Share

BAB 3 Tidak Ada Pilihan

Beberapa hari berlalu sejak Arshaka melihat Arseno mencium Varisha di bar, dan suasana di antara mereka menjadi semakin tegang. Malam itu, Arshaka memutuskan untuk menghadapi gadis itu secara langsung dan menawarkan sesuatu yang tidak pernah terbayangkan oleh Varisha, yaitu pernikahan.

Varisha dengan tegas menolak tawaran yang lebih terdengar seperti perintah itu. Varisha tidak ingin terjebak dalam permainan Arshaka yang tidak mendasar. Namun, setelah penolakan itu, kehidupan Varisha menjadi semakin rumit dan berantakan.

Varisha merasa hancur ketika mengetahui bahwa sebagian uang yang seharusnya digunakan untuk pengobatan adiknya telah diambil oleh ayahnya untuk berjudi. Dia merasa amarah dan keputusasaan merayap dalam dirinya ketika para penagih hutang mulai muncul di depan rumahnya, mengancam akan menyita rumah mereka.

Tidak hanya itu, ketika Varisha pergi ke restoran tempat dia bekerja, manajer restoran memberitahunya bahwa dia telah dipecat. Alasan yang diberikan adalah bahwa insiden dengan Arini dan Arseno telah menimbulkan citra buruk bagi restoran, dan mereka tidak ingin masalah pribadi Varisha menghancurkan bisnisnya.

Dalam keputusasaannya, Varisha akhirnya datang menemui Arshaka di kantornya. Varisha tidak peduli dengan beberapa petugas keamanan yang mencoba menghentikannya di pintu masuk. Tanpa ragu, dia masuk ke dalam ruang rapat tempat Arshaka sedang berada, mengabaikan pandangan bingung semua orang di sana, kecuali Arshaka yang menatapnya dengan dingin. 

Rapat yang sedang berlangsung seketika terhenti. Arshaka, yang duduk di kepala meja rapat, mengangkat alisnya dengan dingin, tetapi dia tidak terlihat terlalu terkejut oleh kehadiran mendadak Varisha. Seolah-olah dia sudah tahu bahwa saat ini akan datang.

Pria itu berdiri dari kursinya dan mengangkat tangannya untuk menghentikan para petugas keamanan yang hendak membawa Varisha keluar. "Biarkan dia masuk," ucap Arshaka dengan suara yang tenang tetapi tegas.

Dengan tangan yang masih terkepal, Varisha menatap Arshaka dengan keras. Dia berdiri tegak, menghadapi pria itu tanpa rasa takut. Di hadapannya, Arshaka bangkit dari kursinya dan berjalan menuju Varisha.

“Ikut saya!” Arshaka menarik tangan Varisha ke ruangannya dengan kasar.

Saat pintu tertutup, Arshaka menghempaskan tubuh Varisha dengan kasar ke sofa yang ada di ruangannya. Dia menatapnya dengan tatapan tajam, sementara Varisha bangkit dan mencengkeram jas pria itu dengan kuat.

Dengan emosi yang membara, Varisha bertanya, "Apa yang sudah Anda lakukan? "

“Apa maksud kamu?” tanya Arshaka dengan suara tenang.

“Saya tahu Anda yang sudah membuat saya dipecat. Kenapa Anda melakukan semua itu?” teriak Varisha dengan putus asa.

Arshaka tersenyum sinis dan mencengkeram tangan Varisha dengan lebih kuat. Dia mendekatkan wajahnya ke wajahnya, hampir menyentuh bibirnya saat dia berbicara dengan suara rendah, "Jadi, bagaimana rasanya tenggelam dalam rasa keputusasaan, Varisha?”

Varisha menatap Arshaka dengan penuh kebencian. "Apa Anda melakukan semua ini hanya karena ciuman itu, atau karena saya menolak menikah dengan Anda?"

Arshaka mengangkat bahu dengan santai. "Mungkin kedua-duanya," jawabnya dengan nada sarkas.

"Saya hanya menepati ucapan saya untuk menghancurkan kamu kalau kamu tidak mendengar apa yang sudah saya katakan."

Varisha memandang Arshaka dengan geram. "Saya sudah menepati ucapan saya, Saya sudah bertekad untuk menjauhi dia. Tapi, apa yang bisa saya lakukan saat dia terus mencari saya dan memohon agar saya tidak menjauh?"

“Semua ini bukan kesalahan saya. Semuanya hanya kesalahpahaman. Kenapa kalian selalu mengganggu saya?” tanya Varisha lagi dengan geram.

“Selama ini saya sudah mengawasi apa yang kalian lakukan. Kamu pikir kamu bisa membodohi saya?” Dengan gerakannya yang tegas, Arshaka melemparkan beberapa lembar foto ke arah Varisha. Foto-foto itu menunjukkan kedekatan antara Varisha dan Arseno. 

“Bagaimana kamu akan menjelaskan tentang foto-foto ini?” tanya Arshaka.

“Apa yang perlu saya jelaskan? Foto-foto ini tidak berarti untuk saya karena memang saya tidak memiliki hubungan seperti yang Anda tuduhkan.”

“Selama ini saya memiliki alasan tersendiri kenapa saya tidak bisa menjauh dari dia begitu saja. Tapi, itu bukan berarti saya memiliki perasaan yang lebih,” lanjut Varisha dengan tegas.

“Jadi, apa alasannya? Kenapa kamu tidak bisa mendorong dia menjauh meskipun kamu tahu dia sudah menikah?”

“Kenapa kamu tidak menolak saat dia menyentuhmu?” tanya Arshaka sambil melangkah mendekat ke arah Varisha. 

Varisha masih terdiam di tempatnya, ia tampak berpikir sejenak mendengar pertanyaan-pertanyaan Arshaka. Sementara, pria itu mencengkeram kedua bahunya dengan erat seakan memaksa Varisha untuk segera menjawabnya.

“Apa mungkin memang begitu cara kamu ketika merayu seorang pria? Apa kamu mendekatinya karena berpikir pria itu akan memberikan segalanya?” tanya Arshaka lagi dengan ketus.

“Ya, saya akui kalau saya memang wanita simpanannya dan selama ini saya tidak bisa menjauhinya karena dia bisa memberikan saya segalanya. Saya juga sangat menyukai sentuhannya dan saya tidak peduli meskipun dia sudah menikah,” balas Varisha tanpa ekspresi.

“Apa itu kata-kata yang ingin Anda dengar?” tanya Varisha sambil tersenyum pahit.

Arshaka, dalam kemarahannya yang memuncak, mendorong tubuh Varisha ke dinding dengan kasar, membuat jarak antara mereka begitu dekat. Varisha merasa terjebak dan tidak bisa bergerak saat Arshaka semakin mendekatkan tubuhnya. Arshaka masih menatapnya dengan tajam. Dia terus mendekatkan tubuhnya, membuat Varisha tidak bisa menghindar. Kemudian, dengan kasar, Arshaka mencium bibir Varisha dengan penuh nafsu dan tuntutan.

Dengan gerakan cepat, pria itu mengunci kedua tangan Varisha ke atas dengan satu tangan, membatasi gerakannya, sementara tangan yang lain mulai menyusup di antara pakaian gadis itu. Air mata Varisha mulai mengalir, tetapi matanya tetap dipenuhi dengan keteguhan dan kebencian.

Arshaka menyeringai, melepaskan ciumannya dengan kasar, dan menatap Varisha dengan muak. Arshaka masih mendekatkan wajahnya pada Varisha. 

“Apa kamu menyukai sentuhan ini?” tanya Arshaka.

Dengan mata yang penuh emosi, Varisha hanya bisa mengumpat dalam hati sambil menatap Arshaka dengan tajam. "Apa yang Anda inginkan dari saya?"

"Saya hanya ingin menghancurkanmu, Varisha, dan saya akan melakukannya dengan tangan saya sendiri," jawab Arshaka dengan dingin.

"Dan satu-satunya cara  untuk menghancurkanmu adalah dengan menikahimu," jelas Varisha dengan tegas.

"Apa Anda pikir dengan menikahi saya  akan membuat Arseno menjauh?"

Arshaka meraih rambut Varisha dengan kasar dan menariknya ke belakang, membuat gadis itu meringis kesakitan. "Saya akan memastikan tidak ada pria lain yang akan mendekati atau menyentuhmu selain saya. Kamu akan hidup dengan pria yang kamu benci, dan itu akan menjadi hukumanmu."

“Bagaimana kalau saya menolak?” tanya Varisha dengan geram. 

“Itu artinya kamu sudah siap kehilangan segalanya termasuk keluarga yang kamu cintai itu.”

“Jadi, pikirkan baik-baik keputusan apa yang akan kamu ambil,” lanjut Arshaka sebelum mendorong tubuh Varisha dan meninggalkan ruangannya.

“Dasar berengsek!” umpat Varisha dengan kesal sambil melihat punggung Arshaka yang semakin menjauh.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status