Gara tersenyum-senyum sambil berjalan ke gedung A."Gila, nggak nyangka beristri putri mafia pada akhirnya membuatku jadi sebahagia ini. Kupikir setelah dibuat terluka oleh Sabia aku tidak akan pernah mengenal indahnya cinta lagi. Namun takdir Tuhan siapa tahu. Di balik musibah fitnah yang menimpaku ternyata aku justru diberikan kesempatan jatuh cinta dengan istriku," kata Gara di dalam hati."Ngapain cengar-cengir sendiri?" Tanya Edo begitu bertemu dengan Gara di kelas 12 IPA 1."Nggak apa-apa," jawab Gara berbohong. Ia melepaskan hodie yang ia kenakan. Menyampirkannya ke sandaran kursi."Barusan kamu bikin heboh apa di gedung B?" Selidik Edo."Mana ada?" Kilah Gara."Mana ada katamu... Noh, buktinya banyak yang upload story patah hati karena kamu nganterin Bella ke kelasnya pake payung sambil dirangkul." Edo menunjukkan bukti nyata yang membuat Gara tidak akan bisa berkilah lagi."Gitu doang Do.""Gitu doang kamu bilang? Kamu lebih baik jujur deh sama aku udah sejauh apa hubungan ka
Gara mengikuti Edo dan Sabia di belakang."Loh, dokternya nggak ada? Hujan gini dateng nggak sih?" Tanya Edo begitu melihat ruang UKS kosong melompong tidak ada yang jaga."Dateng mungkin agak siang sih," jawab Gara ia masih berada di depan pintu UKS saat Edo dan Sabia sudah lebih dahulu masuk."Kamu tiduran aja Bi di sini," kata Edo menyuruh Sabia tiduran. Sabia yang pada dasarnya memang sangat pusing maka dia tidak protes sedikit pun. Ia buru-buru berbaring ke salah satu ranjang UKS."Kalian jangan pergi dulu ya. Temeni aku sampe dokter yang jaga UKS dateng," pinta Sabia. Sepertinya kali ini ia tidak sedang mendrama."Iya, kami temeni," jawab Edo menyanggupi."Kamu butuh apa ngomong aja Bi," Edo mengimbuhi.Gara yang sedari tadi berdiri di depan pintu memerhatikan mereka dalam diam. Lama-lama kok dia malah merasa seperti obat nyamuk."Aku butuh obat sakit kepala Do. Bisa tolong cariin nggak? Kepalaku sakit banget."Edo segera menuju kotak obat. Ia mencari-cari obat sakit kepala. Ent
Belum pernah Bella melihat Gara marah seperti ini. Tenyata saat marah Gara menjadi tidak mau bicara sama sekali. Itu terbukti sepanjang perjalanan pulang Gara hanya diam saja.Bella sendiri juga merasa malas untuk bicara lebih dahulu."Kenapa dia yang jadi marah sih? Orang dia yang bikin perkara. Bilangnya mau membuktikan untuk menjauhi Sabia. Heleh bullshit. Nyatanya berduaan mesra di ruang UKS. Kalau aku yang sakit belum tentu juga dia sepertihatian itu," Bella mengomel di dalam hati.Ia kemudian mengambil gawainya. Sok sibuk bermain gawai. Padahal Bella hanya scroll-scroll sosial media miliknya. Yang penting ia kelihatan sibuk aja di mata Gara."Kita lihat aja. Siapa yang paling tahan nggak bicara. Nggak lama lagi paling Gara juga ngomong duluan," batin Bella.Mobil Gara berhenti di depan kediaman keluarga Hyuugo. Bella buru-buru turun dari mobil. Ia pikir Gara akan segera memarkirkan mobilnya di garasi, ternyata Bella salah. Gara justru memutar mobilnya untuk meninggalkan kedia ke
"Ra, kamu masih marah sama aku?" Tanya Bella."Menurutmu bagaimana?" Tanya Gara balik.Bella mengulurkan kedua tangannya untuk menyentuh pipi Gara."Jangan marah lagi Ra, aku kangen kamu," bujuk Bella manja.Gara mana bisa marah berlama-lama jika istrinya seperti ini. Mau tak mau ia luluh juga. Karena sejujurnya ia juga merasakan hal yang sama dengan Bella, yaitu rindu. Entah bagaimana ceritanya saat dua orang saling cinta bertengkar justru akhirnya berujung rindu."Umm, aku juga kangen sama kamu." Gara menunduk untuk mengecup pipi Bella bergantian kanan dan kiri."Kamu istirahat aja, aku pijitin." Gara meraih kaki Bella dan mulai memijitnya dengan telaten."Kamu nggak istirahat juga? Kamu pasti capek baru pulang.""Iya, abis mijitin kamu aku langsung istirahat. Udah kamu buruan tidur biar cepet sembuh."Kalau sedang sehat Bella pasti bakal ngeledekin Gara dengan sebutan sweet boy atau semacamnya. Tp berhubung kepalanya sedang sangat pusing Bella hanya diam saja."Ra... Aku pengen dip
Sore harinya keadaan Bella sudah benar-benar sehat. Sembari menunggu Gara pulang dari markas Hell Devil Bella memilih untuk berendam air hangat di dalam bathtub.Bella membalurkan busa ke seluruh tubuhnya kemudian memejamkan matanya untuk menikmati aroma strawberry kesukaannya.Tiba-tiba Bella merasakan kecupan singkat di keningnya. Ia kaget bukan buatan. Buru-buru Bella membuka matanya dan ia mendapati wajah Gara tepat berada di atasnya."Ngapain kamu disini?" Bella melotot. Sebenarnya ia bertanya-tanya sejak kapan Gara datang. Dan kenapa laki-laki yang sudah menjadi suaminya ini bisa datang tanpa suara. Bahkan Bella tidak mendengar pintu kamar mandi di buka."Mandi. Orang di kamar mandi mau ngapain lagi emangnya?" Jawab Gara tanpa beban dosa seperti biasanya.Bella memandang curiga kepada Gara."Kamu kenapa datang tanpa suara?""Kamu aja yang nggak denger. Keasyikan berendem tuh sampai suami datang nggak denger.""Eh, apa iya aku yang keasyikan berendem sampai Gara datang saja tidak
Bella berkutat di depan cermin rias mengenakan gaun tanpa lengan berwarna merah yang seksi dan elegan. Apalagi pada bagian bawah gaun terdapat belahan hingga ke atas lutut, hal itu menambah kesan seksinya saja. Pada bagian belakang gaun belum di kancingkan sehingga punggung mulus Bella masih terekspos."Butuh bantuan?" Tanya Gara ketika melihat istrinya kesusahan mengancingkan resleting gaun."Iya, tolong sayang," ucap Bella.Gara meninggalkan aktivitasnya mengancingkan lengan kemejanya. Ia mendekati istrinya, berdiri tepat di belakang Bella."Bukankah ini terlalu seksi?" Tanya Gara melihat pantulan bayangan istrinya di cermin dalam balutan gaun kiriman dari Ibunya Gara."Iya, kenapa? Kamu keberatan aku memakai gaun ini?"Gara menarik naik resleting gaun Bella. Gaun itu begitu pas di badan Bella. Sempurna menampilkan lekuk tubuh Bella yang memiliki pinggang ramping."Sebenarnya iya, tapi jika Ibuk mengharapkan kamu memakai gaun ini maka hargai saja."Bella berbalik ke arah Gara. Ia me
Selanjutnya mereka disapa Tuan Tohir dengan hangat."Oh, Rihanda junior ternyata juga datang?"Tuan Tohir memang memiliki panggilan khusus untuk Gara, yaitu Rihanda Junior. Entah mengapa laki-laki yang usianya sudah pantas menjadi kakek Gara itu justru senang memanggil dengan nama Rihanda Junior ketimbang memanggil dengan nama Gara seperti orang-orang pada umumnya."Kami memintanya untuk datang juga Tuan Tohir." Ibunya Gara justru yang menjawab pertanyaan Tuan Tohir."Kau sekarang sudah besar ya Rihanda Junior. Siapa rupanya gadis yang bersamamu Rihanda Junior? Apakah dia pacarmu?" Tanya Tuan Tohir begitu melihat Bella.Gara tersenyum singkat."Istriku Tuan." Gara menyalami Tuan Tohir dan istrinya bergantian.Tuan Tohir terkekeh."Anak muda jaman sekarang benar-benar. Baru pacaran sudah berani mengakui gadisnya sebagai istri di depan orang tuanya. Jaman kita dulu mana berani ya Tuan Daniel?"Tuan Daniel ikut-ikutan tertawa. Meskipun tawanya adalah tawa terpaksa yang sangat miris. Kare
Bella kembali ke meja makan sebelum orang-orang merasa curiga mengapa Bella lama sekali hanya untuk ke kamar mandi.Usai jamuan makan malam itu Tuan dan Nyonya Tohir mengajak semua orang berpindah ke ruang tengah untuk menikmati teh sambil mengobrol hangat."Oh, ya, Nak Gara dan Nak Bella kalau ingin menikmati pemandangan yang berbeda dari rumah ini mungkin bisa naik ke roof top. Dari atas sana saya jamin Nak Gara dan Nak Bella akan melihat sesuatu yang sangat menakjubkan," kata Nyonya Tohir."Apakah kami diijinkan untuk naik ke roof top Nyonya?" Tanya Gara."Tentu saja Nak Gara. Silahkan naik saja tidak apa-apa.""Baiklah. Terimakasih Nyonya.""Mbak, tolong tunjukkan jalan menuju roof top pada Nak Gara ya," kata Nyonya Tohir pada salah satu maid."Baik Nyonya," maid itu menjawab dengan sopan.Gara tersenyum. Ia meraih tangan Bella untuk mengikuti maid yang menunjukkan jalan menuju roof top. Mereka berjalan menyebrangi ruangan bersantai yang ukurannya sungguh sangat keterlaluan karena