkedip nyala di depannya, seperti sedang dimainkan seseorang. Tak lama, mata pria itu melihat lilinnya terbakar habis dan sampai membakar kain yang menjadi alas banyaknya sesajen di atas meja."Apa yang terjadi? Siapa yang diajak mati wanita itu?!" racaunya sembari mematikan api dengan tongkat di tangannya."Hei! Seseorang! Ke mari! Ada yang terbakar!" teriak Mbah Bromo. Memanggil anak buahnya yang berjaga di luar. _________Empat orang berjalan membawa skop memasuki area pemakaman yang dingin. Pria –pria bertubuh tegap itu adalah orang –orang yang bukan hanya tangguh fisiknya tapi juga memiliki nyali yang besar menembus tempat –tempat yang meurut kebanyakan orang adalah tempat menakutkan yang harus dihindari. Apalagi malam –malam begini. Ah, bukan. Mereka bahkan berada di jam tengah malam saat mendapat perintah untuk
Ponsel yang dipegang Riko masih terhubung dengan orang yang bertugas menggali kuburan Sarah dan diminta untuk membawa mayatnya. Namun, kabar yang didengar justru membuatnya kecewa. Tak ada mayat dalam liang kubur wanita muda tersebut.Bertepatan pria yang menjadi suaminya telah mendengar semua, karena berada di atas mobil bersama Riko.“Apa yang terjadi? Ke mana istriku?” Pikiran Affan kembali kalut. Jika benar yang ditemukan adalah gedebok pisang, itu artinya ucapan Ustaz Alif juga benar. Mengingat itu, Affan mengacak rambutnya kasar. Ia kembali dibuat frustasi.Riko tak mengerti dan hanya menggeleng saja yang bisa ia lakukan. Tak ada jawaban pasti. Bahkan menduga –duga pun ia tak berani. Sejauh ini, ia tak mempercayai yang namanya manusia bisa mati dijadikan tumbal, apa lagi, harus percaya orang mati bisa hidup lagi. Bullshit! Secara akal saja tak ada jluntrungannya.“Apa itu?! Kita harus pergi dari sini! Mereka mengincar kita!” Suara –suara itu terdengar di sambungan telepon yang me
Tak berapa lama, ponsel yang baru saja dimatikan oleh Prapto kembali berdering. Ia pun lekas mengangkat begitu mata tuanya menangkap nama seseorang yang mendapat tugas mengawasi pekerjaan orang –orang di kuburan.“Halo, sudah selesai? Apa mereka sudah berangkat ke rumah dukun itu?” tanya Prapto penasaran. Ia merasa pekerjaan ini terlalu lamban dan membuatnya tak sabar menunggu hasil dari orang –orang suruhannya itu.“Tuan, sepertinya ada masalah besar.”“Apa maksudmu?”“Tak ada mayat dalam kuburan. Dan orang –orang yang menggali kuburan itu meninggal dengan cara mengenaskan.”“Apa?! Apa maksudmu?!” Dia mengulangi pertanyaan yang sama.Prapto tak percaya jika orang yang hanya melakukan tugas tanpa tahu maksud dan tujuannya bisa mendapat celaka? Ini tak masuk akal. Apa terjadi sesuatu di kuburan? Apa ada yang membunuh orang –orang itu?Ya, pasti terjadi sesuatu.“Eum, saya akan mengirimkan video dari dasbor mobil mereka.”“Bagaimana mayat mereka?” tanya Prapto yang merasa ngeri membayang
“Heh!” Affan tersenyum miring. Ia tak mempercayai ucapan orang –orang itu. “Aku ini suaminya! Dan ingin melihat kuburan istriku sendiri!”“Minggir!” Affan tak peduli dan berusaha menerobos orang –orang itu.Dan benar dugaannya, karena dibentak oleh Affan mereka semua mengkeret. Ingat ucapan majikannya –Prapto Suryajaya yang mengatakan bahwa pria yang mereka hadapi sekarang adalah sang pewaris tunggal. Kelak Affan akan menggantikan papanya.Ia berjalan begitu saja dengan percaya diri. Namun, baru beberapa langkah memasuki area pekuburan, langkahnya tertahan karena lengan Affan dicengkeram oleh Riko.“Tuan, tunggu!” Riko menyerahkan ponsel yang sudah memutas sebuah adegan dalam video. “Lihat ini!” pintanya. Ia mendapat rekaman itu dari rekannya, karena kehilangan kontak dengan para petugas penggali kubur secara langsung.Dahi Affan mengerut menatap video di atas layar ponselnya. “Apa ini?” gumamnya.Mereka seperti sedang main drama saja. Tidak angin tidak ada hujan, orang –orang itu koca
Uminya Alif agak heran, saat melihat Affan tetangganya ke luar dari sebuah mobil mewah yang terparkir di depan rumahnya. Di benaknya dipenuhi tanya, apa sekarang pemuda itu mendapat harta mendadak, seperti uang asuransi kematian atau apa. Ah, tapi Affan bukan tipe lelaki seperti itu. “Assalamualaikum!” Suara berat seorang pemuda terdengar diikuti ketukan pintu pelan. Sesuatu yang membuat wanita paruh baya yang tadi berdiri di depan jendela langsung berjalan ke arah pintu. “Waalaikumsalam.”“Waalaikumsalam.” Abah Bisri turut menjawab salam tersebut. Pria itu kemudian bangkit mengikuti sang kakak menuju pintu. “Alhamdulillah.” Abah mengucap itu sambil memeluk Affan yang tubuhnya terasa dingin berada di dalam mobil ber –AC. Ditambah hawa dingin malam yang harus dia terjang sepanjang malam. Ada kehangatan yang menjalar di hati Affan. Baru sekarang, ia merasa tenang setelah waktu –waktu yang ia lalui seharian ini.“Bah, maafkan saya.” Suara Affan langsung tercekat begitu Abah Bisri me
“Tidak apa –apa. Toh banyak mayat yang baru diurus keesokan harinya karena menunggu keluarga.” Maya menguatkan diri sendiri sambil melihat ke arah jam dinding yang masih menunjukkan pukul 01.00.Itu artinya masih sekitar lima atau enam jam dia sendirian menghadapi mayat ibunya. Kalau boleh jujur, ia sebenarnya takut tapi juga tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Mencari bantuan? Bahkan sudah banyak orang ada di depan pintu apartemen tapi mereka seolah tidak melakukan apa –apa.Bagai mana jika ada makluk jahat yang masuk ke tubuh ibunya dan mengamuk? Atau ibunya bangkit lagi sebagai orang lain? Tiba –tiba saja pikiran Maya tak menentu. Apa lagi jika mengingat hal –hal mengerikan yang dialami belakangan.Maya melihat ponselnya kembali menyala setelah meletakkannya dengan malas sebab membaca pesan Alif yang berkebalikan dari keinginannya. Rupanya pria itu menghubungi hanya untuk meminta maaf karena tidak bisa segera datang. Entah ada urusan mendesak apa.Namun, sekarang Alif kembali me
“Sudah kubilang jauhi Affan!” ucap sosok itu dengan raut dipenuhi amarah. Dia seolah menyalahkan Maya atas semuanya. Dan menegaskan bahwa kematiannya pun adalah karena Maya tidak bisa diajak kompromi. Mendekati Affan, sampai arwah istrinya marah dan mencelakai mereka.Apa yang dilakukan ibunya sekarang, membuat jatungnya berdentum hebat. Kalau pun meminta maaf, semua sudah terlambat. Wanita tua yang selalu menjaganya itu telah mati.Maya hanya membeku. Dua matanya melotot dan bibirnya terkunci. Dua lututnya lemas sehingga ia pun jatuh ke lantai menatap ke depan hal mengejutkan di depan sana. Sang ibu tampak duduk, mata tajamnya menyorot ke arah Maya, dan membuat wajah pucat itu terlihat sangat menakutkan.Wanita paruh baya itu sudah dinyatakan meninggal beberapa jam yang lalu. Tidak mungkin jika sekarang hidup lagi. Kalau begitu, apakah ibunya sudah jadi hantu?Maya menelan saliva. Ini adalah pemandangan dan situasi paling menakutkan yang merenggut seluruh nyalinya selama ia hidup. Te
“Ustaz!” Baru saja akan melangkah ke luar, seseorang menghentikannya.Alif menoleh, saat itu, Tomy dan ibunya berjalan mendekat ke arahnya. “Loh Bu, Mas Tomy? Assalamualaikum. Kok ada di sini?”“Waalaikum salam. Ah, ya Mas. Ini lho Ibu minta ditemani buat datangin Mas Affan katanya mau beri pelajaran dekat –dekat dengan mantannya yang pelakor!” ceplos Tomy, yang dasarnya adalah pemuda yang ceplas –ceplos.“Hus! Lambemu ini!” Ibu Tomy menyikut anaknya yang bicara tanpa saringan. Walau ucapannya benar, hal itu membuatnya malu di depan pemuda yang dihormatinya tersebut.“Ah.” Alif mengangkat kepalanya. Seolah baru tahu tentang Affan, Maya dan ibunya Tomy ini. Mereka pasti tak terima Affan menjalin hubungan dengan wanita lain. Dan berpikir jahat kalau Maya adalah sebab kematian Sarah.“Auh.” Tomy mengaduh.“Kamu ini Tom!” Ibunya masih kesal.“Oalah, jangan khawatir Bu, mereka tidak ada hubungan apa –apa.” Alif mengucap meski tak yakin. Dia mana tahu apa kegiatan Affan dan Maya di belaka