Share

BAB 121 - Kenapa Kita Harus Malu dengan Diri Kita Sendiri?

“Kali ini aku berdoa supaya Rinai cepet balik ke Jakarta, biar kamu nggak berkeliaran untuk minta makan kayak gini.”

“Amin.” Dengan khidmat, Ksatria ikut mengaminkan harapan yang Shua ucapkan dari hati yang paling dalam tersebut.

Shua menghela napas dan mencoba mengikhlaskan serundeng buatan ibunya yang kini tinggal tersisa setengah stoples. Padahal serundeng itu baru dikirim ibunya kemarin dan Shua pikir cukup untuk jatah makannya maksimal dua minggu lagi.

Minggu siang ini Shua tengah meliburkan diri setelah bekerja gila-gilaan sebulan belakangan. Maka dari itu, hari ini ia ada di apartemen ketika Ksatria mengetuk pintunya dengan dalih ingin meminta makan.

Sebenarnya Shua sudah ingin menendang Ksatria, tapi ia ingat pesan Rinai yang menitipkan Ksatria padanya saat perempuan itu memutuskan untuk pergi ke Jogja. Dengan terpaksa, ia menampung Ksatria serta memberinya makan.

“Mau?” Ksatria menawarkan serundeng yang sejak tadi ia kuasai kepada Shua.

Dua piring nasi sudah Ksatria habiskan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status