"Hah? Buka hati buat aku."Laras kembali mengangguk."Tapi perlahan ya, Den."Dennis yang merasa terharu langsung sujud syukur di lantai. Berulang kali dia mengucapkan kata alhamdulillah.Mendung yang begitu lama menyelimuti hati Dennis, dalam sekejap mata berubah.Semalam, saat memutuskan untuk membaca buku yang diberikan Bryan, mata Laras memanas dan menurunkan bulir bening. Dia haru membaca kata demi kata yang ditulis Dennis.Selama ini dirinya memang tidak sadar akan perhatian ataupun sikap lain yang lebih dari Dennis. Mungkin semasa kuliah, Laras lebih fokus agar bisa meraih nilai yang bagus."Din, aku mau ngobrol. Bisa?""Ngobrol aja, Ras. Kalau aku angkat, berarti aku bisa. In syaa Allah kapanpun kamu butuh aku siap membantu.""Din, kamu udah tahu lama ya soal perasaan Dennis sama aku?" Awalnya, Laras sempat mengurung niatnya untuk menghubungi Dinda."Ka-kamu tahu dari mana? Dennis?"
"Ibra, kamu sudah sadar, Nak?" terdengar bergetar kata yang terucap dari bibir tanpa polesan itu.Pasca rawat intens di ICU selama empat hari, tepat sehari setelah kejadian listrik padam. Ibra bangun dari tidur panjangnya. Bubur yang tertarik di kedua sisi seketika kembali ke posisi semula."Bu, ibu, kenapa aku tidak bisa melihat apapun," ucap Ibra sembari meraba-raba. Sang dokter yang ada di sana seolah memberi kode pada bu Yani yang menatapnya dalam keheranan."Aku buta, Bu?" Suara Ibra yang menggema tak terkendali. "Sabar, Ib. Sabar." Namun, Ibra seolah tak mendengar apa yang dikatakan bu Yani. Ibra malah semakin memberontak, membuat dokter menyuntikkan obat penenang padanya."Anak saya buta, Dok?" tanya bu Yani disela tangis yang menjadi-jadi, saat mereka sedang berada di ruangan lain.Dokter Laura sebagai dokter spesialis syaraf mengangguk seraya memejam kedua matanya."Yang sabar, Bu.""Saya akan sabar, Dok. Tapi kenapa tidak sejak awak saya diberi tahu. Dokter bilang hanya ada
Terbongkar Setelah 10 Tahun PernikahanBab 35Laras menoleh ke belakang tampak suaminya berjalan menghampiri dirinya yang masih syok dengan kehadiran seseorang."Mas Ibra, Da." Seolah tak ada energi kala dia menjawab pertanyaan suaminya itu. Senyum yang terukir di bibir hitam efek merokok itu mengecut seketika. Ibra sangat kaget melihat sosok lelaki yang di dalam tadi menghampiri Laras. Langit yang tadinya cerah berubah gelap hitam pekat yang mencekam padahal jarum jam masih menunjukkan pukul satu siang. Sang surya sedang berbahagia memancarkan terik cahayanya."Alhamdulillah, Ibra. Lama tak bersua." Tangan suami Laras terbuka hendak memeluk, akan tetapi Ibra sontak mundur beberapa langkah karena mengelak untuk dipeluk."Sorry, Ib. Mari masuk dulu!" ajak lelaki itu tanpa beban, tanpa cemburu, dan tanpa perasaan negatif lainnya kala melihat mantan suami istrinya sendiri."Kalian!""Ya, Ib. Aku sudah menikahi Laras.""Aku bikin minuman dulu, ya, Uda.""Ya, Ras. Aku sama Ibra dibikinin
"Kamu mau minum apa? Teh atau ....""Kopi saja," sahut Ibra dengan santai."Ras, Laras." Sangat lembur Bryan memanggil perempuan yang baru empat tahun dia nikahi itu. Laras yang tadinya berada di dalam kamar pun keluar setelah dipanggil Bryan."Ya, Uda.""Buatkan kopi ya!"Laras hanya menatap Ibra sekilas sebelum bertolak ke dapur."Aku ke sini bukan bermaksud mencari keributan, meski siap tidak siap sebenarnya mendengar penjelasan kamu. Tapi, ya, apa mau dikata. Selain itu, aku juga ingin bertemu dengan kedua anakku.""Lebih baik, Laras yang menjelaskan semuanya sama kamu, Ib.""Oke! Tidak masalah.""Kenapa rumahmu lengang, Bry? Kedua anakku mana?" tanya Ibra penasaran."Mereka sedang menginap di rumah mamaku.""Keduanya?" Ibra kembali bertanya seolah tak yakin. Mana mungkin anak keduanya yang diperkirakan berumur lima tahun kurang itu dilepas begitu saja tanpa ditemani meski di rumah neneknya sendiri."Iya, kenapa memangnya?""Kamu biarkan saja anakku yang paling kecil nginap di san
Terbongkar Setelah 10 Tahun PernikahanBab 36Dalam rasa bersalahnya, Bryan pun menghubungi Yati. Setelah berbasa-basi menanyakan buah hati sambungnya itu, Bryan pun menceritakan apa yang terjadi dengan hari kemarin dan tadi."Ya Allah, kenapa manusia yang satu itu muncul saat hidup kita mulai tenang sih, Bry." "Mungkin karena hidup kita sudah aman serta dama, mungkin Allah nguji kita lagi.""Mama jadi nggak tenang. Kamu yakin dia sendirian? Kok mama curiga hal lain ya? Dia bukannya suami dari anak dari papa kamu, Bry. Apa jangan-jangan mereka sekongkol?""Mama tidak perlu panik. In syaa Allah semua akan aman. Besok, selepas Subuh, minta antar pak Budi buat antar mama dan anak-anak ke apartemen sama bawa mbak dua orang. Di rumah tidak akan aman. Aku takut Ibra berbuat nekad dan melakukan hal tidak disangka, Ma.""Satu lagi, jangan bilang sekarang ya, Ma. Mendadak aja besok Subuh bilang ke pak Budi dan mbak-nya
"Jangan mencoba menghindar dari ku, Ras. Kalau tidak, kamu tidak akan aman selamanya!" ancam Ibra saat mencegat Laras yang keluar dari kantor. Padahal, Laras tadi mengira mantan suaminya itu sudah tidak berada di kantor. Sudah dengan seksama dia memantau semua CCTV, dan rupanya kecolongan."Aku pikir kamu sudah pergi, Mas. Tadi aku malah ingin mencarimu."Laras bisa saja berteriak atau meminta pertolongan satpam atau siapapun. Namun, itu jelas bukan solusi menghadapi manusia macam Ibra. Dia masih teringat jelas, kala bu Wera almarhumah ibunya yang meninggal tiga tahun lalu menceritakan bagaimana tantenya-Nani."Halah ..." Ibra mengibas depan wajah Laras. "Tidak perlu sok bermuka dua sama aku, Ras. Aku ini sudah hapal betul.""Jangan suudzon, Mas.""Oke. Aku tidak akan suudzon kalau kamu mau rujuk kembali dengan ku. Dan kita bersatu lagi seperti dulu. Anak-anak kita pasti akan bahagia jikalau semua itu menjadi nyata.""Sayang
Terbongkar Setelah 10 Tahun PernikahanBab 37"Oke. Aku akan datang nemuin kamu. Kirim saja lokasi kamu sekarang, Mas." Laras berucap dengan suara agak rendah setelah berpikir cepat selama satu menit."Berarti kamu setuju ingin menjadi istriku, lagi?""Jelas bukan. Tapi aku akan mengajakmu berdiskusi soal hal lain. Jelas ini bukan merugikan kamu, akan tetapi sebaliknya."Oke. Tak masalah.""Huh, aku yakin. Laras akan memberiku posisi yang bergengsi di perusahaan yang dia pegang. Bagus. Tidak sia-sia atas apa yang aku lakukan penuh perjuang mencari semuanya sendiri," gumam Ibra. "Sip. Aku segera ke sana. Jangan sakitin Kinara meski setitik saja""Tergantung, kalau kamu ingkar janji. Ya, aku tidak akan segan dan pikir panjang lagi.""Kamu gil@, Mas! Perkataan apa barusan? Apa kamu amnesia.""Ya, aku memang gil@, tapi tidak amnesia. Kamu 'kan belum pernah kehilangan. Tidak perlu banyak bicara, Ras. Lakukan saja apa yang aku pinta.""Iya, share sekarang lokasinya. Biar aku langsung ke sa
Laras menoleh. Untung dia tidak salah memberhentikan mobil. Kalau tidak Kinara akan semakin terancam.Laras langsung berlari masuk ke dalam rumah."Mana Kinara?" tanya Laras dia sisir pandangan, rumah tamu rumah ini benar-benar tidak terawat. Entah sudah berapa tahun rumah ini kosong."Ras, Laras."Namun, Laras tidak menggubris Ibra. Dia menyisir ruangan demi ruangan."Mama!" pekik Kinara sembari memeluk erat mamanya itu. Laras yang sejak tadi sudah berkaca-kaca luruh juga air matanya."Nak, kamu!""Ya Allah, Kinara.""Mas, tadi kamu janji tidak menyakiti Kinara. Kenapa banyak jejak merah seperti ini. Kamu apa 'kan dia, hah?"Mata basah itu menatap Ibra penuh kebencian. Meski Ibra pernah menjadi lelaki yang sangat dia cintai."Oh, itu. Kamu jangan asal tuduh, Ras. Kinara alergi makan seafood aku tadi sempat ajak dia makan dulu sebelum ke sini,* kilah Ibra Hampir saja dia kehilangan alasan.Kinara tak berani menatap Ibra. Dia bersembunyi di balik tubuh Laras."Sejak kapan Kinara alerg