“Ayah. ayo kita pulang, Naya juga sudah tidur.” ucap Melani yang baru saja keluar .Edoardo menghentikan pembicaraannya, kemudian berbalik.“Oh. Begitu, yasudah ayo.” jawabnya, lalu berdiri.“Nick, Albert kami pulang dulu. Hari juga sudah larut, kalian juga istirahatlah. Lain kali kita lanjut ngobrol lagi.” pamit Edoardo.“Ini sudah sangat larut, apa tidak sebaiknya kalian menginap saja?” Felix memberi usul. Sebenarnya Felix masih penasaran dengan kalimat terakhir yang akan diucapkan Edoardo tadi, namun dia harus kecewa karena ibu mertuanya yang keburu datang.“Kami pulang saja. Jika kamu mengizinkan kami akan sering main kemari.” sahut Melani.“Tentu saja, kalian bisa main kapanpun yang kalian mau.” jawab Felix.“Baiklah, kami jalan sekarang. Sampaikan salamku pada Naya.” Felix mengangguk.” Akan ku sampaikan, hati-hati.”Edoardo dan Melani mengangguk bersama, setelah itu keduanya melangkahkan kaki menuju parkiran.Felix mendudukan kembali dirinya di kursi, setelah Edoardo telah ben
Satu bulan berlalu, selama itu pula Felix tidak pernah pergi kemanapun atas permintaan Naya. Semua rencana yang telah pria itu susun baik-baik hanyalah tinggal wacana. Selama ini Nick sendiri yang kesana kemari menggantikan presdir yang cuti. Beruntung ada Embun yang membantu Nick, selama kebersamaan itu pula membuat hubungan Embun dan Nick semakin dekat.Bahkan dengan terang-terangan Nick selalu bersikap posesif pada cewek mungil itu.Ya. Belakangan ini Nick lebih suka memanggil Embun dengan panggilan itu, menurut Nick panggilan itu sangatlah cocok.Pagi ini setelah sarapan,Felix duduk di ruang tamu bersama dengan Nick kedua itu sedang membicarakan masalah perusahan.“Bagaimana Nick apa semua baik-baik saja?” “Semua baik tuan, kemarin ada masalah dengan proyek yang di luar kota, tapi aku sudah menaganginya. Anda tidak perlu khawatir tuan.” jelas Nick.“Syukurlah. Bagaimana apa ada perkembangan tentang surat kaleng itu?” tanya Felix dengan sedikit berbisik. Dia takut Naya menden
Tanpa curiga sedikitpun Felix langsung beranjak pergi dari sana, tanpa dia ketahui pria yang tadi menabraknya menatap kepergiannya Felix dengan senyum menyeringai.Tidak butuh waktu lama, Felix sudah tiba di tempat Naya menunggu tadi.“Ayo. Sayang, kita pulang sekarang.” ajak Felix begitu sampai.Naya mendongak, kemudian menganggukan kepala.” Iya.” sahutnya.Felix membantu Naya untuk bangun, di usia kandungan yang baru mencapai bulan kelima kandungan Naya terlihat lebih besar dari biasanya. Hal itu kadang menyulitkannya untuk berdiri. Awalnya memang mereka merasa aneh dengan kandungan Naya yang besar di usia kandungan yang seharusnya tidak sebesar itu. Namun kekhawatiran mereka dibayar dengan kebahagian yang tiada tara.Hasil USG menunjukan jika janin dalam kandungan Naya ada dua, itu artinya Naya mengandung anak kembar.Sepanjang perjalanan semenjak keluar dari rumah sakit bibir Felix tidak berhenti tersenyum. Beberapa kali pria itu mengelus perut sang istri dengan penuh kasih sayan
Dengan sedikit ragu Edoardo melangkahkan kakinya masuk ke kamar Naya.“Nay, kamu mau kan ikut pulang ayah sama ibu?” tanya Edoardo dengan ragu-ragu.Naya dan Melani saling lirik, heran dengan pertanyaan yang diajukan Edoardo.“Kenapa memang?” tanya Naya bingung.“Ada apa yah?” Melani ikut bertanya.Wanita itu merasa jika ada sesuatu yang terjadi. Tapi entah apa, atau jangan-jangan bertengkar dengan Felix?Namun firasatnya sudah tak enak, apalagi melihat raut wajah sang suami yang terlihat sedih dan marah.“Sudah tidak usah banyak tanya! Melani kau siapkan pakaian Naya setelah selesai ayo kita pulang!” ucap Edoardo dengan tegas. Naya sungguh terkejut dengan apa yang barusan ia dengar.Naya menggeleng kuat.” Gak! Naya gak mau ikut ayah!” tolak Naya dengan tegas. “Aku tidak ingin mendengar penolakan apapun kali ini!” Edoardo memberi putusan final.“Apa kau tidak dengar apa yang aku katakan Melani!” bentaknya.“Tapi yah, ada apa kenapa tiba-tiba kau berubah seperti ini. Apa yang terjadi
“Saya ada yang janggal disini, jika obat dan vitamin yang diberikan rutin diminum, saya rasa kandungan nona Naya akan baik-baik saja.”“Apa beliau mengkonsumsi obat-obatan yang lain selain yang saya berikan?” “Untuk itu saya kurang tahu dok.” sahut Edoardo.“Begini saja, saya minta tolong untuk tuan membawakan obat dan vitamin yang saya berikan tempo lalu.” pinta dokter.“Saya harus mengecek, dan menggantinya segera. Ini sudah dalam mencapai level bahaya, saya tidak mengerti kenapa semakin hari kandungan nona Naya semakin lemah. Jika tidak mengambil tindakan segera maka membahayakan ibu dan janin. Beruntung tadi anda cepat membawanya kemari, jika tidak kami tidak bisa menyelamatkan janinnya.” jelas dokter.“Kalau begitu, saya izin keluar dok. Saya akan meminta asistennya untuk membawakan obat-obatan yang dokter minta.” Melani mengambil tindakan.Dokter mengangguk setuju.” Iya nyonya silahkan.” sahutnya.Melani pun keluar dari ruangan dokter terlebih dahulu sedangkan Edoardo masih ber
Duar!Melani dan Edoardo mereka sama-sama terkejut. Mendengar penjelasan dari dokter. Sebagai seorang ibu, dunianya seakan hancur dalam sesaat, mendengar penuturan dokter.“Itu gak mungkin dok!” Melani menggeleng kuat.“Anak dan menantu saya sangat bahagia dengan kehamilan ini.” lanjut Melani.“Untuk motif nya saya tidak tahu, tapi yang jelas ini sudah termasuk kasus kejahatan. Jadi lebih baik tuan dan nyonya segera melaporkan kasus ini pada pihak yang berwajib. Saya siap menjadi saksi jika dibutuhkan.” dokter itu memberikan saran.“Ya. Dokter benar. Kalau begitu kami permisi dok. Terimakasih telah mau membantu kami.” ucap Edoardo pamit undur diri.“Sama-sama tuan. Itu sudah menjadi tanggung jawab saya sebagai dokter.” Setelah berpamitan Edoardo dan Melani segera keluar dari sana, dan langsung menuju kamar rawat Naya. Tidak ada yang bicara sedikit pun di antara pasangan suami itu, mereka terlihat sangat syok.Di dalam ruangan,“Tuan Edoardo.” “Tuan Nick.” sapa keduanya.Nick yang s
Setelah mendapatkan izin dari tuan besar Glendale, Nick pun langsung menuju kamar dimana Felix dikurung. Terlihat di depan pintu ada dua penjaga yang menjaga pintu tersebut.“Selamat malam tuan Nick.” sapa mereka dengan sopan.Nick menganggukkan kepala.” Aku ingin bertemu tuan Albert.” ucap Nick.Kedua penjaga itu mengangguk, kemudian salah satu dari mereka membukakan kunci.“Silahkan masuk, tapi maaf kami harus menguncinya kembali. Ini perintah tuan besar.” ucap salah satu.“Baik. Aku mengerti.” Setelah pintu terbuka Nick pun langsung melangkahkan kaki masuk.“Nick!” panggil Felix, pria itu langsung berdiri lalu menghampiri asistennya itu.Grep!Felix langsung memeluk Nick, menangis dalam pelukan asistennya itu meluapkan semua emosi dan ketakutan yang pria iti rasakan sedari tadi.Nick mengusap-usap punggung Felix, berusaha menengkan tuannya itu.“Istriku. Nick! Istriku!” serunya dengan suara tersendat-sendat.“Nona dan bayinya baik-baik saja tuan.” sahut Nick. Sebelum bercerit
Sesampainya di kantor polisi, Felix dan Nick langsung menuju ruangan interogasi. Disana sudah ada beberapa polisi yang menunggu mereka.“Selamat siang tuan Albert. Tuan Nick.” sapa salah satu polisi ketika keduanya masuk.“Siang pak.” “Silahkan duduk, tuan.” “Terimakasih.” sahut Felix, kemudian dia duduk di kursi kosong yang ada di sana sedangkan Nick berdiri di samping Felix.“Putar cctv itu.” titah komandan pada salah satu anak buahnya.“Siap komandan.” sahutnya.Sesuai dengan perintah, polisi tersebut mulai mempersiapkan laptop lalu mengutak-ngatiknya sebentar. Kemudian memutar sebuah file.Semua mata tertuju pada laptop tersebut, dimana disana menampilkan rekaman di depan apotek rumah sakit, dimana terlihat jelas kejadian beberapa bulan lalu dimana Felix ditabrak seseorang setelah menebus obat untuk Naya. Di layar laptop itu terlihat jelas ketika orang itu membantu Felix mengemasi obat yang tercecer, pria itu mengeluarkan botol obat dari dalam saku jaketnya, lalu menukarnya den