Di dalam kamar mereka, Armand menatap istrinya yang terlihat marah dengan ekspresi lelah. "Hentikan amarahmu yang tidak berguna itu, Nindi."
"Bagaimana aku tidak marah, Armand! Sampai kapan aku harus terus melihat gadis rendahan itu menjadi istri putraku! Aku benar-benar membencinya!" sembur Nindi pada suaminya, Armand Raharja. "Aku tahu! Tapi, bertahanlah sebentar! Bukan hanya kau satu-satunya orang yang membencinya, aku juga! Jika bukan karena terpaksa aku juga tidak akan menjadikan gadis itu sebagai istri Reagan!" "Gadis tidak berguna itu selalu membuatku kesal! Kenapa kau tidak mencari yang lebih baik darinya hah?!" Perdebatan mereka terdengar sangat nyaring di dalam kamar tersebut, beruntung masing-masing kamar di rumah ini sengaja dibuat kedap suara, jadi tidak akan ada satu pun yang akan mendengar perdebatan mereka tentang Olivia. "Kau tenang saja, istriku! Secepatnya aku akan mencari cara untuk mengeluarkan gadis itu secara paksa dari rumah ini sebelum ibu semakin kasihan padanya dan mulai berpihak pada gadis itu!" balas Armand sembari memijat keningnya yang berdenyut. Nindi mengangguk setuju, "Kau benar! Jangan sampai ibu yang berhati lembut itu beralih menyukai gadis itu!" Nyonya Besar Raharja sekaligus ibu dari Armand itu memang memiliki sifat yang hangat dan hati yang sangat lembut. Sophie Raharja itu adalah wanita baya yang sangat anggun dan cantik bahkan di usianya yang kini tak lagi muda. Banyak orang yang mengatakan bahwa Hardian Raharja adalah orang yang paling berkuasa di dalam keluarga Raharja, namun penguasa sebenarnya dari keluarga konglomerat ini adalah Sophie Raharja, sang Nyonya Besar sekaligus istri dari Hardian. Semua keputusan ada di tangan wanita baya itu, Hardian yang pada dasarnya sangat mencintai sang istri dengan sukarela membiarkan Sophie memutuskan semua hal tentang keluarga ini, bahkan jika itu termasuk tentang diterima atau tidaknya Olivia di keluarga ini. Hal yang membuat Armand dan Nindi cemas adalah kemungkinan tentang Sophie yang lambat laun menerima Olivia sebagai cucu menantunya. Sampai kapan pun Nindi tidak akan pernah rela hal itu terjadi, karena itu saat ini mereka berusaha memikirkan bagaimana caranya mengeluarkan Olivia dari rumah ini tanpa dicurigai oleh siapa pun bahwa ini adalah rencana mereka berdua. Armand menatap Nindi dengan tatapan serius. "Kau harus menjauhkan gadis rendahan itu dari Reagan, semuanya akan tetap terkendali selama Reagan tetap membenci gadis itu." Nindi berjalan menuju ke arah balkon kamarnya, ditatapnya pemandangan taman belakang yang penuh dengan bunga. "Tidak perlu khawatir, Armand. Sampai saat itu akan aku pastikan Reagan tidak akan pernah mencintai gadis itu!" **** Di area taman belakang, tepatnya di dalam rumah kaca yang berada tidak jauh dari taman belakang, seorang wanita baya dengan pakaian khasnya yang elegan terlihat sibuk menyiram tanaman-tanaman yang menjadi kesayangannya. Sophie Raharja menatap jajaran tanaman mahal koleksinya yang memang disimpan di dalam rumah kaca khusus dengan raut wajah senang, mereka semua terlihat tumbuh sangat baik di bawah pengawasannya. Jari-jari tangannya meraih sekumpulan bunga lily yang terlihat mekar dengan sempurna, aroma harum memenuhi seluruh sudut rumah kaca yang memang sebagian besar dipenuhi oleh berbagai jenis tanaman. Sophie menatap bunga lily yang ada di depannya sembari tersenyum, kedua mata cokelat terangnya menyipit menciptakan kerutan halus di sekirar area matanya. "Apa yang kau lakukan di sini, nak?" Olivia yang tanpa sengaja memasuki area rumah kaca pun terkejut, dengan cepat pandangannya beralih pada seorang wanita baya yang ternyata adalah sang Nyonya Besar Raharja. "Ah, maafkan aku karena masuk ke tempat anda tanpa izin, Nyonya Besar." ucap Olivia merasa tidak enak, ini memang salahnya yang penasaran saat melihat rumah kaca ini dan berakhir masuk ke dalamnya. Beberapa waktu sebelumnya, Olivia yang sedang kembali berjalan-jalan di area taman belakang mansion tidak sengaja menemukan sebuah bangunan kecil yang seluruhnya terbuat dari kaca. Merasa penasaran, Olivia memutuskan untuk menghampiri bangunan itu dan masuk ke dalamnya, tanpa ia sangka ternyata bangunan itu adalah sebuah rumah kaca yang penuh dengan tanaman dan bunga-bunga yang bermekaran. Sophie menatap Olivia yang berdiri tak begitu jauh darinya, seulas senyum lembut masih tersemat di wajahnya yang cantik. "Kemarilah, bukankah bunga ini sangat cantik?" "Iya, anda benar. Bunga ini sangat cantik." jawab Olivia sembari mengalihkan pandangannya pada bunga lily putih itu. "Aku sendiri yang merawat mereka setiap hari, berharap mereka dapat tumbuh dengan baik dan mekar dengan sempurna seperti ini." jelas Sophie tiba-tiba, wajah cantiknya terlihat bersinar. Penampilan Sophie bagaikan seorang wanita bangsawan yang anggun. Olivia tersenyum, tatapannya beralih pada nenek dari Reagan itu. "Saya dapat melihat seberapa tulus anda membesarkan semua tanaman ini, mereka begitu sehat dan segar." Sophie tertawa pelan, "Ini semua karena Hardian yang selalu membawakanku banyak tanaman setiap kali ia pergi ke suatu tempat. Aku tidak punya pilihan lain selain merawat mereka semua, hingga semuanya menjadi sebanyak ini dan aku memutuskan untuk membuat sebuah rumah kaca untuk menyimpan mereka." "Tuan Besar sepertinya sangat mencintai anda." Olivia menundukkan pandangannya ke bawah, senyum tipis terlihat di wajahnya yang cantik. Sophie mendengus geli, "Semua orang mengatakan hal yang sama sepertimu." "Nyonya Besar, anda adalah orang yang sangat baik. Tidak mengherankan jika Tuan Besar sangat mencintai anda." jelas Olivia, sekilas sorot matanya terlihat redup, hanya sebentar sebelum kembali terlihat cerah. "Kau tahu, nak? Saat Armand mengatakan padaku bahwa Amelia menghilang sebelum pernikahan, aku merasa marah. Jangan hanya karena kondisi Reagan saat ini, perempuan itu bebas meninggalkan cucuku dengan seenaknya seperti itu." Sophie meraih salah satu bunga lily putih yang ada di hadapannya itu dan memetiknya dengan hati-hati. Ditatapnya Olivia yang berdiri di sampingnya dengan pandangan yang tidak bisa diartikan, sorotnya terlihat gelap membuat jantung Olivia tanpa sadar berdetak lebih kencang. "Jadi Olivia, sama seperti aku yang membenci Amelia sekarang, jika kau melukai Reagan seperti itu, aku pastikan kau akan menjadi seperti bunga ini." ucap Sophie bersamaan dengan hancurnya bunga lily yang ada di dalam genggamannya itu.Mansion Keluarga Raharja,Jakarta, IndonesiaHari ini mansion keluarga Raharja terasa sangat sepi, Tuan dan Nyonya Besar Raharja—Sophie dan Hardian—tengah pergi ke luar negeri untuk melakukan perjalanan bisnis. Sedangkan Armand dan Nindi sendiri harus pergi ke luar kota untuk menghadiri sebuah pesta ulang tahun perusahaan milik keluarga konglomerat lainnya.Beruntung bagi Olivia karena hari ini dia seakan terbebas dari tekanan berat yang diberikan oleh anggota keluarga Raharja. Saat ini Olivia tengah berada di dapur, berkutat dengan berbagai macam bahan makanan yang akan menjadi menu makan malam hari ini bersama Bi Ira yang juga terlihat sibuk di sampingnya.Menghabiskan beberapa waktu bersama sang kepala pelayan membuat Olivia mengerti bahwa sebenarnya Bi Ira tidak benar-benar membencinya. Hanya saja wanita paruh baya itu memang memiliki karakter yang pendiam dan selalu serius di setiap waktu membuat Bi Ira terlihat sedikit mengintimidasi.Olivia tersenyum, cukup bersyukur karena a
“Olivia, kau harus menuruti semua perintah Tuan Armand! Kalau tidak, nyawaku jadi taruhannya!”Olivia yang baru dibawa masuk ke sebuah ruang privat seketika membelalak melihat posisi ayahnya yang berlutut di lantai. Kedua sisi bahunya ditekan oleh dua pria berpakaian hitam."Ayah, apa yang terjadi?!” tanya Olivia panik saat melihat kondisi ayahnya yang babak belur. “Apa yang kalian lakukan pada ayahku?!” serunya pada semua orang yang ada di ruangan itu."Senang bertemu denganmu, Olivia Hermawan,” ujar sebuah suara, membuat Olivia segera menoleh. Seorang pria paruh baya duduk di kursi kebesarannya dengan wajah angkuh. “Aku Armand Raharja, Direktur Utama Raharja Group tempat ayahmu bekerja dan juga melakukan penggelapan uang.""A-apa?!" kedua mata Olivia membulat lebar. “Penggelapan uang?! Ayahku tidak mungkin melakukan hal itu!”"Itu semua benar, Oliv!” sela ayahnya. “Aku memberikanmu pada Tuan Armand sebagai penebus hutangku padanya. Yang perlu kau lakukan adalah menuruti semua perint
Olivia hanya bisa terduduk pasrah di dalam sebuah kamar tempatnya dikurung. Gadis itu tidak bisa kabur atau pun menghindar lagi sekarang. Pintu kamar itu dikunci dari luar, dan tidak ada jendela sama sekali di kamar itu. “Ya Tuhan … kenapa jadi begini?” lirihnya pada keheningan. Ayahnya dengan tega menjadikannya alat pelunas utang, dan Olivia tentu tak punya uang tiga miliar untuk menebusnya. Tidak ada yang bisa Olivia lakukan lagi selain menunggu dan menerima. Hari ini, ia akan menjadi istri dari pria yang tidak ia ketahui sama sekali seperti apa rupanya. Meski begitu, Olivia berharap bahwa calon suaminya bukanlah pria seburuk ayahnya. Gadis berusia 25 tahun itu tidak ingin hidup seperti ibunya yang tidak bahagia karena menikah dengan pria kasar seperti ayahnya. Sejak dulu impiannya adalah memiliki keluarga yang bisa mencintainya sepenuh hati dan menerima dirinya apa adanya. Namun, impian itu tampaknya terlalu muluk. Para pelayan tiba-tiba datang memasuki kamar Olivi
Mansion Keluarga Raharja,Jakarta, IndonesiaPagi telah tiba, matahari pun mulai memunculkan sinarnya yang terang. Pintu kamar Reagan tiba-tiba terbuka, ibu dari Reagan, Nindi Raharja masuk ke dalam kamar putranya bersama dengan dua pelayan di belakangnya. Dilihatnya gadis yang baru menikah dengan putranya itu tengah tertidur sendirian di atas ranjang milik Reagan. Nindi mendengus kesal, sejak awal ia tidak menyetujui ide Armand yang membawa gadis sialan ini masuk ke dalam rumah ini sebagai pengantin pengganti untuk Reagan. Namun, apa yang bisa ia lakukan? Kepergian Amelia membuatnya harus menerima gadis rendahan ini menikah dengan Reagan tepat di depan matanya.Dengan wajah angkuhnya, Nindi memberi isyarat pada salah satu pelayan dan diangguki oleh pelayan tersebut. Dengan tidak berperasaannya, pelayan tersebut menyiram Olivia yang sedang tidur dengan seember air tepat di wajahnya membuat gadis itu terbangun dengan gelagapan karena terkejut."Enak sekali jam segini masih tidur? Bang
Di sore harinya, setelah insiden tidak menyenangkan yang terjadi pagi tadi Olivia memilih berjalan-jalan di sekitar area taman belakang. Rumah keluarga Raharja memang terbilang sangat luas, jarak dari gerbang depan hingga ke pintu masuk utama harus ditempuh dengan kendaraan. Tak heran, sebagai rumah keluarga konglomerat, mansion keluarga Raharja juga memiliki taman belakang yang sangat luas dengan banyak jenis bunga yang ditanam di dalamnya. Olivia tersenyum senang, setidaknya untuk hal ini ia tidak dilarang oleh keluarga Raharja. Bi Ira, kepala pelayan keluarga Raharja mengatakan pada Olivia bahwa mulai hari ini kamarnya akan diletakkan terpisah dengan kamar Reagan. Olivia yang mengetahui hal itu merasa tidak masalah, gadis itu tahu bahwa sejak awal Reagan memang tidak menyukainya. Menatap ke sekelilingnya, pandangan Olivia tidak sengaja menemukan Reagan yang duduk di kursi rodanya di tengah hamparan bunga mawar merah yang mekar. 'Reagan? Apa yang sedang ia lakukan di sana?' bati