Happy Reading*****"Tidak sopannya di mana? Saya cuma bertanya seperti itu." Si cewek masih saya ngeyel bahkan dengan beraninya dia mengedipkan sebelah mata pada Fandra. "Jelas nggak sopan bertanya seperti itu, Bu," sahut Catra, "kita di sini sedang membahas pekerjaan dan pertanyaan Ibu pada Pak Fandra nggak ada kaitan sama sekali dengan pekerjaan kita."Si cewek tersenyum lebar. Tidak malu sama sekali walau Catra sudah mengatakan hal seperti itu. "Ada dong, Mas. Kaitannya bahkan sangat erat.""Apa?" tanya Catra dan peserta meeting lainnya. Fandra mengangkat tangan kanan dan mengarahkan pada sang asisten. Tanda jika Catra harus diam dan tak bertanya apa pun lagi."Saya akan menjawab pertanyaan Ibu, tapi tolong jangan membuat keributan dan pertanyaan yang aneh-aneh lagi," terang Fandra. Dia sekarang menatap cewek yang bertanya itu dan peserta meeting lainnya."Oke. Jadi, di mana tempat Mas Fandra khitan?""Saya nggak ingat di mana," jawab Fandra acuh. "Jadi, mari kit lanjutkan ke pe
Happy Reading*****Si perempuan dengan cepat berlari ketika namanya dipanggil oleh Catra. Cepat, suami Silvia itu mengejar gadis yang selama setahun ini dicari oleh Mas bosnya. Mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Fandra, Catra kehilangan jejak si gadis."Ah, goblok. Bisa-bisanya aku nggak bisa ngejar Mbak Ning," umpat sang asisten sendirian.Panggilan yang dilakukan Catra diangkat oleh Fandra. "Ya, Cat. Aku sudah nggak ada jadwal meeting lagi, kan. Jadi, pliss jangan menggangguku. Aku butuh hiburan untuk me-refresh otak. Seharian ini, aku sudah presentasi sebanyak empat kali dan itu sangat menguras tenaga. Sebaiknya, kamu langsung tidur saja di kamar hotel atau telpon istri buncitmu yang cerewet itu," omel Fandra panjang lebar."Ini bukan tentang pekerjaan," kata Catra. Suaranya sedikit keras. Mungkin dia sedang marah atau kecewa pada bosnya."Lalu, tentang apa?""Tentang Mbak tersayangnya Mas Bos yang ada di kota ini juga," ucap Catra."Benarkah, kamu sudah menemukan Mbak Ning."
Happy Reading*****Tak sabar mengetahui hubungan Wening dengan duda beranak satu tersebut, Fandra menghubungi Anshori. Dering pertama tidak diangkat hingga panggilan itu mati sendiri."Kenapa duda itu nggak mau mengngkat panggilanku. Awas saja kalau sampai mempermainkan Mbak tersayangku. Sudah banyak wanita yang menjadi korban tipu muslihatnya," gumam Fandra. Pergi dari ruang pengamanan, lelaki itu menahan emosinya. Menghubungi Anshori sekali lagi, tetap saja lelaki itu tidak menjawab panggilan Fandra. Si bos beralih memanggil asistennya. "Cat, kita ke rumah Pak Anshori sekarang. Wening ada bersamanya.""Duh, Mas. Nggak bisa ditunda besok saja. Aku ngantuk banget," jawab Catra malas-malasan. "Mau aku pecat?""Heh! Jangan seenaknya mecat, Mas," kata Catra terkejut, "oke ... oke. Aku ganti baju dulu. Mas Bos ada di mana? Nanti, aku susul deh.""Aku di lobi bawah. Cepetan nyusul. Sepuluh menit nggak datang. Aku pecat kamu!""Hadeh. Repot kalau sama orang bucin.""Nggak usah kebanyaka
Happy Reading*****Mata dua orang yang pernah memiliki perasaan itu bertemu. Wening bahkan tak bisa bergerak untuk mengambil alih bayi mungil yang dipegang Anshori. Beberapa detik, baik Fandra maupun pujaannya sama-sama mematung."Bun, anaknya," peringat Anshori pada Wening. Cepat-cepat, Wening mengambil alih bayi yang ada di tangan Anshori. Lalu, dia masuk tanpa mengatakan apa pun juga. Berusaha menyembunyikan keterkejutannya ketika bertemu dengan Fandra yang sudah bisa berjalan.Sampai saat itu, Anshori belum menyadari kedatangan Fandra hingga suara Catra yang mengucap salam terdengar. "Assalamualaikum. Apa kabar, Pak?" tanya sang asisten pada pemilik rumah. Catra bahkan menjulurkan tangan kanannya terlebih dahulu. Lelaki itu tidak tahu jika ada kakak iparnya di sana.Anshori berbalik dan terkejut melihat kedatangan dua rekan kerja yang sudah lama bekerja sama dengan perusahaannya."Mas Catra, Pak Fandra? Kenapa tidak memberi kabar jika sudah sampai. Saya kira bercanda jika mau d
Happy Reading*****"Maksud Pak Fandra apa? Bagaimana bisa mengatakan bahwa perempuan itu adalah milik Anda?" Anshori menatap tajam rekan kerjanya."Sudah jelas apa yang saya katakan tadi. Wening Tri Rahayu adalah calon istri saya yang menghilang setahun lalu. Jadi, batalkan rencana pernikahan kalian," ucap Fandra tegas bahkan nyaris memaksa.Seorang pria paruh baya keluar dari dalam. Wajah pucatnya tampak marah sekaligus tegang. Dialah Mahmud. Duduk di sebelah Anshori, lelaki itu menatap tajam Fandra."Sejak kapan Wening menjadi calon istrimu?" tanya Mahmud. Sekalipun kalimat yang terlontar cukup tenang, tetapi ada gejolak kesakitan yang hanya dirasakan oleh Fandra."Pak?" tanya si bos, "mari kita bicarakan lagi baik-baik. Semua sudah berlalu. Saya sendiri, seperti yang bapak lihat. Sudah sehat dan bisa berjalan normal kembali. Mas Fahri juga ngga akan mengganggu Mbak Ning lagi. Dia dipaksa sadar dengan posisinya. Pak, kita sudah membicarakan ini sebelum semua tragedi waktu itu terja
Happy Reading*****Sejak kejadian itu, Fandra tak pernah mau untuk pulang ke Malang maupun Banyuwangi. Dia ingin menetap di daerah sama yang ditinggali Wening, meski sang pujaan akan bersatus sebagai nyonya Anshori. Catra, terpaksa mengikuti bosnya tinggal di pulau garam, tetapi seminggu sekali lelaki itu akan pulang ke rumahnya menjenguk sang istri. "Mas, hari ini ada jadwal ketemu sama Pak Anshori untuk pembukaan kafe baru bersama anaknya yang cewek itu. Mas bos sendiri yang datang atau aku wakili?" Catra masuk ke ruangan Fandra saat lelaki itu tengah termenung menatap pantai dengan deburan ombaknya.Menoleh, Fandra tersenyum pada sng asisten. "Biarkan aku saja yang ketemu sama dia. Sekalian mau mengucapkan selamat. Bukankah besok, dia akan menikah sama Mbak tersayangku?""Mas," panggil Catra, "bisakah melupakan Mbak Wening dan mulai buka hatimu untuk cewek lain?"Fandra menggeleng, "Nggak bisa, Cat. Hatiku sudah diisi sepenuhnya oleh Wening. Sampai kapan pun, cinta ini tetap unt
Happy Reading*****Catra menghela napas panjang. Setelah berkata supaya Fandra tidak datang ke pernikahannya besok, sng gadis berlalu begitu saja meninggalkan adik iparnya. "Dia siapa, Mas?" tanya pengacara di kantor Fandra."Dia calon istrinya Pak Anshori. Dia juga Mbak tersayangnya Mas Bos. Bapak tahu kan, kenapa mas bos sampai sekarang menjomblo. Ya, semua karena menunggu dan mencari Mbak Ning," jelas Catra.Pengacara yang hampir dua tahun ini bekerja dengan Fandra, manggut-manggut. Sekarang, dia tahu mengapa si bos tampan dan mapan itu tidak pernah mau dekat dengan seorang perempuan sekalipun banyak yang mendekati. Tahu juga, mengapa bosnya itu selalu menyebut nama Mbak tersayang. "Cantik dan terlihat sangat pinter," puji legal hukum yang bekerja di kantor Fandra. "Jangan sampai mengatakan hal demikian di depan Mas Bos, Pak. Bisa kena semprot sama bogeman nanti," peringat Catra. Keduanya lantas menuju ruangan Anshori karena sudah ditunggu oleh Fandra. Tanpa mengetuk pintu Cat
Happy Reading***** Selesai salat Subuh, Wening sudah didandani oleh seorang perias. Nanti, tepat pukul tujuh, pengucapan akad oleh duda dua anak itu akan dilakukan. Widi bahkan sejak semalam sudah menginap di rumahnya. Walau gadis ABG itu tidak setuju dengan keputusan Wening tetap menikah dengan papanya, tetapi dia juga tidak bisa berbuat apa pun juga.Wening diam seribu bahasa ketika wajahnya mulai dipoles oleh sang perias. Sejak semalam, tidurnya tidak tenang sama sekali. Salat subuh pun, bayangan wajah Fandra berseliweran. Istigfar, selawat, zikir-zikir penenang hati sudah dia rapalkan. Namun, hatinya tetap tidak tenang. Si gadis selalu mengingat wajah Fandra. Sekarang pun, saat matanya terpejam, senyum si bos muda hadir begitu saja."Kamu itu kenapa sih, Dek. Kok selalu saja menggangguku," kata Wening."Mbak, ngomong apa?" tanya si perias. Dia terkejut ketika Wening mengeluarkan kalimat-kalimat aneh. Membuka mata, si gadis yang sebentar lagi berganti status tersebut tersenyum.