"Ayra, kenapa di depan rumah kita banyak orang?" tanya Baskara."Ayra gak tahu ayah, Ayra juga baru ini pulang kerumah," jawab Ayra."Ayra turun dulu ya mas, ayah, Ayra lihat dulu mereka siapa dan cari siapa,"Arthur mengantarkan Ayra dan Baskara sampai di depan rumah mereka, namun mereka melihat begitu banyak pria yang bertubuh kekar dan berpakaian preman di depan rumah Ayra. Rumah itu merupakan rumah peninggalan ibu Ayra untuk Ayra, makanya ibu tiri dan saudara tirinya mendapatkan surat tanah itu di kamar Ayra."Maaf bapak-bapak ini siapa?" tanya Ayra dengan sopan."Kamu siapa?" tanya salah satu dari pria itu."Saya Ayra pemilik rumah ini,"Mereka membuka map yang mereka bawa dan melihat foto yang ada diberkas itu mirip dengan Ayra."Rumah ini akan kami sita karena kamu tidak membayar pinjaman kamu,""Apa, disita? pinjaman?" tanya Ayra yang merasa bingung."Ya, Rumah ini kami sita, dan kamu harus membayar uang pinjaman itu sekarang juga, jika kamu tidak membayarnya maka rumah dan ta
"Tega sekali mereka kepadamu, sekarang mereka dimana? tanya Arthur. "Aku tidak tahu, terakhir aku melihat mereka...." Ayra Tampak berfikir. "Ah, terakhir aku melihat mereka ketika di rumah sakit ketika aku baru pulang dari London dan aku melihat mereka habis berbelanja yang banyak," lanjut Ayra. "Jadi mereka menggadaikan rumahmu untuk berfoya-foya demi kesenangan mereka dengan alasan pengobatan ayah kamu," Ayra hanya mengangguk. "Ya sudah kalau mereka pulang kamu bicarakan dengan mereka, kalau dalam 3 hari mereka tidak pulang, saya yang akan berbicara dengan orang-orang tadi, sekarang saya mau ke kantor, kamu besok saja masuk kantor." "Iya." Ayra mengantar Arthur kedepan menuju mobilnya dan masuk kembali kedalam rumahnya setelah mobil Arthur tak terlihat lagi. Ayra masuk kedalam kamarnya untuk menyimpan pakaiannya yang masih tersusun rapi di dalam koper. Katika Ayra masuk ke dalam kamarnya betapa terkejutnya Ayra melihat kamarnya yang begitu berantakan, seperti habis kema
Hari ini Arthur akan mengajak Ayra untuk membeli gaun pengantin dan cincin untuk pernikahan mereka. Arthur berencana akan menikah Ayra lusa."Ayra saat makan siang nanti saya mau mengajak kamu makan siang dan setelah itu kita pergi membeli gaun dan juga cincin," ucap Arthur."Baik pak," "Ayra ini kita disini hanya berdua, panggil saya dengan sebutan mas," "Tapi pak ini di kantor, kita harus seperti atasan dan bawahan,""Ck, terserah kamu," rajuk Arthur yang kembali ke meja kerjanya.Tiga jam telah berlalu, waktu untuk istrihatpun tiba, Ayra sedang membereskan berkas-berkasnya yang berantakan di meja."Ayra kamu sudah siap?" tanya Arthur yang berjalan ke arah Ayra."Sudah," Ceklek"Mas Arthur," panggil Adelia yang datang kekantor Arthur dan langsung memeluk Arthur.Ayra yang melihat Arthur dengan istrinya tertunduk, hatinya terasa teriris sedikit ketika melihat Arthur di peluk oleh istri Arthur. Namun ia menutupinya dengan bersusah payah agar Arthur dan Adelia tidak mengetahuinya."A
"Akhirnya kamu tidak tertunduk dan menangis lagi," ucap Arthur seperti tidak terjadi sesuatu dengan mereka.Arthur menekan tombol angka 1 pada lift. "Mulai sekarang jika kita berdua seperti ini di kantor saya mau kamu memanggil saya mas, dan satu lagi kamu jangan menutup apapun dari saya, saya tidak suka kebohongan." Ayra menganggukkan kepalanya.Setelah sampai di lantai satu, Arthur segera keluar dari lift, dan di ikuti oleh Ayra dari belakang. Ayra sebenarnya merasa deg-degan dengan Arthur yang tiba-tiba menciumnya secara tiba-tiba, namun karena lift yang digunakan Arthur adalah lift khusus untuk CEO, Ayra merasa lega, tidak mungkin ada orang yang berani menggunakan lift itu juga."Kita akan makan siang terlebih dahulu, setelah itu kita memebeli baju dan cincin, dan kembali kekantor lagi," ucap Arthur.Ayra hanya mengangguk karena memang benar-benar tidak bisa mengatakan apapun."Kenapa kamu dari tadi hanya menganggukkan kepalamu? apakah karena ciuman saya tadi membuat kamu bungk
Zean mengajak Ayra makan siang di sebuah restoran yang tidak jauh dari kantornya, karena Zean sengaja agar Ayra tidak terlambat masuk kantor kembali."Ayra, kamu sejak kapan bekerja di kantor itu?" tanya Zean."Semenjak lulus kuliah gue udah bekerja disitu, dari jadi karyawan biasa hingga sekarang menjadi sekretaris," jawab Ayra."Hebat dong kamu sudah menjadi sekretaris, lalu bagaimana dengan pasangan kamu setelah putus dari Kenzo apa sudah menemukan yang tepat?" tanya Zean.Ayra menggelengkan kepalanya, "Aku sebentar lagi akan menikah.""Apa kamu akan menikah? tapi kenapa kamu menggelengkan kepala dan ternyata kamu mau menikah?" tanya Zean yang merasa bingung dengan Ayra.Ayra tersenyum kecut memandangi Zean dengan air mata yang sudah tergenang di ujung matanya yang siap jatuh kapan saja."Aku akan menikah Zean,""Kenapa wajah kamu seperti tidak bahagia seperti itu?" tanya Zean."Itu hanya perasaan kamu saja Zean, sudah ayo cepat, aku mau kembali kekantor," "Ya sudah, ayo kita lanju
"Ya, saya mengenal Zean, Zean Wicaksana Raka," jawab Arthur."Ah iya, namanya sama dengan mas Arthur, berarti Zean adalah adik mas Arthur?" tanya Ayra."Hemm... dia adik saya, adik kandung,""Oh, tapi kenapa dia tadi tidak masuk kesini ya, ini kan kantor mas Arthur,""Dia tidak mau menginjakkan kakinya kesini karena dia tidak mau saya suruh bekerja.""Tapi Zean itu dari sekolah bekerja kok, dia kerja di bengkel, eh bukan kerja, tapi dia pemilik bengkel itu," jelas Ayra."Ya dia tidak mau bekerja di perusahaan, dia lebih senang dengan mesin-mesin dan oli," celetuk Arthur."Oh begitu,""Apakah kamu mempunyai hubungan khusus dengan Zean?" "Tidak, saya dan Zean adalah teman kuliah, dia berteman dengan mantan pacar saya, tapi gak tahu sekarang mereka masih berteman dekat atau enggak,""Sudah lah jangan bahas dia lagi, ayo temani saya makan siang, dan setelah itu kita ke butik."Ayra menganggukkan kepalanya dan mengambil tasnya kembali.Seperti biasa Arthur selalu berjalan di depan deluan,
Ayra keluar dari ruang ganti, Arthur meihat Ayra sampai tidak mengedipkan matanya."Mas Arthur bagaimana yang ini?" tanya Ayra."Cantik," kata Arthur yang keluar begitu saja dari mulutnya."Orangnya yang cantik atau bajunya yang cantik?" goda pemilik butik."Orangnya," ucap Arthur tanpa sadar memuji kecantikan Ayra."Gaun itu terlihat cantik dipakai oleh Ayra," ralat Arthur."Kamu suka gaun itu Ayra?" tanya pemilik butik."Ya tante saya menyukainya," jawab Ayra."Kami pilih gaun itu tante," ucap Arthur.Pemilik Butik membungkus gaun itu dan diberikan kepada Ayra.Arthur memberikan black cardnya kepada tante,"Ini tante,""Tidak usah Arthur," tolak pemilik toko."Tapi tante,""Tante memberikan ini untuk Ayra, sebagai hadiah untuk pernikahan kelian,""Kalau begitu terima kasih tante," ucap Arthur."Terima kasih tante," ucap Ayra."Semoga Samawa, dan kelian bahagia.""Ammiin," ucap Ayra dan Arthur bersamaan.Bagaimana bisa aku bahagia dengan pria Arogan seperti ini, kalau bukan karena kea
"Ada apa mas kemari?" tanya Zean tanpa melihat ke arah Arthur, ia masih betah melihat halaman rumahnya yang luas dari balkon kamarnya."Apa Ayra wanita yang sering kamu ceritakan? yang kamu taksir?" tanya Arthur."Apakah kalau aku mengatakan iya, mas akan memberikannya kepadaku?" tanya Zean kembali."Tentu saja tidak," jawab Arthur."Kalau itu jawaban mas kenapa mas menanyakan itu kepadaku?""Aku ingin meyakinkan saja, apakah kau masih menyukainya atau sudah melupakannya,""Apa mas serius ingin menikahinya?" tanya Zean dengan menatap tajam Arthur."Ya," jawab Arthur."Apa mas akan mencintai dan menyayanginya? atau mas hanya ingin memiliki anak saja dengannya, selebihnya mas tidak peduli dengannya?"Itu bukan urusan kamu, jika dia sudah menikah dengan mas, bagaimana dia kamu jangan pernah ikut campur," pesan Arthur."Jika mas menyakitinya, aku orang pertama yang akan membawanya pergi jauh dari mas," pesan Zean."Mas pastikan dia tidak akan pernah mau ikut denganmu.""Kita lihat saja na