Edoardo diam mencerna ucapan Felix barusan, benar kata Glendale jika Felix yang di temuinya sekarang adalah orang berkuasa yang bisa melakukan apapun dengan uang dan kekuasaannya, dia bukan lagi Felix si miskin yang dengan mudah Edoardo tindas.Edoardo menarik nafas dalam.” Kau boleh lakukan apapun terhadapku jika tuduhan itu memang terbukti. Tapi, satu hal yang aku minta darimu. Tolong jaga Naya jangan kau sakiti dia, putriku tidak ada hubungannya dengan drama masa lalu ini. Aku percaya kau bisa menjaganya.” Entah kenapa perasaan Edoardo sangat tidak tenang, pria itu merasa akan ada yang terjadi taoi entah apa Edoardo sendiri tidak tahu. Yang jelas firasatnya mengarah pada Naya putrinya.“Tanpa kau minta sekali pun Naya sudah menjandi tanggung jawabku. Suatu saat nanti anda twrbukti bersalah atau tidak, itu tidak akan mengurangi rasa cinta ku pada Naya. Apalagi sekarang ada anak yang sedang di kandungnya.” terang Felix.Edoardo membelalak, dia terkejut dengan perkataan Felix yang te
Naya selalu dibuat gelisah setelah pertemuannya dengan Glendale, wanita yang sedang hamil itu sampai kesulitan untuk tidur.Jam sudah menunjukan pukul tiga pagi, tapi Naya sama sekali belum bisa memejamkan mata. Padahal dirinya sudah masuk ke kamar dari sore.Sedangkan Felix, dia terlihat tertidur pulas. Mungkin karena efek kecapean bekerja.Pagi hari ketika Felix terbangun, melihat Naya dengan sedikit terkejut.Bagaimana tidak, kantung mata Naya tampak lingkaran hitam yang begitu jelas.“Sayang. Apa kamu tidak tidur?” Naya Felix, pria itu mengubah posisinya duduk menyamai Naya.Naya menggeleng lemah.” Aku tidak bisa tidur.” sahutnya pelan.“Astaga! Apa kau sakit? Kenapa kau tidak bilang. Ya ampun.” ucap Felix, terlihat pria itu tampak panik.“Aku tidak sakit, tapi entah kenapa sulit sekali untuk tidur.” adu Naya. Terlihat wajah lelah Naya..“Kita kerumah sakit sekarang. Kau pasti kenapa-kenapa.” Setelah berkata seperti itu, Felix menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya setelah
“Ah, tentu saja cucu oma juga.” ucap Naya dengan nada manja.Melani ikut memeluk Naya dari sebelah kiri, sedangkan Alana sebelah kanan.Ketiga orang yang merupakan keluarga itu saling berpelukan dengan wajah bahagia.Felix melangkah mundur, tidak ingin mengganggu mereka yang sedang melepas rindu.“Tuan, ada apa?” tanya Nick heran ketika Felix kembali duduk di sampingnya di kursi tunggu.“Tidak ada, aku hanya tidak ingin mengganggu mereka saja. Biarkan mereka melepas rindu.” sahut Felix.Nick mengangguk mengerti, Setelah itu mereka saling diam. Tidak ada pembicaraan apapun diantara mereka.Nick sempat melirik Felix yang sedang tertunduk, dari wajah itu terlihat jelas ada kesedihan di antara kebahagian yang dirasakan.Apakah Felix cemburu?Mungkin iya.Sebab Felix sudah tidak bisa merasakan lagi pelukan hangat kedua orang tuanya. Nick mengerti betul rasanya.Setelah menunggu cukup lama, barulah Felix kembali masuk ke dalam, jam sudah menunjukan pukul tujuh pagi, dan dia harus segera per
Hari ini pulang cepat, pria itu ingat di rumahnya ada Edoardo. Tiba-tiba saja dia punya ide.“Nick aku kita pulang sekarang!” ajaknya.“Sekarang? Tapi tuan…”“Aku baru ingat, kalau di rumah ada mertuku. Bukankah lebih baik kalau aku dekat dengannya? Siapa tahu kita dapat informasi. Iya kan?” “Ah. Kau benar tuan.” sahut Nick sambil mengangguk anggukan kepala.Setelah membereskan barang-barang mereka berdua akhirnya pulang. Nick mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Suasana kota besar di jam seperti pasti ramai dengan kendaraan yang lalu lalang, tidak jarang terjebak kemacetan. Beruntung saat ini jalanan ramai lancar, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di rumah.Setelah mobil terparkir dengan baik, Nick keluar terlebih dulu membukakan pintu untuk Felix.“Silahkan tuan.” ucap Nick, sambil membungkukan sedikit badan.“Terima kasih Nick.” yang langsung di angguki oleh Nick.Felix melangkahkan kaki lebar menuju ke dalam rumah, begitu masuk dirinya sudah disambut
“Ayah. ayo kita pulang, Naya juga sudah tidur.” ucap Melani yang baru saja keluar .Edoardo menghentikan pembicaraannya, kemudian berbalik.“Oh. Begitu, yasudah ayo.” jawabnya, lalu berdiri.“Nick, Albert kami pulang dulu. Hari juga sudah larut, kalian juga istirahatlah. Lain kali kita lanjut ngobrol lagi.” pamit Edoardo.“Ini sudah sangat larut, apa tidak sebaiknya kalian menginap saja?” Felix memberi usul. Sebenarnya Felix masih penasaran dengan kalimat terakhir yang akan diucapkan Edoardo tadi, namun dia harus kecewa karena ibu mertuanya yang keburu datang.“Kami pulang saja. Jika kamu mengizinkan kami akan sering main kemari.” sahut Melani.“Tentu saja, kalian bisa main kapanpun yang kalian mau.” jawab Felix.“Baiklah, kami jalan sekarang. Sampaikan salamku pada Naya.” Felix mengangguk.” Akan ku sampaikan, hati-hati.”Edoardo dan Melani mengangguk bersama, setelah itu keduanya melangkahkan kaki menuju parkiran.Felix mendudukan kembali dirinya di kursi, setelah Edoardo telah ben
Satu bulan berlalu, selama itu pula Felix tidak pernah pergi kemanapun atas permintaan Naya. Semua rencana yang telah pria itu susun baik-baik hanyalah tinggal wacana. Selama ini Nick sendiri yang kesana kemari menggantikan presdir yang cuti. Beruntung ada Embun yang membantu Nick, selama kebersamaan itu pula membuat hubungan Embun dan Nick semakin dekat.Bahkan dengan terang-terangan Nick selalu bersikap posesif pada cewek mungil itu.Ya. Belakangan ini Nick lebih suka memanggil Embun dengan panggilan itu, menurut Nick panggilan itu sangatlah cocok.Pagi ini setelah sarapan,Felix duduk di ruang tamu bersama dengan Nick kedua itu sedang membicarakan masalah perusahan.“Bagaimana Nick apa semua baik-baik saja?” “Semua baik tuan, kemarin ada masalah dengan proyek yang di luar kota, tapi aku sudah menaganginya. Anda tidak perlu khawatir tuan.” jelas Nick.“Syukurlah. Bagaimana apa ada perkembangan tentang surat kaleng itu?” tanya Felix dengan sedikit berbisik. Dia takut Naya menden
Tanpa curiga sedikitpun Felix langsung beranjak pergi dari sana, tanpa dia ketahui pria yang tadi menabraknya menatap kepergiannya Felix dengan senyum menyeringai.Tidak butuh waktu lama, Felix sudah tiba di tempat Naya menunggu tadi.“Ayo. Sayang, kita pulang sekarang.” ajak Felix begitu sampai.Naya mendongak, kemudian menganggukan kepala.” Iya.” sahutnya.Felix membantu Naya untuk bangun, di usia kandungan yang baru mencapai bulan kelima kandungan Naya terlihat lebih besar dari biasanya. Hal itu kadang menyulitkannya untuk berdiri. Awalnya memang mereka merasa aneh dengan kandungan Naya yang besar di usia kandungan yang seharusnya tidak sebesar itu. Namun kekhawatiran mereka dibayar dengan kebahagian yang tiada tara.Hasil USG menunjukan jika janin dalam kandungan Naya ada dua, itu artinya Naya mengandung anak kembar.Sepanjang perjalanan semenjak keluar dari rumah sakit bibir Felix tidak berhenti tersenyum. Beberapa kali pria itu mengelus perut sang istri dengan penuh kasih sayan
Dengan sedikit ragu Edoardo melangkahkan kakinya masuk ke kamar Naya.“Nay, kamu mau kan ikut pulang ayah sama ibu?” tanya Edoardo dengan ragu-ragu.Naya dan Melani saling lirik, heran dengan pertanyaan yang diajukan Edoardo.“Kenapa memang?” tanya Naya bingung.“Ada apa yah?” Melani ikut bertanya.Wanita itu merasa jika ada sesuatu yang terjadi. Tapi entah apa, atau jangan-jangan bertengkar dengan Felix?Namun firasatnya sudah tak enak, apalagi melihat raut wajah sang suami yang terlihat sedih dan marah.“Sudah tidak usah banyak tanya! Melani kau siapkan pakaian Naya setelah selesai ayo kita pulang!” ucap Edoardo dengan tegas. Naya sungguh terkejut dengan apa yang barusan ia dengar.Naya menggeleng kuat.” Gak! Naya gak mau ikut ayah!” tolak Naya dengan tegas. “Aku tidak ingin mendengar penolakan apapun kali ini!” Edoardo memberi putusan final.“Apa kau tidak dengar apa yang aku katakan Melani!” bentaknya.“Tapi yah, ada apa kenapa tiba-tiba kau berubah seperti ini. Apa yang terjadi