Share

Pengakuan Pak Joko

“Ini bukan tanda baik,” ucap seorang pria tua, yang membuat Ucup dan Hasan yang mendengarnya bergidik.

Pria sepuh itu menghela napas berat. Dia sudah lama hidup, setiap kali hujan turun saat mayat dikuburkan, liang menjadi banjir dan dipenuhi air. Bumi seolah menolak memeluk tubuh manusia yang telah mati hari itu. Entah karena dosanya atau suatu tanda belum waktunya dia meninggal.

“Apa yang Bapak katakan?” Suara Abah Bisri menyela ucapan menakutkan orang tua itu. Mendengar ada yang nyeletuk di sampingnya, pria tua itu pun menoleh. Begitu juga Hasan dan Ucup di sampingnya.

“Abah?” ceplos Ucup.

“Hem, bahkan ketika para ulama meninggal, hujan gerimis turun. Seolah langit yang biasa bertasbih ke pada Allah tengah berduka karena kematiannya.” Abah Bisri menepuk bahu pemuda itu, lalu mendongak menatap langit yang muram. Seperti wajah kesedihan yang meneteskan air matanya dalam diam. Tanpa raungan dan gemuruh petir menyambar –nyambar dan menakutkan.

Mendengar ucapan pria yang dikenal bijak i
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status