Pagi ini, Aara tampak begitu sibuk di dapur. Dia tengah memasak, sebagai syarat yang sudah Zayden katakan untuknya.Semalam.“Baiklah, aku akan memberimu izin.”Deg!Ekspresi Aara langsung berubah, setelah mendengar hal itu.“Tapi, kau harus melakukan sesuatu dulu,” lanjutnya.“Melakukan apa?”Zayden tidak menjawab, dia kembali hanya menatap Aara. Dengan tatapannya yang tidak bisa diartikan.Namun kemudian, dia menunjukkan senyuman miringnya. Zayden menyandarkan punggungnya pada kursi, dengan begitu angkuh.“Masak,” ucapnya.“Ya? Masak?”“Benar, besok kau harus memasak untukku.”“Tapi, bukankah Anda—““Kau harus memasak sesuatu yang sesuai dengan seleraku,” selanya.“Sesuai dengan selera Anda? Tapi apa yang ingin Anda makan?”“Pikirkan itu sendiri, karena ini adalah ujianmu. Jika makanan yang kau masak sesuai dengan seleraku, maka aku akan memberimu izin. Tapi jika tidak, tentu saja izin itu tidak akan kuberikan.”“Tapi—““Kau hanya harus menjawab setuju atau tidak. K
“Silakan Tuan, ini makanan yang sudah sangat saya siapkan untuk Anda.”Tampak Zayden yang menatap lekat sup itu, dia hanya terdiam. Seperti ada hal lain yang dia pikirkan dan membuatnya tidak bisa mengalihkan pandangannya.‘Ini ....’ Zayden tidak percaya, jika makanan ini ada di depan matanya. Karena dia tahu betul, makanan ini adalah favorit dari papanya.“Kenapa kau menyiapkan ini, dari mana kau tahu bahwa sup ini akan sesuai dengan seleraku?” tanyanya kemudian.“Hmm, sebenarnya setelah memikirkannya semalaman. Akhirnya saya memutuskan untuk memasak ini, bukan tanpa dasar. Ada seseorang yang memiliki status sama seperti Anda, dia sangat menyukai masakan ini. Jadi, saya pikir Anda juga akan menyukainya. Karena itu—“Brugh!Deg!Aara tersentak, ketika mendengar suara gebrakan meja yang Zayden lakukan. Sontak dia pun langsung terdiam, dengan tubuhnya yang mematung.“Apa kau sedang menghinaku sekarang?!” tanyanya.Dia keluar dari meja makan, dan berdiri tepat di depan Aara.“M
“Apa?” Felix benar-benar dibuat terkejut oleh Zayden. Apa tadi dia tidak salah dengar, pria yang menerima panggilannya ini menyebut Aara sebagai ... “Istri?” tanyanya.Zayden yang mendengar pertanyaan itu pun hanya menunjukkan smirknya, dia lalu mematikan panggilan itu dan membuat Felix terkejut.Karena dia belum mendapatkan jawaban dari pertanyaannya tadi.“Halo, Anda belum menjawab pertanyaan saya. Halo,” ucapnya. Namun, tentu saja itu hal yang sia-sia. Karena sambungan itu sudah terputus lebih dulu.“Sial, apa itu tadi. Siapa pria itu, apa dia sungguh suami Aara?” ucapnya bertanya-tanya. “Tidak!” ujarnya kemudian seraya menggeleng. “Itu pasti tidak benar, atau. Apakah mungkin pria itu orang jahat, apa dia menculik Aara? Tidak, aku tidak bisa membiarkannya. Aku akan pergi ke rumah itu. Aki harus memastikannya sendiri!”Tanpa pikir panjang, Felix pun keluar dari dalam ruangannya dan bergegas pergi dari sana.***Sementara itu di mansion Zayden, Aara masih duduk meringkuk di de
Siang ini terasa mencekam, terutama bagi gadis bernama Aara Ayunindya. Sinar matahari yang terik saat ini tidak bisa Aara rasakan. Di matanya, saat ini hanya awan gelaplah yang terlihat.Dia ingin lari, tapi kakinya tidak bisa bergerak. Karena awan gelap yang berbentuk laki-laki tampan di depannya ini akan terus mengejarnya dan merebut kebebasannya. Glek!Aara menelan salivanya saat melihat tubuh Zayden yang menjulang tinggi berdiri di hadapannya dan mengatakan kata-katanya yang selalu terdengar mengerikan.“Aku rasa kau perlu menjelaskan hal ini padaku, kau tahu kan. Jika sekali lagi kau melakukan kesalahan apa yang akan kau terima?”Zayden menunjukkan smirknya, smirk yang sangat menakutkan dari biasanya.“Pilihlah, kau ingin berjalan sendiri, atau aku harus menarikmu paksa?”Tanpa menjawab, Aara langsung berbalik dan melangkahkan kakinya kembali ke dalam mansion Zayden.***Ruang tamu.Aara berdiri dengan wajah tertunduk di hadapan Zayden yang duduk di sofa besarnya semba
Sam turun menuju lantai satu setelah menemui Zayden dan melaporkan semua pekerjaannya.Di sana, dia melihat Aara yang masih bersimpuh di lantai seraya menangis tersedu-sedu.Dia berjalan mendekatinya, dengan ekspresi dingin yang sama seperti yang Zayden tunjukkan.“Seharusnya Anda mendengarkan saya ketika saya memperingati Anda untuk tidak macam-macam lagi dengan tuan, tapi sepertinya Anda terlalu keras kepala.”Tangisan Aara seketika terhenti, saat dia mendengar suara Sam yang berbicara. Dia pun menoleh, dengan ekspresi tidak percaya yang dia tunjukkan atas ucapan itu.“Apa maksudmu?” tanyanya.“Bukankah pria itu ingin membantu Anda melarikan diri dari sini?”Aara menggeleng. “Itu tidak benar. Aku bahkan tidak tahu jika dokter Felix akan datang, lalu bagaimana kau dan tuan Zayden bisa memikirkan hal itu.”“Awalnya mungkin Anda tidak tahu, tapi itu mungkin saja jika kalian diberikan ruang sebentar lagi untuk berbicara.”Aara terdiam, entah kenapa ucapan Sam itu tidak bisa dia
Aara tampak baru saja bangun dari tidurnya, dia membuka matanya. Melihat pada langit-langit kamarnya yang berwarna putih.Pandangan samar itu secara perlahan mulai menjelas, dan membuatnya tersadar sepenuhnya.“Aku ... ahh.” Aara merasa tubuhnya ini begitu sakit, dia seperti habis dipukuli oleh banyak orang yang membuatnya bahkan tidak bisa bergerak.“Entah berapa kali dia melakukannya semalam. Aku tidak tahu, yang jelas dia seperti tidak ingin berhenti. Apakah dia sengaja, karena dia tahu inilah hasil dari perbuatannya semalam. Tapi kenapa dia ....”Aara mengingat kembali apa yang terjadi semalam, terutama saat dia melihat tatapan Zayden yang menurutnya begitu aneh. Zayden mengatakan sesuatu yang tidak pernah dia duga sebelumnya.Semalam.“Buka matamu.”Deg!Aara yang memang tengah menutup matanya itu merasa terkejut dengan apa yang baru saja Zayden katakan.“Buka matamu dan lihat aku,” ucapnya lagi.Mendengar ucapan itu untuk yang kedua kalinya. Aara pun merasa terhipnotis
Melihat itu, Aara pun merasa bingung. Dia gugup, apakah sikapnya tadi sudah sesuai dengan yang Zayden inginkan. Atau justru tidak, karena jika tidak. Mungkin, ayahnya akan benar-benar dalam bahaya.‘Bagaimana ini? Apakah dia tidak puas?’ batinnya.Arah pandang Aara terus melihat ke mana Zayden pergi. Matanya tiba-tiba membelalak kala melihat Zayden yang menanggalkan jubah mandinya begitu saja tepat di depan Aara.Aara yang syok itu tidak bisa berkata apa pun, dia hanya terus melihat pada Zayden dengan matanya yang masih melebar.Tampak, Zayden yang dengan santainya memakai pakaian kantornya. Seakan dia tidak malu dengan apa yang dia lakukan saat ini.‘Ada apa dengannya, apa dia sudah gila? Bagaimana dia bisa telanjang bulat di depanku bahkan dengan begitu santai,’ batinnya yang tampak masih begitu syok.Zayden menoleh, melihat pada Aara. Sebelah alisnya tampak terangkat, ketika melihat ekspresi Aara saat ini.“Apa kau akan terus melihatku?”Deg!Aara tersentak, hingga tersada
Zayden keluar dari dalam ruangannya, seraya berjalan menuju pintu, dia melirik tajam pada Aara yang duduk di mejanya.Aara yang mendapat tatapan itu pun langsung merasa bingung. Ada apa lagi, kenapa dia terlihat marah? Apa aku melakukan kesalahan? Batinnya.Arah pandang Aara terus mengikuti ke mana Zayden pergi, hingga dia membuka pintu dan keluar dari sana.“Dia mau ke mana. Dan kenapa dia tampak begitu marah padaku?” gumamnya.Seketika, Aara pun terdiam. Tampak tangannya yang berada di atas meja itu dia gunakan untuk memangku wajahnya.Aara mengingat sikap aneh Zayden akhir-akhir ini. Terutama, jika mereka melakukan itu.Padahal, dia terus mengatainya sebagai wanita kotor. Tapi, kenapa akhir-akhir ini dia terus menyentuhnya?Dan setelah bersikap aneh selama dua hari ini, sekarang. Tatapan tajamnya itu kembali dia perlihatkan.Entahlah, sekali lagi. Aara benar-benar tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran pria itu.***Zayden sudah berada di depan ruangan presdir saat ini