Hati Mila pun makin dag dig dug. Karena ia melihat Ibunya Bram. Persis sekali dengan tetangganya dulu. "Oh, iya." Ia pun masih bingung hendak mengatakan apa pada ibunya Bram.Setelah berbincang sedikit, akhirnya Pak Seno pun membuka pembicaraan ke intinya. Mila pun mulai tegang meskipun awalnya tadi sempat santai. "Mila, bagaimana jawaban kamu terhadap lamaran Bram?" tanya Pak Seno.Mila masih menunduk. Sedangkan yang lain masih menunggu jawaban dari Mila semua."Mila, aku tak akan memaksa kamu, kalau kamu memang tak bisa menerima aku pun bisa menerima jawaban kamu," ucap Bram mencoba memberikan ruang kepada Mila. Apapun yang akan dikatakan Mila ia pun bisa menerima dengan lapang dada.Mila masih berkecamuk dengan hatinya. Perasaan sakit, luka, dan trauma yang hanyut dalam dirinya. Entah kapan perasaan itu akan berakhir. Bu Nigntia pun menghampiri Mila kemudian mengusap punggung Mila. "Mila, ibu tahu kalau kamu pasti merasa trauma dengan pernikahan. Mungkin tak mudah bagimu untuk me
Bram pun tak bisa melihat wajah pengendara tersebut. Sementara lampu sudah hijau dan ia pun harus segera melajukan kendaraannya. Ia hanya melihat pengendara sepeda motor yang menabraknya melintas di sampingnya. Ia pun menepikan kendaraannya ternyata benar jika bamper belakang mobil cukup ringsek. Bram pun sempat mengumpat karena ia juga merasa kesal dengan orang yang tak bertanggung jawab itu. Tetapi ada yang aneh. Ia melihat secara kertas menempel di belakang mobil. "Kertas apa ini?" gumamnya.Setelah membuka kertas itu Bram pun terkejut. Isi dari kertas tersebut ia kirimkan kepada Mila melalui aplikasi hijau. Menunggu balasan Mila tak kunjung masuk akhirnya Bram pun terpaksa menuju ke bengkel untuk memperbaiki mobilnya. Setelah di bengkel ternyata mobil Bram tak bisa langsung jadi. Melainkan perlu beberapa hari karena hantaman dari belakang cukup keras dan membuat ringsek."Pak, ini bisa tapi sekitar 5 harian," jelas pegawai bengkel."Wah, lama sekali. Mobil ini saya pakai untuk be
"Pak, sudah berapa lama Anda bekerja di perusahaan ini?" tanya Mila."Sudah 20 tahun, Bu. Sejak Ayah Anda masih memimpin perusahaan ini," jawab Pak Arman santai."Oh, terima kasih. Saya hanya ingin mengucapkan terima kasih karena telah bekerja dengan baik dan menaikkan profit perusahaan ini, Pak,'' sahut Mila. Ia tak melihat ada gerak gerik yang aneh dari Pak Arman itu. "Kalau begitu Pak Arman bisa kembali ke ruangan!" lanjutnya.Pak Arman pamit dan meninggalkan ruangan Mila. Ia pun menuju ruangannya. Mila masih mengawasi Pak Arman dari cctv dan memang memasuki ruangannya juga dikunci. Mila pun masih terus merasa curiga. Ia juga tak bisa langsung bertanya kepada Santi karena ia menduga kalau Santi ada hubungan nya dengan Pak Arman.Mila pun mencoba menghubungi ayahnya."Ayah, Halo?" sapa Mila melalui panggilan telepon."Iya, Mila. Ada apa?" tanya Pak Seno."Yah, sejauh mana sih Ayah mengenal Pak Arman?" "Pak Arman manajer keuangan itu?" "Iya. Ya dia memang sudah lama bekerja dengan
"Mobil saya di bengkel, Om. Kebetulan kemarin ditabrak orang dari belakang," jawab Bram dengan santai.Tak lama kemudian Mila pun datang dengan pakaian biasa dan sepertinya sudah mandi juga. Tercium bau wangi dari sabun. "Memangnya separah apa kok bisa sampai ringsek begitu, Bram?" telisik Pak Seno."Iya, Om. Aku juga nggak tahu sih. Kejadian nya di lampu merah dan pengendara motor itu langsung menancap gas. Wajahnya juga nggak terlihat. Dan yang semakin heran lagi ada sebuah kertas yang menempel di bamper belakang itu," jelas Bram.Pak Seno mengerutkan keningnya."Iya, Yah. Aku juga begitu. Tadi aku nggak sengaja nabrak orang nggak sampai jatuh sih orang itu terus kabur dan menempelkan kertas yang isinya "Jangan Menikah!" sahut Mila.Pak Seno menghela napas. "Sepertinya kalian sedang diteror. Tetapi siapa yang berani meneror kalian seperti ini? gumamnya. Bram pun mencoba memikirkan apakah dia memiliki musuh atau tidak. Ia pun merasa tak memiliki musuh. "Mila, kenapa kamu tadi tiba
Satu minggu sudah Mila mengawasi Pak Arman dan Santi. Baginya sudah cukup bukti untuk menyeret mereka ke penjara. Karena ternyata ada keterlibatan Santi saat memanipulasi data. Apalagi saat Mila tak berada di tempat ternyata melalui komputer yang Santi pegang mengambil data tanpa sepengetahuan Mila. Hari ini Mila memang sengaja sok baik kepada Pak Arman dan Santi. Ia masih pura-pura tak tahu jika sebenarnya hari ini Mila akan melihat kedua orang itu diseret ke penjara dengan dilihat seluruh orang kantor. Mila mengajak Pak Arman dan Santi makan bersama di ruangannya. Ekspresi wajah Santi juga terlihat biasa saja. Padahal kalau sedang berdua di ruangan Pak Arman bisa mesra sekali."Terima kasih atas jamuan makannya, Bu Mila. Ini sangat berarti sekali," ucap Pak Arman setelah selesai menikmati hidangan makan yang disediakan oleh Mila. Sedangkan Santi hanya diam saja dan masih menikmati makanan yang ada di depannya."Oh, ya. Ngomong-ngomong kalau besok kita dapat proyek apakah Pak Arman
"Tapi saya merasa belum siap, Bu. Itu adalah posisi yang cukup krusial," bantah Rian.Mila menghela napas. "Lalu, menurut kamu saya harus bagaimana? Bukankah resiko pekerjaan kamu bisa dinaik turunkan posisinya?""Maaf, Bu. Tetapi menurut saya apakah tidak mencari orang lain saja? Di divisi saya cukup banyak orang yang kompeten," sahut Rian.Mila makin penasaran. Kenapa ayahnya meminta Rian yang jadi manajer keuangan sedangkan Rian ini merasa tak sanggup. Memang menjadi manajer keuangan tidak lah mudah. Apalagi kalau menyangkut tentang uang. Contoh nya saja Pak Arman. Kinerja bagus saking bagusnya tak terendus uang digelapkan sampai milyaran. Memang tak membuat rugi perusahaan tetapi profit yang seharusnya tinggi sekali hanya menjadi tinggi saja. "Iya, Bu. Memang risikonya begitu. Tetapi apakah Bu Mila memang memberikan kesempatan untuk saya mencoba saya akan berusaha sebaik mungkin," sahut Rian."Rian, dengarkan saya! Pekerjaan ini bukan ajang untuk coba-coba, ya! Ini menyangkut kes
"Ya, Pak," sahut Mila.Polisi pun memberikan beberapa pertanyaan kepada Mila dan Pak Seno sebagai pelapor. Mila dan Pak Seno memberikan keterangan sejelas-jelasnya karena semua bukti sudah diberikan kepada pihak kepolisian. Tak lama kemudian Pak Seno dan Mila dihadirkan di sana juga."Pak Seno tolong jelaskan kenapa saya harus dibawa ke penjara? Saya sudah membantu perusahaan Pak Seno puluhan tahun. Apakah tak ada rasa empati kepada saya?" tanya Pak Arman langsung menjurus kepada Pak Seno. "Harusnya Anda yang tahu diri dong! Saya sudah percaya sepenuhnya kepada Anda lalu dengan seenaknya Anda mencuri uang perusahaan," sahut Pak Seno santai tetapi tegas."Oh, jadi perhitungan. Itu sudah bisa dibilang sebagai hak saya karena saya telah membesarkan nama perusahaan Anda," sahut Pak Arman. Entah seperti tak ada rasa malu telah jelas-jelas mencuri yang bukan haknya.Pak Seno berdesis. Jadi maksud Anda itu hak Anda karena telah membantu di perusahaan saya? Anda kira saya tak pernah menggali
Mila tak sempat menjawab. Ia hanya sempat membaca sekilas kemudian terlelap dalam tidur. Keesokan harinya, Mila baru ingat pesan dari Bram. Dan menyampaikan kepada ayahnya perihal usulan Bram."Sebaiknya kamu ambil cuti dulu, Mila? Tinggal satu minggu lagi kamu menikah dan kamu hanya memikirkan pekerjaan," tutur Bu Yuni."Nggak bisa, Bu. Di kantor cukup sibuk sampai aku juga nggak sempat istirahat. Kan semuanya sudah diurus sama ibu 'kan? Nanti juga nggak banyak acara hanya akad saja. Aku kira semuanya bisa berjalan cepat," sahut Mila seraya menikmati sandwich yang tersedia."Tapi, Mila. Kamu juga butuh istirahat! Jangan nanti kamu sudah hari H kamu terlihat lesu dan tak fresh. Kamu juga harus perawatan tubuh lah minimal," balas Bu Yuni. Ia juga tak mau kalau putrinya terlihat tak seperti putri yang sangat cantik di hari pernikahan nya."Hmm, iya. Nanti akhir pekan aku akan libur, Bu. Tapi untuk satu minggu ini juga nggak bisa. Lagipula setelah masalah Pak Arman kemarin Ayah menunjuk