Saskia dan Bude Darsi duduk di baris ketiga di majelis taklim yang semua pesertanya adalah wanita di sekitar masjid. Karena rumah Alvaro terletak di daerah elit, hanya sedikit nyonya rumah yang mengikuti kajian itu. Peserta kajian lebih banyak merupakan asisten rumah tangga seperti Bude Darsi. Jika pun ada pemilik rumah yang hadir, biasanya mereka yang sudah sepuh.Tema kajian kali itu adalah mengenai nafkah istri. Saskia mendengarkan dengan cermat. Ternyata Alvaro sudah mengaplikasikan bagian itu dengan tepat. Alvaro membedakan uang belanja keperluan rumah tangga dengan nafkah yang diberikannya untuk keperluan pribadi Saskia.Setelah selesai, Saskia dan Bude Darsi berjalan kaki kembali ke istana Alvaro. Mereka memilih berjalan karena jarak ke masjid hanya sekitar 600 meter."Nyonya, ada seorang gadis yang menunggu Nyonya di ruang tamu. Katanya dia ditugaskan oleh Tuan Alvaro untuk menjadi asisten pribadi Nyonya," lapor security yang membukakan pintu gerbang."Oke Pak Rahman. Terimaka
Saskia masih melamun ketika mata yang tertutup itu terbuka perlahan. Maniknya yang kebiruan beradu pandang dengan manik hitam Saskia. Saskia terpaku, wajahnya memerah."Kamu mengamatiku? Apa aku mengeces?" tanya Alvaro sambil menyunggingkan senyum yang membuat jantung Saskia berlompatan."A ... aku ... ingin membicarakan sesuatu kalau Papa tidak sibuk," jawab Saskia terbata. Seketika senyum Alvaro lenyap. Alvaro tahu Saskia pasti ingin membicarakan tentang Andry. Apa Saskia akan memintanya untuk membiarkannya pergi? Jika itu keinginan Saskia, apa yang bisa dilakukan Alvaro untuk menahannya?"Sepertinya hari ini aku bisa pulang cepat. Kita akan bicara nanti malam,,oke? Sekarang aku mau olahraga dulu," kata Alvaro, tangannya mulai meremas dada Saskia yang padat dan kenyal. Alvaro tak ingin memikirkan tentang apa yang akan terjadi nanti malam.Saskia menggigit bibir, bersiap menerima rasa sakit yang selalu mengiringi penyatuan mereka. Entah gaya bercinta aneh apa lagi yang akan diprakte
Ada ketegangan dalam suara Alvaro, membuat Saskia keheranan. Wanita itu lalu melongok dari balik punggung Alvaro. Matanya seketika membola. Andry sedang duduk di kursi makan bersama Orlando yang duduk di kursi kebesarannya. "Al, Sasi. Ayo duduk." Orlando melambaikan tangan kepada Alvaro dan Saskia. Andry menoleh, sesaat wajahnya nampak marah melihat kebersamaan Alvaro dan Saskia, akan tetapi dia berhasil menguasai diri. Di menit berikutnya, raut wajahnya nampak tenang. Lelaki tampan bermanik hitam itu menatap Saskia dengan sorot merindu. Alvaro bergeming. Tubuhnya kaku. Dia tak suka ada yang memandangi istrinya dengan tatapan penuh hasrat seperti yang dilakukan Andry sekarang."Al, dia adikmu. Kenapa kamu hanya berdiri di situ?" Orlando menatap tajam pada Alvaro.Kali ini Saskia ikut membeku. Andry adiknya Alvaro? Di mana kemiripannya? Apa Orlando sedang bercanda?"Ayo duduk." Orlando kembali berkata, kali ini nadanya tegas tak ingin dibantah.Alvaro menghembuskan napas kasar lalu
Malam itu juga Andry pindah ke istana Alvaro. Andry mendapat kamar di seberang kamar Alvaro. Kamar mereka terpisah oleh tangga utama yang besar.Saskia mengantar Orlando ke kamarnya bersama Wiji, lalu masuk ke kamarnya bersama Alvaro. Saskia melihat suaminya sedang duduk di balkon sambil merokok. Wajah tampan yang terlihat dari samping itu membentuk bayangan hidung mancung dengan rahang yang tegas. Matanya menerawang entah kemana. Saskia mendekat perlahan. Sepertinya Alvaro tak menyadari kehadiran Saskia. "Pa ... ," panggilnya lirih.Alvaro bergeming. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri."Pa ...." Saskia memanggil lagi, lebih keras.Alvaro sedikit melompat saking kagetnya."Kau mengagetkanku," gerutu Alvaro. Matanya mengerjap beberapa kali lalu kembali menatap taman yang temaram disinari lampu-lampu berwarna oranye. "Papa mau kutemani?" tanya Saskia, berdiri di ambang pintu balkon kamar."Boleh. Duduk sini." Alvaro mematikan rokoknya. Saskia duduk di sisinya, berbatasan dengan meja
Masalah itu selesai dengan berakhirnya si aktor di rumah sakit dan produksi film tertunda selama beberapa bulan. Aktor itu juga mendapat gugatan cerai dari istrinya. Sang aktor tidak berani menuntut apapun kepada Alvaro karena Alvaro akan menyebarkan skandal itu dan mematikan karir si aktor jika dia melakukannya.Sedangkan Sandra, tentu saja Alvaro mengambil mobil mewahnya dan menjualnya. Alvaro tak ingin ada apa pun yang mengingatkannya pada wanita ja*ang itu. Hari itu juga Alvaro mengganti kode pintu apartemennya dan menendang Sandra keluar hanya dengan pakaian yang dibawanya ke Paris. Semua perhiasan yang ditinggal di apartemen dijual oleh Alvaro.Kecuali satu perhiasan, yaitu cincin berlian biru yang awalnya hendak dipergunakan untuk melamar Sandra.Alvaro tersenyum getir, kedua sudut bibirnya sedikit terangkat. Hatinya terluka dalam dengan kejadian itu sehingga dia tak berminat untuk menjalin hubungan lagi. Kebohongan dan pengkhianatan adalah dua hal yang tidak bisa ditoleransiny
"Aku baru tahu kalau kisahnya sesedih itu," gumam Saskia. Tadi pagi saat menyiapkan sarapan di dapur bersama Bude Darsi, wanita paruh baya itu menceritakan apa yang didengarnya mengenai masa lalu Andry dari Pakde Gito. Pakde Gito telah bekerja pada keluarga Hanssen sejak Maureen remaja. Dia tahu semua tentang keluarga Hanssen, namun dia hanya berbagi kisah itu kepada Bude Darsi yang dianggapnya seperti saudaranya sendiri."Apa Nyonya sudah mengenalnya sebelum ini?" tanya Hanifah.Saskia hanya mengangguk sambil lalu."Han, sejam lagi kita berangkat ke outlet. Tolong bilang Mang Deden untuk bersiap," pinta Saskia."Baik, Nyonya," sahut Hanifah lalu menuju ke garasi. Di tengah perjalanan, gadis berhijab itu berpapasan dengan Wiji."Han, kamu tahu berita terbaru?" bisik Wiji sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Wajahnya menampilkan ekspresi sedang membawa berita heboh."Apa? Tuan Andry?" Tanpa sadar Hanifah ikut memelankan
Andry turun dari mobilnya. Dia mengemudi sendiri. Sebuah Maserati dua pintu atas nama Djendro dibawanya dari garasi keluarga Baroto."Selamat pagi, Tuan. Apa Tuan ada janji dengan seseorang?" Seorang security menghampiri Andry dengan tergopoh-gopoh. Melihat mobil yang dibawa Andry, security berpikir yang datang pastilah orang super penting."Aku karyawan baru. Di mana aku bisa parkir mobilku?" tanya Andry. Beberapa karyawan yang melintas menoleh lalu kasak kusuk. Karyawan dengan mobil sekelas CEO? Siapa dia? Demikian pemikiran dan ghibahan para karyawan itu. Para karyawati menatap dengan penuh minat. Wajah ganteng dan mobil hedon, sungguh perpaduan yang sedap sekali."??? Karyawan?" Security tak bisa menyembunyikan rasa kagetnya, lalu cepat-cepat membungkukkan badan."Maaf, Tuan. Tuan bisa tinggalkan mobil di sini, saya akan memarkirkannya di parkiran khusus. Mohon maaf, Tuan di bagian apa? Agar saya bisa memarkirkan mobil sesu
Saskia pamit undur diri sebentar kepada pria yang sedang sibuk mengelap kemejanya dengan tisu. Ditariknya tangan Hanifah ke balik tirai yang memisahkan area servis dengan dapur."Kamu pergi ke mall sama Mang Deden. Nanti aku menyusul," kata Saskia."Maksud Nyonya bagaimana? Nyonya menyusul naik apa?" Hanifah kebingungan."Nanti aku naik ojek online. Sekarang cepat berangkat, jangan membuat pelanggan marah," sahut Saskia."Ha? Jangan, Nyonya! Tuan bisa marah kalau tahu saya membuat Nyonya naik ojol!" pekik Hanifah ketakutan. 'Belum lagi kalau Tuan Orlando tahu, bisa ditendang aku dari rumah keluarga Baroto,' pikir Hanifah, tambah ketakutan. Hanifah senang dengan pekerjaannya sekarang. Beban kerjanya ringan dan gajinya besar. Hanifah bisa mengirim uang yang cukup untuk adik-adiknya di panti asuhan."Jangan overthinking! Tuan tak akan tahu kalau kita diam. Sudah sana berangkat. Apa kamu bawa uang?" Saskia terus mendesak."