Aldin menggelitiki pinggang Sisil, hingga sang istri tertawa terpingkal-pingkal karena kegelian. “Mulai lagi ya, kamu pikir aku nggak tahu, kamu cuma mau mengalihkan pembicaraan aja ‘kan?”
“Ampun, Al,” ucap Sisil sembari tertawa terbahak-bahak. “Iya deh, aku ngaku.”
Walaupun Sisil tidak merasa mengatakan semua itu, tapi ia harus mengakuinya supaya Aldin berhenti menggelitikinya.
Akhirnya Aldin melepaskan sang istri, lalu memeluknya dengan sangat erat. “Lain kali aku rekam kalau kita sedang bercinta,” bisik Aldin di telinga istrinya. “Supaya kamu nggak bisa mengelak lagi.”
Sisil memukul bahu suaminya dengan sangat keras. “Gila kamu, Al.” Sisil benar-benar marah dengan ucapan sang suami. Padahal Aldin hanya bercanda, berbicara seperti itu supaya sang istri percaya dengan ucapannya.
“Aku
Sisil memiringkan tubuhnya menghadap sang suami. “Sejak kapan kamu di situ?” tanya wanita cantik yang menyelimuti seluruh tubuhnya dengan rapat.“Barusan, jawab Aldin dengan santainya. Lalu, masuk ke dalam selimut yang dipakai sang istri.Aldin memeluk istrinya dengan sangat erat. “Aku mencintaimu, Sayang.”“Al, lo mau matiin gue?” protes Sisil pada sang suami yang memeluk tubuh kecilnya dengan sangat erat, hingga ia merasa tidak nyaman.“Kamu bilang apa? Coba sekali lagi!” Aldin bangun dari tidurnya, lalu menindih tubuh sang istri. Ia berdiri di atas tubuh Sisil dengan bertumpu pada lututnya.Sisil bingung apa ada yang salah dengan ucapannya. Ia tampak berpikir keras mengingat semuanya. Setelah ia sadar dengan kesalahannya, wanita cantik itu segera meminta maaf pada sang suami.“Maaf, Al,” ucap Sisil sembari menyeringai memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih. “Aku lup
Sisil menggelinjangkan tubuhnya sembari mengeluarkan desahan-desahan manja dari mulut mungilnya saat Aldin menyesapi puncak bukit kenikmatan sang istri.Tangan Aldin mulai melucuti kain yang tersisa yang masih menutupi daerah kenikmatan sang istri. Laki-laki itu mulai menciumi perut, lalu merambat hingga ke bawah perut istrinya.Aldin membuka lebar kaki istrinya, kemudian menyusupkan kepalanya di antara paha sang istri. Bibirnya mulai menciumi daerah terlarang yang gundul itu karena Sisil rajin membersihkan semak-semak di sekitar daerah terlarangnya.Wanita cantik itu memejamkan mata sembari menggigit bibir bawahnya saat lidah Aldin bermain di dalam liang daerah terlarang sang istri. Laki-laki yang sangat menjaga kebersihan itu tidak merasa jijik saat menyesapi daerah terlarang yang sudah basah itu.“Al ….” Sisil menggelinjangkan tubuhnya saat Aldin dengan rakusnya menyesapi daerah gundul itu.Tangan Sisil mencengkram dengan kuat
“Al, kamu bisa membantuku? Aku mau ke kamar mandi,” ucap wanita cantik yang menutupi tubuh polosnya dengan selimut.“Tentu dong, Sayang.” Aldin turun dari tempat tidur, berjalan ke sisi ranjang lainnya untuk membopong sang istri.Tubuh laki-laki itu masih polos tanpa ada benang sehelai pun di tubuhnya. Ia berjalan dengan santainya mendekati sang istri.“Astaga! Al, kamu pake celana kolor dulu ke,” protes Sisil. “Ini orang nggak ada malunya sama sekali,” cibir wanita cantik bertubuh mungil itu kepada suaminya.Bukannya memakai boxernya, tapi Aldin malah tertawa terbahak-bahak melihat wajah Sisil yang merona.“Memangnya kenapa? Di sini ‘kan cuma ada kita berdua, kenapa harus malu.” Aldin menyingkap selimut yang menutupi tubuh istrinya. Lalu, membopong dan membawanya ke kamar mandi.Sisil membenamkan wajahnya di dada bidang sang suami karena malu pada dirinya sendiri karena merek
Aldin menoleh ke belakang memerhatikan sang istri yang naik ke tempat tidur. Ia pun merapikan alat pengering rambut milik istrinya, lalu menaruhnya di laci meja rias. Laki-laki itu bangun dan berdiri, menghampiri sang istri yang sudah berbaring di tempat tidur.“Sayang, kenapa kamu malah tidur? Katanya mau ngeringin rambut aku.” Aldin naik ke tempat tidur, lalu memeluk istrinya dan menciumi tengkuk sang istri.“Aku nggak mau ngeringin rambut bawahmu,” jawab Sisil dengan ketus. “Kaya kurang kerjaan aja,” imbuhnya.“Ya ampun, Sayang, aku cuma bercanda,” ucapnya. “Ntar si Gundul kepanasan jadi menciut,” kata Aldin sembari terkekeh.Sebenarnya Aldin hanya bercanda menyuruh sang istri untuk mengeringkan rambut bawahnya juga, tapi sang istri menganggapnya serius.Sisil memiringkan tubuhnya menghadap sang suami. “Aku kira beneran, aku udah ngebayangin ngebolak-balik si Gundul,” ucap S
Keesokan paginya Sisil sudah siap-siap untuk pergi ke kantor, ia menutupi stempel kepemilikan sang suami di lehernya dengan cream foundation. "Sayang, kamu mau kerja?" tanya Aldin yang baru keluar dari kamar mandi. Melihat sang istri sudah rapi dengan pakaian kerjanya. "Iya," jawab Sisil sambil mengolesi tanda merah keunguan di sekitar lehernya. "Ada yang masih kelihatan nggak?" Sisil menghadap sang suami sembari memperlihatkan lehernya. "Udah ketutup semua," jawab Aldin sembari menahan senyumnya. Lalu, laki-laki yang hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya itu memeluk sang istri dan menciumi wajah istrinya dengan gemas. "Al, lepasin! Bajuku nanti kusut." Sisil meronta dalam pelukan suaminya. "Kamu nggak usah kerja dulu, aku udah bilang sama Gilang." Bukannya melepas pelukannya, tapi Aldin malah makin mempereratnya. "Panggil aku dengan panggilan sayang, jangan Al, Al, Al," bisik Aldin yang membuat Sisil meremang
Akhirnya Sisil pasrah dengan apa yang akan suaminya lakukan. Sebenarnya ia tidak mau melakukannya karena sudah siap untuk pergi bekerja, tapi tubuhnya bereaksi lain.Tubuh mungil itu menyambut setiap rangsangan yang diberikan oleh sentuhan-sentuhan lembut tangan laki-laki tampan itu.Wanita cantik yang sudah memakai kemeja pink dan rok berwarna hitam selutut, lengkap dengan blazer berwarna senada dengan roknya, pasrah saat Aldin melucuti pakaian kerjanya."Al ...." Sisil menggigit bibir bawahnya saat tangan kiri sang suami mencengkram bukit kembar yang terasa pas di tangan Aldin yang besar itu. Sementara tangan kanannya bermain di pusat inti sang istri.Erangan demi erangan menggema di dalam kamar itu. Sisil tidak memedulikannya. Ia begitu menikmati setiap aksi dari laki-laki yang sangat ia cintai itu."Kita pindah ya, Sayang," bisik Aldin di telinga sang istri yang membuat wanita cantik itu semakin meremang saat makhluk tampan itu meng
Setelah selesai memadu kasih di pagi hari, kedua pasangan itu segera masuk kamar mandi untuk membersihkan diri karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.“Aku dulu, Al,” kata Sisil sembari mendorong suaminya dengan tangan kanan supaya sang suami tidak masuk ke dalam kamar mandi. Sementara tangan kirinya menggengam lilitan selimut yang membungkus tubuhnya.“Kita mandi bareng aja,” usul Aldin sembari menarik selimut yang menutupi tubuh istrinya. Kemudian, membopong tubuh polos itu dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi.“Nggak mau, aku udah terlambat, Al,” ucap Sisil sembari menjauhkan wajah sang suami yang hendak mencium bibirnya.Sisil terus meronta dalam gendongan sang suami. Ia berpikir kalau suaminya pasti akan melanjutkan olahraga pagi di dalam kamar mandi.“Kamu nggak usah kerja, My lovely,” ucap Aldin sembari menurunkan sang istri di dekat bathup.Mau tidak mau wanita cantik tanpa
"Kamu gila, Al," ucap Sisil di sela desahannya. Sembari mencengkram rambut sang suami.Aldin melepas puncak bukit itu, menatap netra istrinya dengan lekat. "Kenapa? Apa kamu tidak suka?"Sisil menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Bukan itu maksudku, tapi-"Sebelum wanita cantik yang duduk dalam pangkuannya itu melanjutkan ucapannya, Aldin sudah lebih dulu membungkam bibir sang istri dan melumatnya dengan lembut.Aldin menyesapi bibir istrinya dengan penuh hasrat tangannya merayapi seluruh tubuh sang istri yang membuat Sisil melepas ciumannya karena napasnya sudah tersengal-sengal menerima serangan dari sang suami."Aaa ...." Sisil mengerang saat sang suami melesakkan si Gundul masuk ke dalam lubang keramatnya.Benda tumpul itu masuk dengan sempurna memenuhi rongga lubang keramat yang baru saja dimasukinya itu."Goyang, Sayang," bisik Aldin sembari mencengkram bongkahan kenyal di bagian belakang tubuh sang istri.Lidahny