"Ngimpiii! Sudahlah mana makanannya, aku laper. Denger khayalanmu gak bakalan habis-habis," sergah Ramdan. Ia mengambil kotak bekal yang dibawa oleh Alya dan membuka kotak itu perlahan.Sebelum ini ia akan makan dengan lezat masakan istrinya. Tapi kali ini entah kenapa masakan istrinya terasa begitu hambar padahal dia menyukai menu makan siangnya. "Kok makannya gitu, emang gak enak?" tegur Alya. Wanita itu mengerutkan keningnya."Enak kok, cuma tadi aku dah makan bolu kukus," sahut Ramdan lagi berbohong."Suapin aku dong, Mas.""Kamu gak malu dilihatin orang-orang?" tanyanya lagi.Alya mencebik. "Udah lama loh, kamu gak romantis kayak awal-awal dulu," sahut Alya cemberut. Ia memonyongkan bibirnya membuat ekspresinya terlihat konyol."Sudahlah, Al. Makan sendiri aja. Nih aku sudah selesai. Aku mau lanjut kerja.""Terus aku ditinggal sendirian?" tanya Alya seraya mendongak menatap sang suami."Ya, kamu pulang aja.""Ih, Mas Ramdan ngeselin, masa pergi gitu aja sih!" seru Alya kesal. Ap
Part 44Reyhan dan Risna bertolak menuju ke rumah ayahnya usai menjenguk sang ibunda.Reyhan tampak emosi. Ia menduga kalau Papa dan Mama tirinya-lah penyebab kondisi ibunya ngedrop."Kita mau ke rumah Papa, Kak?" tanya Risna."Ya. Kakak sangat yakin ada kata-kata Papa maupun istrinya itu yang menyakiti hati Mama. Mereka menemui Mama tapi kondisi mama jadi memburuk. Kita nggak bisa tinggal diam, Dek."Sepanjang perjalanan jadi tegang, tak ada kata yang terucap. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.Sesampainya di rumah papa ... "Kalian dateng kok nggak kabarin kami dulu?" sambut Martha, sang ibu tiri dengan ramah."Pa, papa! Ini ada Reyhan dan risna datang!" teriak Bu Martha lagi."Tidak usah basa-basi, Tante. Apa yang tante katakan pada Mama semalam?" cecar Reyhan tak sabar."Apa maksudmu, Nak?" Martha tampak bingung. Ia memandang Reyhan dan Risna secara bergantian.Tak lama, Pak Hadiwilaga muncul dari dalam. Laki-laki itu tersenyum. "Kebetulan kalian datang ke sini. Mari k
"Tapi, Mas, aku akui aku salah. Aku akan berubah, Mas. Aku akan memperbaiki sikapku. Aku mohon Mas, kembalilah padaku." Karina terus memohon agar Reyhan kembali padanya."Sudah? Pintu keluar ada di sebelah sana," tandas Reyhan lagi. Lelaki itu benar-benar muak dengan wanita yang ada di depannya.Karina masih terdiam di hadapan Reyhan. Sementara lelaki itu tetap fokus pada laptopnya. Lima menit berlalu Karima masih terpaku, ia berharap Reyhan akan menahannya. Tapi seakan sia-sia."Silakan keluar sebelum saya panggilkan security," tukas Reyhan lagi. kali ini dengan nada penuh penekanan.Karina makin geram karena lelaki pujaan hati justru mengusirnya pergi. Wanita itu berbalik dan menatap Risna dengan tajam.'Semua ini gara-gara kamu! Reyhan jadi makin jauh. Awas saja kau!' batin Karina.Karina menghentakkan kakinya pergi keluar dari ruangan berAC itu. "Aku kurang apa? Sampe-sampe Reyhan menolakku berkali-kali. Aku cantik, kaya, pintar, sebenarnya laki-laki itu normal gak sih, masa iya
Part 45"Risna, apa kau masih ingat? Di tanggal dan bulan ini adalah hari dimana pertama kalinya aku melamarmu? Sama seperti dulu, hari ini aku juga ingin meminta satu hal lagi padamu. Ayo rujuk denganku."Risna tertawa geli melihat sikap Ramdan yang tak tahu malu. "Ya. Aku ingat kok.""Itu artinya kau belum bisa melupakanku 'kan?"Risna tertawa lagi, sebenarnya ia sedang mengerjai Ramdan. Bisa-bisanya mantan yang pernah melukai hati dan merusak kepercayaannya justru begitu percaya diri ingin balik lagi dengannya."Aku tak pernah melihat kamu tertawa sebahagia ini, Risna. Kamu jadi makin cantik. Gimana Sayang, apa kamu terima tawaranku? Ayo rujuk lagi denganku.""Serius, Mas? Kau ingin rujuk denganku?" "Iya, aku sangat serius. Terimalah bunga ini sebagai tanda aku ingin memperbaiki kesalahanku. Aku janji Risna, akan berbuat baik dan takkan mengkhianatimu lagi.""Lalu istrimu mau kau apakan?"Ramdan terdiam beberapa saat. "Dia sedang hamil anakmu bukan? Kamu tidak mungkin meninggal
"Mas, jam berapa sekarang? Kenapa baru pulang? Kamu kemana aja larut malam baru pulang?!" protes Alya saat Ramdan baru pulang ke rumah malam itu pukul 23.15.Ramdan tak berniat mengatakan yang sebenarnya."Suami pulang capek, kamu malah ngomel-ngomel.""Ya tapi kamu habis dari mana jam segini baru pulang? Kamu kemana, Mas?""Lembur.""Bohong! Kamu jangan bohong padaku mas!""Sudahlah, jangan bawel, Alya! Yang pentingkan aku sudah pulang sekarang!" tukasnya kesal.Alya terbungkam, ia tak menyangka Ramdan akan membentaknya. Ramdan segera berlalu dari hadapan istrinya. Namun seketika langkahnya terhenti saat Alya berbicara dengannya."Apa karena perutku yang makin membesar jadi bagimu aku tak menarik lagi?" ucap Alya."Apa karena aku hanya di rumah saja dan tak melakukan apapun jadi kau merendahkanku?""Apa karena selama ini aku hanya menyusahkanmu saja jadi kau mulai mengacuhkanku?""Apa karena mantanmu sekarang sudah jauh lebih cantik dariku dan juga dia kaya raya jadi sikapmu padaku b
Part 46"Alyaa, kau sudah berani membantahku?""Aku tidak membantah, Mas. Aku mencontoh apa yang kau lakukan sekarang!" tegas Alya lagi. Ramdan mendengus. Apa boleh buat, dia pun segera menyantap mie instan di hadapannya. Karena rasa lapar yang amat mendera.Tersisa satu bulan lagi untuknya membayar hutang. Bagaimana caranya dia mengumpulkan uang sebanyak itu? Sedangkan uang yang sengaja ia tabung masih dibawah 50 juta.Penat dan rasa pusing sekaligus melanda secara bersamaan. Ia menatap gusar ke arah istrinya. Kemungkinan terburuk, dia akan keluar dari rumah ini. Ia tak tahu bagaimana respon Alya nanti.Hal itu pula lah yang membuatnya makin berjarak dengan Alya, seakan ada jurang pemisah. Kini Ramdan dan Alya hanya bertegur sapa seperlunya. Ia memandang istrinya, perutnya sudah terlihat membuncit, badannya pun mulai melar, membuatnya seperti itu menjadi tak bersemangat. Sangat berbeda dengan Risna yang semakin hari semakin glow up.***Mata Risna terbelalak saat melihat sebuah buk
Part 47Beberapa hari sebelumnya ..."Ka-mu ke-na-pa ter-li-hat ge-li-sah se-per-ti i-tu, Nak?"Dewangga menoleh ke arah ibundanya. Terdiam cukup lama memandang ke arah wanita yang sudah melahirkannya itu."Ka-mu ke-na-pa?""Aku ingin melamar Risna, Bu. Perasaan ini sungguh tak bisa kubendung lagi, aku rindu padanya. Apa perasaanku ini salah, Bu?""Ti-dak, Nak.""Aku sudah mengatakan perasaanku yang sebenarnya pada kakaknya itu. Dia bilangkalau aku benar-benar serius, aku harus datang menemui risna dan juga orang tuanya."Bu Hafsah memandangnya dengan tatapan yakin, menaruh harapan besar pada putra sulung nya itu. Dan berharap semoga Risna luluh dan mau kembali menjadi menantunya."Ka-lau ka-mu me-mang be-nar-be-nar cin-ta pa-da Ris-na, ma-ka per-ju-ang-kan di-a. Am-bil la-gi ha-ti-nya."Dewangga mengangguk mantap. Tak pernah ia seyakin ini. "La-ki-la-ki me-mang ha-rus be-ra-ni, ja-ngan di-am sa-ja. Pi-nang di-a lang-sung da-ri ke-lu-ar-ga-nya.""Baik, Bu, kali ini aku sudah mantap.
Part 48Hari ini seperti yang direncanakan oleh Risna, ia dan Dewangga pergi ke rumah sakit, menjenguk mamanya."Hati-hati di jalan, Risna. Kalau ada apa-apa hubungi kakak."Risna mengangguk mendengar ucapan kakaknya.Mobil yang dikendarai Dewangga mulai melaju membelah jalanan kota."Kamu sepertinya sudah kenal Jakarta dengan baik ya, Mas?""Ya, dulu kan aku pernah bekerja di sini selama beberapa tahun.""Ooh."Setelah sampai di tempat tujuan. Mereka berdua turun dari mobil."Mamaku dirawat di sini, Mas," ujar Risna seraya tersenyum getir.Dewangga mengangguk.Risna melangkah melewati koridor Rumah Sakit, sedangkan Dewangga mengekor di belakangnya."Risna ..." Panggilan lirih dari Bu Salamah membuat Risna terperanjat kaget. Ia benar-benar tak percaya sang ibunda memanggil namanya. "Mama? Tadi mama panggil aku 'kan? Mas, tadi kamu juga dengar 'kan?" tanyanya dengan hati yang berbunga. Ia menoleh ke arah Dewangga yang juga tengah tersenyum. Risna langsung memeluk ibunya yang tanpa ek