Share

TCM 26

Ana berjalan gontai dengan menyeret kopernya, menjauh dari rumah yang ia anggap bagai neraka karena tidak pernah ada kasih sayang untuknya di sana. Entah sudah berapa jauh ia berjalan, hingga kakinya terasa lemas, panas terik matahari membakar kulit, hingga akhirnya Ana terduduk di bangku yang terdapat di trotoar.

“Aku harus ke mana? Aku tidak mau kembali ke sana.”

Ana menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan, ia menangis lagi, kedua pundaknya bergetar karena ia menahan agar tangisnya tidak semakin meledak.

Hingga ia tersadar akan sesuatu, Ana merogoh ponselnya yang berada di saku, satu nama kontak Ia tatap begitu lama.

“Apakah aku harus meminta bantuannya?”

Ana memejamkan matanya, dengan berat hati Ia menekan nama Arga. Laki-laki itu menjadi harapan terakhir baginya.

“Tunggu! Aku akan menjemputmu,” ucapan Arga menjadi sebuah harapan bagi Ana.

Duduk menunggu A

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status