"Apa itu tadi?" Tanya Galaksi heran."Tidak usah dilihat maupun dipikirkan. Kelak kau akan tahu sendiri jika tinggal beberapa waktu di wilayah pulau ke dua," jawab Gavin.Kalian pikir Galaksi akan menurut dengan ucapan Gavin? Jangan harap. Larangan bagi Arsen malah seperti perintah. Dia memang tidak banyak berbicara tapi tingkahnya yang selalu berbuat sesukanya tanpa kompromi dengan siapapun ini membuat Belinda selalu uring-uringan.Sekarang saja Galaksi bahkan sudah mulai berjalan meninggalkan lapangan. Tidak perduli berapa banyak orang yang berteriak melarangnya pergi."Udah biar gue yang ngikutin. Pawangnya Galaksi nih," kata Aurora dengan pedenya.Bayangan hitam itu bergerak menuju desa. Penduduk cepat-cepat menutup seluruh rumahnya rapat-rapat sampai tak ada celah sedikitpun yang terbuka. Raut wajah mereka ketakutan. Bahkan anak-anak yang tadi tertawa riang bermain di pekarangan rumah sekarang pontang-panting berlarian cepat-cepat masuk rumah. Melihat tingkah aneh penduduk desa G
Galaksi terus menerus berjalan menyusuri seluruh wilayah pedesaan. Ia ingin tahu lebih banyak penderitaan negeri ini di pulau kedua. Hingga matahari jatuh ke berat dua bocah itu belum juga kembali. Padahal Aurora sudah merasakan pegal-pegal pada kedua kakinya tapi Galaksi justru menunjukkan tanda-tanda tak memiliki rasa lelah."Kalian di sini rupanya?" Tanya Gavin yang menemukan mereka masih berdiri di pinggiran ladang."Ayah, menyuruh kalian pulang. Hari sebentar lagi malam."Galaksi tak acuh. Ia menganggap seolah Gavin adalah mahluk tak berwujud."Gal..." Aurora menggoyang lengan Galaksi. "Ikut Gavin dulu yok. Kaki gue pegel banget. Lo gak brenti jalan setengah hari masih nggak kerasa capek apa gimana? Dah kayak robot aja lo."Galaksi masih diam tak menggubris."Kalo lo besok mau lanjutin keliling seluruh pulau gue temenin lagi deh tapi please malam ini kita rehat dulu." Jurus rayu-rayu Aurora dikeluarkan. Bagaimanapun menghadapi Galaksi biasanya agak luluh jika dengan cara yang lem
Di rumah kediaman keluarga Daneswara Mrs. Jean Daneswara menggelar pesta pengangkatan Ansen sebagai pewaris perusahaan. Pesta diadakan dengan sangat meriah. Orang-orang elit negeri Erenda Raya turut hadir. Mereka dijamu dengan menu makanan dan minuman yang sangat berkelas. Koki-koki terbaik dipanggil untuk kebutuhan pesta."Selamat atas keberhasilanmu Maam." Antariksa datang ke pesta tersebut untuk memberikan ucapan selamat pada Mrs. Jean Daneswara."Terimakasih Antariksa. Semua berkat bantuan darimu."Dua wanita itu sama-sama tersenyum jahat.Seperti dugaan Arsen dua wanita itu memang bersekongkol untuk meraih kepentingan masing-masing."Kudengar kau baru saja kehilangan uang 8 triliun dalam semalam?" Tanya Mrs. Jean."Oh, soal bocah pengguna IWS itu? Yah, seperti yang kau dengar Maam. Kabar itu benar adanya. Tapi, aku pasti bisa mendapatkannya lagi nanti.""Jika melihat kemampuanmu sepertinya ucapan itu akan segera menjadi kenyataan."Mrs. Jean menyesap anggun di tangannya."Tadinya
Galaksi dan beberapa orang lainnya tengah duduk di beranda rumah Pak Kades. Tak berapa lama segerombolan warga yang hendak ke ladang lewat."Oh, ini anak yang membunuh warga desa kemarin?!" Cibir warga desa."Pembunuh!!!" Maki warga lainnya."Pergi kamu dari desa kami!!!""Dasar monster!!!"Galaksi hanya melirik sekilas. Ia tidak ambil pusing dengan pandangan orang terhadap dirinya. Seseorang yang berhasil menerima IWS di dalam tubuhnya, menyatu dengan benda itu, memang tidak bisa disebut sebagai manusia lagi. Monster adalah kata yang tepat untuk menyebut diri Galaksi saat ini. Dan monster memang sudah biasa dijauhi banyak orang."Gal, lo oke?" Tanya Aurora melihat ekspresi wajah Galaksi yang hanya datar-datar saja."Ra, aku akan kembali ke pulau pertama."Jawaban Galaksi sukses membuat semua orang terkejut. Tak terkecuali Pak Kades."Gal, kenapa? Apa karena warga desa benci sama lo?""Aku tidak bisa terus-menerus lari dan sembunyi dari musuh-musuhku. Aku akan menghadapi seluruh perma
"Cih, bocah sombong. Sok-sokan paling hebat karena pengguna IWS seri terbaru," Belinda mendengus kesal. "Aurora bantu Bu Sukma, aku akan membantu Galaksi.""No problem Bel. Serahin yang di sana. Biar gue yang ngurusin.""Oke," jawab Belinda singkat. Mereka langsung berpencar.Belinda maju, ia membenahi letak kacamatanya sebentar sambil mengamati dua kelompok Avezo. Matanya menyipit, pandangannya tajam dan teliti seperti elang."Jadi begitu?" Belinda menyeringai ketika akhirnya ia menyadari sesuatu.Dari jutaan Avezo ada satu robot yang bertugas sebagai ketua atau rajanya. Raja inilah yang bertugas mengatur koloni, otak dari segala formasi serangan. Menyerang Avezo hanya akan membuang-buang energi pengguna IWS. Cara yang tepat untuk menghentikan Avezo adalah dengan cara menghancurkan rajanya.Raja Avezo memiliki warna yang agak kelabu dengan ukuran yang lebih besar. Posisi raja Avezo sekarang tepat berada di atas kelala Galaksi.Draappp!!! Drraaappp!!!Belinda berlari kencangWussshhh!
Berita kaburnya Galaksi dari desa membuat orang-orang menjadi panik. Atas perintah dari Pak Kades penduduk desa diber arahan untuk mencari Galaksi. Dengan cepat warga desa menyebar. Mereka menjaga pintu gerbang yang menjadi akses keluar masuk desa. Juga menunggu di setiap perbatasan desa.Sementara itu Galaksi berjalan menyusuri jalan sepi. Sesekali ia bersembunyi untuk menghindari warga. Kemudian melanjutkan perjalanan untuk melarikan diri.Puk!Seseorang menepuk pundak Galaksi dari belakang. Galaksi terjingkat. Ia kaget bukan kepalang."Nggak usah sok-sok lari lu."Galaksi menoleh."Aurora?!"Kejora tersenyum lebar memamerkan gigi-gigi depannya."Yahhoo... Ketauan!""Bagaimana mana kau bisa menemukanku?""Bisa dong. Inikan Aurora hehehehe..."Galaksi memilih lari dari gadis absur itu. Ia melesat cepat meninggalkan Aurora. Kabur sejauh mungkin. Ia pikir telah meninggalkan Aurora jauh di belakang. Rupanya..."Udah capek belom lari-larinya?""Hah?!" Aurora sudah berdiri di depan Galaks
Di ruang tamu beberapa orang sudah berkumpul."Warga sangat berterimakasih pada Bu Sukma dan ketiga anak-anak ini karena telah berjasa menumpas Avezo yang selama ini menjadi teror menakutkan bagi desa kami."Belinda mendengar obrolan Pak Kades mengenai Avezo saat ia baru bergabung duduk di ruang tamu."Bagaimana desa ini menjadi target serangan Avezo?" Tanya Bu Sukma penasaran.Pak Kades menghela nafas panjang. Sepertinya hal yang akan ia ceritakan ini adalah hal yang sangat berat."Dulu Desa Iras adalah lumbung pangan tersebar di Erenda Raya. Setiap tahun hasil panen selalu melimpah. Penduduk tidak pernah kekurangan. Bahkan hasil panen desa Iras mampu mencukupi kebutuhan pangan nasional. Tapi itu dulu. Berpuluh-puluh tahun yang lalu. Era tetua-tetua terdahulu."Pak Kades berusaha mengenang masa kejayaan desanya."Namun sejak lima puluh tahun yang lalu desa kami terus menerus diserang berbagai hama. Pertama hama-hama itu masih lumrah. Akan tetapi semakin tahun hama-hama ini semakin ber
Kapal berlayar dengan tenang membelah lautan. Perjalanan menuju pulau pertama paling tidak memakan waktu lebih dari delapan jam. Tergantung kondisi laut juga, jika ombak sedang tidak bersahabat maka perjalanan bisa molor menjadi belasan jam.Kapal nelayan ini bertujuan menuju selat di bagian utara wilayah negara Erenda Raya. Kebetulan rute pelayaran yang diambil melewati pulau pertama. Sebab itu Galaksi dan rombongannya menyusup melalui kapal nelayan ini untuk bisa kembali dengan aman.Malam turun. Galaksi sejak dari sore berada di buritan kapal. Sengaja menyendiri. Ia menikmati laut dengan diam. Tidak ingin diganggu siapapun."Ra, coba panggil Galaksi untuk makan malam. Kalau kamu yang manggil biasanya dia nurut," kata Bu Sukma."Siap Bu Suk!"Aurora beranjak dengan riang. Ia menghampiri Galaksi yang tengah bersandar di dinding kapal dengan kepala sedikit miring."Galak!" Panggil Aurora dengan niat ingin menjahili bocah itu. Namun tanpa diduga ternyata Galaksi tengah tertidur. Wajahn