Galaksi dan beberapa orang lainnya tengah duduk di beranda rumah Pak Kades. Tak berapa lama segerombolan warga yang hendak ke ladang lewat."Oh, ini anak yang membunuh warga desa kemarin?!" Cibir warga desa."Pembunuh!!!" Maki warga lainnya."Pergi kamu dari desa kami!!!""Dasar monster!!!"Galaksi hanya melirik sekilas. Ia tidak ambil pusing dengan pandangan orang terhadap dirinya. Seseorang yang berhasil menerima IWS di dalam tubuhnya, menyatu dengan benda itu, memang tidak bisa disebut sebagai manusia lagi. Monster adalah kata yang tepat untuk menyebut diri Galaksi saat ini. Dan monster memang sudah biasa dijauhi banyak orang."Gal, lo oke?" Tanya Aurora melihat ekspresi wajah Galaksi yang hanya datar-datar saja."Ra, aku akan kembali ke pulau pertama."Jawaban Galaksi sukses membuat semua orang terkejut. Tak terkecuali Pak Kades."Gal, kenapa? Apa karena warga desa benci sama lo?""Aku tidak bisa terus-menerus lari dan sembunyi dari musuh-musuhku. Aku akan menghadapi seluruh perma
"Cih, bocah sombong. Sok-sokan paling hebat karena pengguna IWS seri terbaru," Belinda mendengus kesal. "Aurora bantu Bu Sukma, aku akan membantu Galaksi.""No problem Bel. Serahin yang di sana. Biar gue yang ngurusin.""Oke," jawab Belinda singkat. Mereka langsung berpencar.Belinda maju, ia membenahi letak kacamatanya sebentar sambil mengamati dua kelompok Avezo. Matanya menyipit, pandangannya tajam dan teliti seperti elang."Jadi begitu?" Belinda menyeringai ketika akhirnya ia menyadari sesuatu.Dari jutaan Avezo ada satu robot yang bertugas sebagai ketua atau rajanya. Raja inilah yang bertugas mengatur koloni, otak dari segala formasi serangan. Menyerang Avezo hanya akan membuang-buang energi pengguna IWS. Cara yang tepat untuk menghentikan Avezo adalah dengan cara menghancurkan rajanya.Raja Avezo memiliki warna yang agak kelabu dengan ukuran yang lebih besar. Posisi raja Avezo sekarang tepat berada di atas kelala Galaksi.Draappp!!! Drraaappp!!!Belinda berlari kencangWussshhh!
Berita kaburnya Galaksi dari desa membuat orang-orang menjadi panik. Atas perintah dari Pak Kades penduduk desa diber arahan untuk mencari Galaksi. Dengan cepat warga desa menyebar. Mereka menjaga pintu gerbang yang menjadi akses keluar masuk desa. Juga menunggu di setiap perbatasan desa.Sementara itu Galaksi berjalan menyusuri jalan sepi. Sesekali ia bersembunyi untuk menghindari warga. Kemudian melanjutkan perjalanan untuk melarikan diri.Puk!Seseorang menepuk pundak Galaksi dari belakang. Galaksi terjingkat. Ia kaget bukan kepalang."Nggak usah sok-sok lari lu."Galaksi menoleh."Aurora?!"Kejora tersenyum lebar memamerkan gigi-gigi depannya."Yahhoo... Ketauan!""Bagaimana mana kau bisa menemukanku?""Bisa dong. Inikan Aurora hehehehe..."Galaksi memilih lari dari gadis absur itu. Ia melesat cepat meninggalkan Aurora. Kabur sejauh mungkin. Ia pikir telah meninggalkan Aurora jauh di belakang. Rupanya..."Udah capek belom lari-larinya?""Hah?!" Aurora sudah berdiri di depan Galaks
Di ruang tamu beberapa orang sudah berkumpul."Warga sangat berterimakasih pada Bu Sukma dan ketiga anak-anak ini karena telah berjasa menumpas Avezo yang selama ini menjadi teror menakutkan bagi desa kami."Belinda mendengar obrolan Pak Kades mengenai Avezo saat ia baru bergabung duduk di ruang tamu."Bagaimana desa ini menjadi target serangan Avezo?" Tanya Bu Sukma penasaran.Pak Kades menghela nafas panjang. Sepertinya hal yang akan ia ceritakan ini adalah hal yang sangat berat."Dulu Desa Iras adalah lumbung pangan tersebar di Erenda Raya. Setiap tahun hasil panen selalu melimpah. Penduduk tidak pernah kekurangan. Bahkan hasil panen desa Iras mampu mencukupi kebutuhan pangan nasional. Tapi itu dulu. Berpuluh-puluh tahun yang lalu. Era tetua-tetua terdahulu."Pak Kades berusaha mengenang masa kejayaan desanya."Namun sejak lima puluh tahun yang lalu desa kami terus menerus diserang berbagai hama. Pertama hama-hama itu masih lumrah. Akan tetapi semakin tahun hama-hama ini semakin ber
Kapal berlayar dengan tenang membelah lautan. Perjalanan menuju pulau pertama paling tidak memakan waktu lebih dari delapan jam. Tergantung kondisi laut juga, jika ombak sedang tidak bersahabat maka perjalanan bisa molor menjadi belasan jam.Kapal nelayan ini bertujuan menuju selat di bagian utara wilayah negara Erenda Raya. Kebetulan rute pelayaran yang diambil melewati pulau pertama. Sebab itu Galaksi dan rombongannya menyusup melalui kapal nelayan ini untuk bisa kembali dengan aman.Malam turun. Galaksi sejak dari sore berada di buritan kapal. Sengaja menyendiri. Ia menikmati laut dengan diam. Tidak ingin diganggu siapapun."Ra, coba panggil Galaksi untuk makan malam. Kalau kamu yang manggil biasanya dia nurut," kata Bu Sukma."Siap Bu Suk!"Aurora beranjak dengan riang. Ia menghampiri Galaksi yang tengah bersandar di dinding kapal dengan kepala sedikit miring."Galak!" Panggil Aurora dengan niat ingin menjahili bocah itu. Namun tanpa diduga ternyata Galaksi tengah tertidur. Wajahn
"Aurora... Mungkinkah kau mencintai Galaksi?"Aurora tidak menjawab tapi justru membenamkan wajahnya pada pundak Galaksi.Galaksi segera paham bahwa diamnya seorang wanita adalah pertanda sebagai jawaban iya. Galaksi segera melepaskan pelukan Aurora. Tampak gadis itu pipinya basah."Seorang gadis seperti Aurora yang senantiasa ceria dan bertingkah absur bisa saja menangis jika menyangkut perkara Galaksi. Sepenting itukah Galaksi bagi Aurora?" "Ra, maafkan aku. Gara-gara aku kau tidak lagi bisa merasakan kasih sayang dari seorang Galaksi."Aurora menggeleng. Arsen tidak tahu bahwa Galaksi selama ini tidak pernah memandang Aurora dengan tatapan cinta. Bagi Galaksi, Aurora hanyalah teman masa kecilnya. Tak lebih daripada itu. Lagipula Galaksi tidak memiliki waktu untuk memikirkan perasaannya. Ia terlalu sibuk diperbudak oleh pamannya sendiri."Menangislah. Tidak apa-apa. Menangis adalah hal yang manusiawi."Cup!Tanpa disangka-sangka Galaksi justru mengecup singkat kening Aurora. Seketi
Galaksi dan rombongannya turun diam-diam dari kapal nelayan. Usai mengucapkan selamat jalan dan terimakasih mereka pun berpisah."Bu Sukma yakin akan ngikutin seluruh rencana Galaksi?" Tanya Belinda yang tampak tidak setuju jika mereka mengikuti Galaksi.Biar bagaimanapun dalam pandangan semua orang Galaksi hanyalah bocah SMA. Memimpin suatu rencana balas dendam besar seperti ini tampaknya meragukan. Akan lebih baik jika semua orang menurut pada Bu Sukma, bukan Galaksi."Tutup mulutmu dan ikuti saja. Jika tidak bersedia ikut dengan rencanaku silahkan pergi. Aku juga tidak butuh seseorang yang selalu memprotes dan meragukan semua hal yang aku lakukan." Sahut Galaksi dengan dingin.Kepala Belinda mulai mengepul. Api amarahnya tersulut."Kau hanya bocah SMA. Aku lebih percaya jika yang memimpin rencana adalah Bu Sukma!"Galaksi tak menggubris. Malam ini mereka diajak Galaksi untuk mendatangi sebuah rumah sederhana berpagar batu bata merah setinggi lima meter yang tak jauh dari dermaga.G
"Tuan Muda bisa membukanya kapan pun jika dia mau." Nenek tua itu menjawab mewakili Galaksi. Ia meletakkan makanan yang dibawanya ke atas meja.Ruangan bawah tanah ini sangat-sangat luas. Ini sih hampir setara lapangan bola.Tok! Tok!"Keras rupanya." Gavin mengetuk dinding bajanya untuk mengetes seberapa kerasnya. Ya, sebenarnya tanpa di tes kita tahu jika baja pasti keras. Tapi dasar Gavin saja gabut, harap maklumi saja tingkahnya.Kembali ke soal ruang bawah tanah ini. Di ujung ruangan ini terdapat dinding kaca yang membatasi ruangan. Di dalamnya terdapat banyak sekali robot-robot yang jumlahnya mencapai ratusan. Ukurannya setinggi dua kali manusia. Desainnya kekar dan kuat.Selain itu ruang ini juga dilengkapi dengan perangkat komputer yang diakses dengan layar monitor tiga dimensi."Ini bukan ruang bawah tanah biasa. Ini adalah bungker yang dibangun keluarga Daneswara generasi pertama. Setidaknya ada satu orang pada setiap generasi yang dipercaya untuk diberikan akses pada bungke