“Bawa sampah itu keluar dari rumahku. Alex!” Glendale memberi perintah.Setelah ity Glendale berjalan memasuki rumah meninggalkan Alex dan Edoardo berdua di ruang tamu.“Baik tuan.” sahut Alex, mengangguk patuh.Alex menyeringai menatap Edoardo.“Edo. Apa kau tidak dengar? Atau aku harus membantumu?” ucap Alex dengan nada meledek.Edoardo berusaha untuk berdiri, lalu menatap Alex dengan tajam.“Tidak perlu!” tolak Edoardo. Alex mencebik, kemudian menganggukan kepala.” Baguslah! Cepat pergi sana.” usirnya.“Oh, iya. Bersiaplah sebentar lagi kau akan meringkuk di penjara.” bisik Alex, kemudian pria itu tergelak lalu melangkah meninggalkan Edoardo berteriak marah.“Alex! Bedebah! Kemari kau!”Namun yang diteriaki malah terus tertawa sambil meninggalkan Edoardo.Akhirnya Edoardo memutuskan untuk pulang, sudah tidak memungkinkan baginya untuk melanjutkan.Ini bukan akhir!Edoardo akan buktikan, bahwa dirinya tidak lah bersalah. Di lain tempat, Tepatnya di rumah besar Felix, pria itu la
“Tunggu-tunggu. Maksudnya apa? Kenapa andanmalah menanyakan datang bulan segala, atau jangan-jangan?” tanya Felix kemudian menoleh pada Naya yang juga menatapnya bingung.Dokter Sam tersenyum kemudian menganggukan kepala sebagai jawaban. Sepertinya dokter Sam tahu arah pembicaraan Felix.“Sepertinya begitu, tapi untuk lebih jelasnya anda bisa memeriksakan nona ke rumah sakit khusus pada dokter obygin.” terang dokter.Felix mengangguk mengerti. Pria itu kemudian duduk di samping Naya dengan senyum yang mengembang.“Terimakasih Nay, aku sungguh bahagia.” “Ini kabar baik sayang.” ucapnya dengan antusias.“Tunggu sebentar deh, maksudnya kabar baik gimana ya, kok aku belum paham?” tanya Naya.Felix menoleh melirik dokter Sam.” Tolong jelaskan dok, biar istri saya paham.” pintanya.Dokter Sam mengangguk.” Jadi begini nona, mual dan pusing yang anda rasakan saat ini bisa di pastikan tanda awal kehamilan, tapi karena anda lupa terakhir datang bulan maka untuk lebih jelasnya bisa melakukan us
Nick dan Embun sudah seharian ini pergi bersama WO yang akan mengurus resepsi Felix.Disini hanya meninjau tempat, memastikan catering aman, dan masih banyak lagi. Beruntung ada Embun yang membantunya dalam mengambil keputusan, jika tidak? Ah! Nick pusing sendiri.“Embun kau makan dulu?” tanya Nick, ketika mereka sedang dalam perjalanan pulang.Embun menggeleng.” Tidak tuan, saya langsung pulang saja.” pintanya.“Baiklah.” sahut Nick. Pria itu kemudian lanjut fokus menyetir.Seharian kesana kemari membuat Embun kelelahan, sampai tidak sadar Embun tertidur di mobil. “Kita beli untuk dibawa pulang saja bagaimana? Kau mau?” tanya Nick, mata nya masih fokus memperhatikan jalanan di depan.“Bun? Bagaimana?” Nick mengernyit, lalu menoleh.“Astaga! Dia tertidur rupanya.” ucap Nick.“Kau pasti kecapean.” Nick mengusap rambut Embun pelan.Hari belum terlalu malam, di jalanan yang dilewati Nick banyak sekali orang menjajakan makanan, Nick berhenti di depan sebuah kedai nasi goreng siput.
Edoardo diam mencerna ucapan Felix barusan, benar kata Glendale jika Felix yang di temuinya sekarang adalah orang berkuasa yang bisa melakukan apapun dengan uang dan kekuasaannya, dia bukan lagi Felix si miskin yang dengan mudah Edoardo tindas.Edoardo menarik nafas dalam.” Kau boleh lakukan apapun terhadapku jika tuduhan itu memang terbukti. Tapi, satu hal yang aku minta darimu. Tolong jaga Naya jangan kau sakiti dia, putriku tidak ada hubungannya dengan drama masa lalu ini. Aku percaya kau bisa menjaganya.” Entah kenapa perasaan Edoardo sangat tidak tenang, pria itu merasa akan ada yang terjadi taoi entah apa Edoardo sendiri tidak tahu. Yang jelas firasatnya mengarah pada Naya putrinya.“Tanpa kau minta sekali pun Naya sudah menjandi tanggung jawabku. Suatu saat nanti anda twrbukti bersalah atau tidak, itu tidak akan mengurangi rasa cinta ku pada Naya. Apalagi sekarang ada anak yang sedang di kandungnya.” terang Felix.Edoardo membelalak, dia terkejut dengan perkataan Felix yang te
Naya selalu dibuat gelisah setelah pertemuannya dengan Glendale, wanita yang sedang hamil itu sampai kesulitan untuk tidur.Jam sudah menunjukan pukul tiga pagi, tapi Naya sama sekali belum bisa memejamkan mata. Padahal dirinya sudah masuk ke kamar dari sore.Sedangkan Felix, dia terlihat tertidur pulas. Mungkin karena efek kecapean bekerja.Pagi hari ketika Felix terbangun, melihat Naya dengan sedikit terkejut.Bagaimana tidak, kantung mata Naya tampak lingkaran hitam yang begitu jelas.“Sayang. Apa kamu tidak tidur?” Naya Felix, pria itu mengubah posisinya duduk menyamai Naya.Naya menggeleng lemah.” Aku tidak bisa tidur.” sahutnya pelan.“Astaga! Apa kau sakit? Kenapa kau tidak bilang. Ya ampun.” ucap Felix, terlihat pria itu tampak panik.“Aku tidak sakit, tapi entah kenapa sulit sekali untuk tidur.” adu Naya. Terlihat wajah lelah Naya..“Kita kerumah sakit sekarang. Kau pasti kenapa-kenapa.” Setelah berkata seperti itu, Felix menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya setelah
“Ah, tentu saja cucu oma juga.” ucap Naya dengan nada manja.Melani ikut memeluk Naya dari sebelah kiri, sedangkan Alana sebelah kanan.Ketiga orang yang merupakan keluarga itu saling berpelukan dengan wajah bahagia.Felix melangkah mundur, tidak ingin mengganggu mereka yang sedang melepas rindu.“Tuan, ada apa?” tanya Nick heran ketika Felix kembali duduk di sampingnya di kursi tunggu.“Tidak ada, aku hanya tidak ingin mengganggu mereka saja. Biarkan mereka melepas rindu.” sahut Felix.Nick mengangguk mengerti, Setelah itu mereka saling diam. Tidak ada pembicaraan apapun diantara mereka.Nick sempat melirik Felix yang sedang tertunduk, dari wajah itu terlihat jelas ada kesedihan di antara kebahagian yang dirasakan.Apakah Felix cemburu?Mungkin iya.Sebab Felix sudah tidak bisa merasakan lagi pelukan hangat kedua orang tuanya. Nick mengerti betul rasanya.Setelah menunggu cukup lama, barulah Felix kembali masuk ke dalam, jam sudah menunjukan pukul tujuh pagi, dan dia harus segera per
Hari ini pulang cepat, pria itu ingat di rumahnya ada Edoardo. Tiba-tiba saja dia punya ide.“Nick aku kita pulang sekarang!” ajaknya.“Sekarang? Tapi tuan…”“Aku baru ingat, kalau di rumah ada mertuku. Bukankah lebih baik kalau aku dekat dengannya? Siapa tahu kita dapat informasi. Iya kan?” “Ah. Kau benar tuan.” sahut Nick sambil mengangguk anggukan kepala.Setelah membereskan barang-barang mereka berdua akhirnya pulang. Nick mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Suasana kota besar di jam seperti pasti ramai dengan kendaraan yang lalu lalang, tidak jarang terjebak kemacetan. Beruntung saat ini jalanan ramai lancar, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di rumah.Setelah mobil terparkir dengan baik, Nick keluar terlebih dulu membukakan pintu untuk Felix.“Silahkan tuan.” ucap Nick, sambil membungkukan sedikit badan.“Terima kasih Nick.” yang langsung di angguki oleh Nick.Felix melangkahkan kaki lebar menuju ke dalam rumah, begitu masuk dirinya sudah disambut
“Ayah. ayo kita pulang, Naya juga sudah tidur.” ucap Melani yang baru saja keluar .Edoardo menghentikan pembicaraannya, kemudian berbalik.“Oh. Begitu, yasudah ayo.” jawabnya, lalu berdiri.“Nick, Albert kami pulang dulu. Hari juga sudah larut, kalian juga istirahatlah. Lain kali kita lanjut ngobrol lagi.” pamit Edoardo.“Ini sudah sangat larut, apa tidak sebaiknya kalian menginap saja?” Felix memberi usul. Sebenarnya Felix masih penasaran dengan kalimat terakhir yang akan diucapkan Edoardo tadi, namun dia harus kecewa karena ibu mertuanya yang keburu datang.“Kami pulang saja. Jika kamu mengizinkan kami akan sering main kemari.” sahut Melani.“Tentu saja, kalian bisa main kapanpun yang kalian mau.” jawab Felix.“Baiklah, kami jalan sekarang. Sampaikan salamku pada Naya.” Felix mengangguk.” Akan ku sampaikan, hati-hati.”Edoardo dan Melani mengangguk bersama, setelah itu keduanya melangkahkan kaki menuju parkiran.Felix mendudukan kembali dirinya di kursi, setelah Edoardo telah ben