Hanz melangkah memasuki ruangannya sendiri, ia meraih sebuah laptop miliknya dan segera kembali keruangan Azkayra. Jantungnya masih saja berdegup kencang saat pandangan bertemu dengan mata indah milik Azka."Nona." Hanz menyapa Azka yang masih setia didepan Komputernya. Azka segera menoleh kearah Hanz yang sudah berdiri didepannya, masih selalu dengan senyum manisnya yang selalu membuat jantung Hanz berdebar. Kedua nya masih saling memandang tanpa suara, tiba-tiba terdengar pintu diketuk dari luar. "Maaf Nona, Tuan Sekretaris. Ada Tamu yang ingin bertemu. " Annabel sudah muncul di sana dengan seorang Pria muda yang tampan Rupawan. "Selamat siang Tuan Gavin, kami sudah menunggu Anda, silahkan. " Hanz segera menyambut tamu itu. "Ooh.. Iya Tuan Hanz, selamat Siang juga. " jawab Pria itu segera duduk. "Kalau begitu saya permisi dulu Tuan." Annabel memohon diri, Hanz hanya mengangguk. "Nona. " Hanz menoleh kearah Azkayra yang masih duduk di meja kerja nya, Hanz mengangguk mengisy
Waktu berjalan terasa cepat, telah berjalan beberapa bulan kepemimpinan Azkayra di Perusahaan, kini nama Azkayra pun telah terkenal dikalangan para pengusaha , sebagai seorang Presdir jelita yang super keren, dan mampu membawa Perusahaannya pada kejayaan Jauh beberapa langkah ke depan dari pada masa kepemimpinan Ayahnya dulu. Dan itu semua tak luput dari kerja keras Sekretaris Hanz yang selalu mendampinginya. Hanz selalu setia mendampingi Nonanya walau tak luput dari beratnya tekanan batin yang harus ditanggung nya,bagaimana tidak, hampir setiap saat ia harus menahan perasaan nya saat bersama wanita yang sebenarnya sangat dicintai nya namun ia harus sadar diri jika wanita itu adalah atasannya yang harus dijaga nama baik dan kehormatannya. Terlebih sikap Azkayra padanya yang selalu memancing hasrat cintanya setiap saat, karna di dalam hati Azkayra, Hanz adalah satu satunya Pria yang memikat hatinya, kendati banyak sekali Para pengusaha muda yang tampan sering kali mendekatinya Nam
"Kamu mau membawaku kemana, Hanz..? " Azka akhirnya membuka suara menepis ketegangan diantara mereka. "Ke taman Bunga Nona. Yang masih Asri dan sejuk. " jawab Hanz menahan diri agar tak menoleh. Ia masih merasa sangat malu atas perbuatannya. Tak lama kemudian Mobil mereka berhenti, Hanz bergegas turun dan segera membukakan pintu untuk Azkayra. Setelah Azka turun, Hanz kemudian berjalan mendahului. Mereka memasuki sebuah Taman Bunga yang indah dengan bunga warna warni sepanjang mata memandang. Suara kicauan burung yang merdu di atas pepohonan yang rindang. Azka terpana dengan tempat itu, senyum manis nya merekah di bibir mungilnya. Tempat yang menyenangkan dan membuat nyaman hatinya.. Azka berlari kecil dijalan setapak itu dan berputar beberapa kali menikmati pemandangan itu. "Hanz... Ini sungguh luar biasa.... Aku menyukainya..!!!! "Azka berteriak seolah hanya dia sendiri yang ada disitu. Hanz hanya tersenyum melihat tingkah Azka."Kamu terlihat semakin cantik nona, dengan se
Masih di gubuk itu, Azka berusaha mengatur nafasnya menggeser langkahnya menjauh dari Hanz, ia menepi di pinggir gubuk itu. Hanz memberanikan diri mendekati Azka. Dia tiba-tiba berlutut di hadapan Azka. "Nona, maafkan aku. Aku sungguh tidak bermaksud seperti itu. Aku sudah keterlaluan. Nona boleh menghukumku. " Hanz memegang kedua kaki Azka. Azkayra sesaat terdiam, lalu melepaskan pegangan tangan Hanz dan ikut berlutut hadapannya pria itu. Ia mengangkat dagu Hanz hingga mereka saling bertatap muka.Cup!Kecupan panjang Azkayra mendarat di dahi Hanz."Sepertinya hujannya sudah reda, ayo kita pulang." Azka segera berdiri dan keluar dari gubug, berlari kecil ke arah mobil mereka berada. Hanz terpaku dengan tingkah Azka, sesaat kemudian Hanz tersadar dan segera berlari menyusulnya."Nona.. Tunggu.. Ini masih hujan.!!" teriak Hanz, namun Azka sudah jauh didepan. Mereka akhirnya tiba di mobil. Hanz segera membuka pintu mobil untuk Azkayra.Mereka kini sudah berada di dalam mobil. "N
Dokter Lisa sudah selesai Memeriksa Azkayra. Dia menghampiri Hanzero yang masih setia berdiri disana."Tuan Sekretaris. Ini obat untuk Nona Azkayra. " Dokter Lisa menyodorkan obat yang selesai diraciknya."Bagaimana keadaan Nona Dokter. ?" Hanz bertanya masih dengan kekhawatiran."Nona Azkayra hanya demam biasa, akan segera membaik setelah meminum obat." jawab Dokter Lisa."Apa Nona terkena air hujan..? " tanya Dokter Lisa."Benar Dokter, kemarin Nona meminta pergi jalan-jalan dan kebetulan cuaca sedang buruk." jawab Hanz merasa bersalah." Sepertinya Nona alergi dingin, Dia tidak bisa terkena air hujan atau cuaca dingin. Jadi sebaiknya hindari itu semua." jelas Dokter Lisa."Baik Dokter. ""Kalau begitu saya permisi dulu. Nona Azkayra, saya permisi dulu. Diminum obatnya dan perbanyak istirahat dulu. Semoga cepat sembuh. " Dokter Lisa tersenyum pada Azkayra ."Terimakasih Dokter. " Azka membalas senyuman.Dokter Lisa melangkah keluar, Hanz segera menghampiri Nona nya. Ia meraih Man
Hanzero telah tiba di rumah, segera meloncat dari mobil sesaat setelah menghentikan mobilnya. Langkahnya terlihat cepat. Di pikirannya saat ini hanyalah Azkayra yang tengah sakit.Langkahnya dengan cepat menaiki tangga dan menuju kamar Azkayra. Tak lama Hanz sampai di depan kamar Azka dan langsung membuka pintu kamar memang tak pernah dikunci itu.Hanz melangkah masuk, langkah nya terhenti mendadak dan matanya terbelalak , Azka keluar dari kamar mandi hanya dengan balutan handuk tipis di badannya.Rambutnya tergulung ke atas menampakkan leher jenjang dan dada nya yang putih mulus, belum lagi kulit pahanya yang mulus, pemandangan yang sama sekali belum pernah Hanz lihat seumur hidupnya."Hanz.. Kamu sudah pulang!" Azka sedikit memekik ia juga nampak terkejut relfek menutup dada bagian atasnya dengan kedua tangannya.Hanz langsung membalikkan badannya tanpa suara ia melangkah keluar dan menutup pintu.Hanz membuang nafas dengan kasar."Huuufff..!!" ia menyandarkan punggung dan kepalan
"Apa yang membuat Nona bisa mencintaiku?" tanya Hanz membuat Azkayra memutar tubuhnya."Aku tidak tau Hanz, semua itu mengalir begitu saja." jawab Azka."Nona, sama sekali tidak berguna mencintaiku, aku hanya bawahan Nona. Tidak layak mendapatkan cinta dari seorang Nona Azkayra." jawab Hanz mengangkat dagu Azka."Jika aku bisa memilih , tapi hatiku yang telah memilih Hanz." jawab Azka dengan tatapan sendunya.Hanz mendengus, kini ia melangkah dan duduk kembali di atas ranjang milik Azka."Harga diri Nona melebihi segalanya bagiku, dan selama ini aku merasa bersalah telah merendahkannya. Aku sudah berjanji pada Tuan Shaka untuk menjaga Nona , aku tidak mungkin mengkhianatinya Nona." Hanz mengacak rambutnya."Hanz , Ayahku sangat menyukaimu, ia sangat membanggakanmu, kurasa ia akan setuju dengan pilihanku." kini Azka menghampiri Hanz."Aku tidak yakin Nona , Tuan menyuruhku untuk menjaga dan melindungi Nona, bukan untuk mencintai atau memiliki Nona." jawab Hanz."Hanz, jika Ayah tidak m
Hanzero terbelalak saat melihat jam di HP-nya yang menunjukkan pukul 09:00. "Sial, kenapa tidak ada yang membangunkan aku?" Serunya sambil segera menekan nomor seseorang. "Iya, Tuan. Anda sudah bangun rupanya," jawab yang di sana dengan nada ringan."Apa kamu sudah di kantor, Annabel?""Pastinya, Tuan. Secara Annabel gitu, perempuan yang disiplin waktu," jawab Annabel dengan nada bangga. "Memangnya anda bagaimana?" ejeknya.Hanzero merasa kesal dengan respon Annabel, namun dia tak bisa menyalahkan siapa-siapa. "Apa kau lupa aku menyuruhmu membangunkan aku pagi ini? Bagaimana aku bisa melupakan janji penting itu?" gumamnya dalam hati. Tetapi, dia sadar bahwa memarahi Annabel saat ini tidak akan mengubah apapun. Dengan berat hati, Hanzero melanjutkan, "Kenapa kamu tidak membangunkan aku?" Meski ia mencoba menenangkan diri, suara kesal tak bisa ia hindari dari ucapan terakhirnya."Sebenarnya tadi pagi saya berniat untuk membangunkan Tuan, namun Nona mencegahnya. Katanya, semalam Tuan