Share

BAB 2 Ancaman

Setelah Varisha berhasil menenangkan diri. Dia membersihkan diri dan merapikan pakaian yang telah terkena tumpahan wine. Tanpa banyak kata, dia keluar dari kamar mandi dan melanjutkan pekerjaannya 

Ketika jam kerjanya selesai, Varisha dipanggil oleh manajer restoran, yang marah besar karena insiden tadi. Varisha merasa cemas dan khawatir, tetapi dia merasa bersyukur ketika manajer memberinya satu kesempatan lagi. Dia tahu bahwa dia tidak boleh merusak kesempatan ini, mengingat dia sangat membutuhkan pekerjaan ini untuk kebutuhan keluarganya.

Setelah Varisha selesai kerja, dia berganti pakaian dan bersiap untuk pekerjaan selanjutnya sebagai bartender di sebuah bar terdekat. Namun, ketika dia melangkah menuju pintu keluar, langkahnya terhenti oleh kehadiran seorang pria yang mengenakan setelan jas hitam.

Pria itu dengan tenang berkata, "Bos kami ingin bertemu dengan Anda."

Varisha merasa kebingungan dan menoleh ke arah mobil yang terparkir di dekatnya. Di dalam mobil itu, dia melihat Arshaka duduk dengan tatapan yang sama tajamnya seperti sebelumnya. Varisha menghela napas kasar, berpikir bahwa semua masalah sudah berakhir, tetapi ternyata masih ada hal besar yang menunggunya.

Varisha memasuki mobil Arshaka dengan langkah ragu-ragu. Dia hanya melirik sekilas ke arah pria itu sebelum duduk di kursi penumpang. Udara di dalam mobil terasa tegang, dan Varisha bisa merasakan pandangan tajam Arshaka yang mengawasinya dengan cermat.

"Sekarang, apa yang Anda inginkan dari saya?" Varisha bertanya dengan suara yang tenang, meskipun terdengar ketidakpastian dalam intonasinya.

Arshaka tersenyum sinis, sorot matanya yang tajam masih memancarkan ancaman yang tak terucapkan. “"Sederhana, Varisha. Saya hanya ingin kamu menjauhi Arseno. Apapun hubungan yang kalian miliki, itu urusanmu, tapi saya ingin Anda tahu bahwa Arini adalah adik saya, dan saya tidak akan membiarkan siapapun, termasuk kamu, mengganggu rumah tangganya."

Varisha menatap Arshaka dengan tenang, mencoba menjaga ketenangannya meskipun hatinya berdebar kencang. "Apa hanya itu yang Anda inginkan dari saya?"

Arshaka mengepalkan tangan ke kursi mobil dengan keras, dan pandangannya semakin dingin. "Mengganggu Arini sama saja dengan mengganggu saya. Saya tidak akan membiarkan siapa pun, bahkan batu kerikil sekalipun, menghalangi kebahagiannya.”

"Jangan sampai saya terpaksa menghancurkan hidupmu kalau saja kamu tidak mendengarkan saya," lanjut Arshaka dengan tatapan tajamnya.

Varisha menghela napas dalam-dalam. Dia memahami seriusnya ancaman Arshaka, tetapi dia juga tidak ingin menyerah begitu saja. "Saya akan mencoba mengingat semua yang Anda katakan."

"Tapi sejauh ini, saya tidak memiliki perasaan apa pun terhadap Arseno, sejauh apapun usahanya untuk mendekati saya," ujar Varisha.

Arshaka merengkuh kedua bahu Varisha dengan cengkeraman yang kuat, menundukkan wajahnya sedikit lebih dekat ke arahnya. "Jangan main-main dengan saya, Varisha. Berhenti bersikap menyedihkan dengan mencoba menggoda pria yang sudah beristri.”

Arshaka menghempaskan tubuh Varisha dengan kasar. Dia kemudian mengambil sebuah koper kecil berisi uang tunai sejumlah 200 juta dan meletakkannya di pangkuan Varisha. "Semua ini bisa menjadi milikmu, asalkan kamu bersedia menjauhi Arseno."

Varisha terpaku di tempatnya, tidak bisa mempercayai mata sendiri. Dia tidak pernah membayangkan akan melihat uang sebanyak itu dalam hidupnya. Matanya menatap koper itu dengan tatapan yang penuh perasaan campuran.

Varisha menatap Arshaka dengan tatapannya yang dalam dan bertanya, "Apakah begitu mudah bagi Anda menyelesaikan segala sesuatu dengan uang?"

Arshaka kembali menatap Varisha dengan tatapan yang sama dinginnya. "Saya bisa memberikan lebih dari yang bisa kamu bayangkan kalau kau mendengarkanku dan menjauhi Arseno. Tapi, kalau kamu memilih untuk tidak mendengarkan saya, maka saya tidak ada memiliki pilihan lain selain untuk menyingkirkanmu dari hidup Arseno."

Varisha tetap berusaha menjaga ketenangannya di depan Arshaka, meskipun hatinya berkecamuk. Dia merenung sejenak, memikirkan betapa besar arti uang tersebut bagi hidupnya dan keluarganya. Dia menatap uang yang ada di pangkuannya, lalu dengan hati-hati mengambil beberapa uang dari koper itu.

"Terima kasih, tapi saya hanya akan mengambil sebagian uang yang saya butuhkan. Saya akan berusaha keras untuk mengembalikannya kepada Anda," kata Varisha dengan suara yang tetap tenang.

Arshaka, dengan pandangan yang sulit diartikan, hanya mengangguk sebentar. Tidak ada ekspresi apapun yang menghiasi wajahnya yang dingin.

"Saya akan berusaha keras menjauhi Arseno dan tidak akan berurusan lagi dengannya,” lanjut Varisha sebelum turun dari mobil.

Arshaka menghentikan langkah Varisha saat gadis itu hendak turun dari mobil. Dia menatapnya dengan tatapan tajam dan mengingatkan, “Saya kasih kamu satu kesempatan untuk membuktikan ucapan kamu.” 

Varisha hanya mengangguk pelan sebagai tanda persetujuan. Dengan hati yang berat, dia meninggalkan mobil Arshaka dan mulai berjalan menjauh dari tempat itu.

***

Varisha telah berganti pakaian dan bersiap untuk bekerja di bar mewah dan eksklusif tempatnya bekerja. Meskipun hatinya masih terbebani oleh pertemuan dengan Arshaka, tetapi dia mencoba dengan keras untuk memfokuskan diri pada pekerjaannya.

Semakin malam suasana bar semakin ramai. Malam itu berlangsung dengan berbagai pesanan minuman yang terus berjatuhan di atas meja dan sorakan para pelanggan yang terus berkumandang. Varisha berdiri di balik bar, cekatan dalam meracik minuman, mengisi gelas dengan minuman berwarna-warni, dan menghiasnya dengan dekorasi yang indah.

Ketika shift kerjanya akhirnya berakhir, Varisha segera mengganti pakaian dan bersiap untuk pulang. Dia merasa sangat lelah setelah bekerja sepanjang hari. Namun, ketika dia hendak melangkah keluar dari bar, tangan seseorang tiba-tiba menariknya ke sudut yang lebih sepi. Varisha hampir saja berteriak, tetapi tangan itu dengan lembut menutupi mulutnya. 

“Tenang, Sha. Ini aku,” ujar seorang pria sambil melepas topi dan masker hitamnya.

“Kak Seno!” seru Varisha ketika Arseno melepaskan tangannya yang menutup mulutnya.

Varisha menatap Arseno dengan perasaan campuran. “Kenapa Kakak datang ke sini? Apa istri Kakak tahu?” 

“Aku mau memastikan kamu baik-baik aja, Sha. Aku juga mau minta maaf atas perbuatan Arini tadi. Aku nggak akan membiarkan Arini menyakiti kamu lagi,” ujar Arseno sambil mengusap pipi Varisha lembut.

“Kakak tahu soal itu?” tanya Varisha yang dibalas dengan anggukan pelan oleh Arseno.

“Kalau Kakak tahu kenapa Kakak masih datang ke sini?” tanya Varisha dengan frustrasi.

"Kak, mungkin sebaiknya kamu berhenti mencari aku karena ini hanya akan membuat semuanya semakin rumit dan sulit," lanjut Varisha dengan suara tegas.

“Nggak, Sha. Aku nggak bisa menjauh dari kamu. Selama ini aku nggak pernah mencintai Arini. Cuma kamu yang selalu ada dihati aku, Sha. Aku janji sama kamu, aku akan menceraikan Arini setelah semua masalah di perusahaanku selesai. Jadi, tolong tunggu aku dan jangan menjauh." Arseno mencoba meraih tangan Varisha dan menggenggamnya dengan erat.

"Aku nggak mau terlibat dalam hubungan rumah tangga kamu, Kak. Aku juga nggak mau terus dianggap sebagai wanita simpanan kamu. Aku capek, jadi aku mohon jangan temui aku lagi," ujar Varisha dengan suara rendah lalu melepaskan genggaman tangan pria itu.

“Ayo kita menikah, Sha. Aku akan menyiapkan semuanya dan setelah itu kita bisa pergi dari sini. Aku akan menyiapkan kehidupan kita di luar negeri, aku akan membawa kamu sejauh mungkin dari orang-orang yang berusaha memisahkan kita,” ujar Arseno dengan raut penuh keputusasaan. 

“Aku akan cari rumah sakit yang terbaik untuk Reno dan kita juga bisa bawa Ibu dan Amanda pergi. Tapi aku mohon, Sha. Jangan suruh aku menjauh dari kamu,” lanjut Arseno dengan lirih sambil menundukkan kepalanya. 

“Aku nggak bisa, Kak. Aku nggak bisa mengabaikan fakta kalau kamu sudah menikah. Lebih baik Kakak lupain aku mulai sekarang dan mulai belajar untuk mencintai istri Kakak,” tegas Varisha lalu melangkah pergi dari hadapan Arseno.

Sebelum Varisha melangkah lebih jauh, Arseno kembali menahannya, kali ini dengan tindakan yang mendadak. Dia menarik Varisha dengan kuat dan mencium bibirnya dengan penuh keinginan.

Varisha, terkejut dan marah, berusaha mendorong Arseno sekuat mungkin. Saat ciuman mereka terlepas, dia menatap tajam ke arah pria itu dan mengucapkan kata-kata yang tajam, "Kalau Kakak benar-benar mencintai aku, Kakak nggak akan pernah melakukan hal ini.” 

Sebelum Arseno bisa merespons, pandangan Varisha berpindah ke arah lain. Matanya bertemu dengan tatapan tajam Arshaka yang hadir di sana. Varisha cukup terkejut karena Arshaka tidak datang sendirian; dia dikelilingi oleh beberapa pria dengan setelan jas hitam dan bertubuh tegap.

“Cepat bawa dia!” perintah Arshaka kepada orang-orangnya untuk membawa Arseno pergi.

Setelah orang-orang itu membawa Arseno dengan paksa, Arshaka menghampiri Varisha dengan tatapan tajam dan dengan kasar ia menarik tangan gadis itu. “Ikut saya!” 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status