Share

Bab 3

Clara tidak bisa tidur pagi ini, ucapan pria gila semalam, terus terngiang di otaknya. Ucapan pria itu sungguh tidak masuk akal.

"Pria memang gila." Clara bergumam sambil terus berusaha untuk memejamkan matanya karena ia harus kembali bekerja nanti malam.

Di tempat lain, Ares sedang berfikir bagaimana ia bisa segila itu semalam. Seharusnya ia mencari wanita baik-baik sebagai partnernya tapi kenapa ia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri dengan bertindak bodoh mengajak seorang wanita penghibur untuk menjadi ibu dari calon anaknya kelak. Padahal jelas-jelas ia membenci tipe wanita rendahan seperti itu. Namun, kenapa ia bisa lepas kendali semalam.

"Aku sudah menyiapkan perjanjiannya."

Ucapan Jerry membuyarkan lamunan Ares. "Maksud kamu?" Ia mengernyitkan keningnya bingung.

"Aku sudah mempersiapkan perjanjian sebelum kamu melakukan rencana itu, tapi aku tidak ingin jika wanita yang kamu pilih adalah Clara." Jerry berbicara jujur, ia memang tidak setuju jika Ares memilih Clara karena ia sangat mencintai Clara.

"Aku juga tidak inginkan dia,"

"Lalu apa maksud kamu semalam?"

"Aku tidak tahu, semua itu terjadi begitu saja. Aku juga pasti akan memilih wanita baik-baik bukan seperti dia."

"Clara wanita baik-baik karena itu aku tidak setuju kamu memanfaatkannya."

Ares tertawa mencemooh. "Tidak ada wanita baik-baik yang bekerja seperti itu."

"Terserah kamu saja, ini surat perjanjiannya." Jerry malas berdebat dengan Ares. Menurutnya Ares pria munafik, jelas-jelas ia melihat semalam Ares sangat menginginkan Clara dan saat ini dia berpura-pura mengelak dan menghina Clara.

"Terima kasih." Ares menerima map berisi surat perjanjian yang telah Jerry buat untuknya. Ia berniat untuk membacanya terlebih dahulu tapi kegiatannya terhenti oleh kedatangan Mily.

"Sibuk?" Mily masuk ruangan Ares tanpa permisi karena ia ingin memberikan kejutan pada suaminya.

"Baiklah, aku harus pergi. Jangan lupa simpan itu baik-baik." Jerry undur diri. Ia tak ingin menjadi penonton drama telenovela menye-menye. Bukan rahasia lagi kalau Mily itu sangat manja dan lebay.

"Ada apa, Sayang?" Ares beranjak dari kursi kebesarannya menghampiri Mily.

"Aku mengganggu, ya?"

"Tidak, kamu tidak pernah mengganggu, justru aku senang kamu datang." Ares mengajak Mily duduk di sofa yang ada di ruang kerjanya.

"Terima kasih, Sayang." Mily terdiam sejenak, "sebenarnya aku datang karena aku ingin izin berlibur satu minggu." Ia menundukkan wajahnya takut dengan penolakan yang akan Ares berikan.

"Kita akan berlibur."

"Tidak, Sayang."

"Kenapa? Aku pasti akan menuruti semua keinginanmu."

"Aku ingin berlibur sendiri." Mily berkata lirih.

"Aku bisa menemanimu, aku akan menghubungi Jerry untuk menghandle pekerjaanku. Jika itu alasan kamu ingin pergi sendiri."

"Bukan itu, aku ingin menenangkan diri. Tadi Mama kamu dan teman-temannya membicarakan aku." Setitik air mata Mily terjatuh mengingat kejadian tadi saat mertuanya datang ke rumah bersama teman-temannya.

"Tenang, Sayang. Jangan menangis, pergilah dan lakukan apa pun yang bisa buat kamu senang." Ares memeluk Mily mencoba untuk menenangkannya.

"Maaf."

"Tidak, Sayang. Harusnya aku yang meminta maaf."

Ares merasa bersalah dengan Mily, ia harus secepatnya mendapatkan wanita yang mau mengandung anaknya dan semua akan segera terjawab. Tentang dirinya yang tidak sehat. Ia yakin dokter salah memvonisnya. Ia sangat menyayangi Mily. Apa pun yang Mily inginkan, ia akan berusaha mengabulkannya.

❄️❄️❄️

Siang ini Clara mengenakan dress berwarna merah maroon, berjalan menuju meja yang sudah di pesan untuk menemui kliennya. Tak sengaja, ia berpapasan dengan pria semalam.

Padangan mata mereka bertemu. Namum, Clara cepat-cepat mengalihkan pandangannya dan mengangkat dagunya tinggi, berjalan angkuh melewati pria itu. Ia tak ingin terpengaruh olehnya.

"Aku tunggu di basemen." Ares berbicara pelan, bahkan terdengar seperti bisikan.

Clara hanya diam dan terus berjalan menjauh dari Ares tapi entah mengapa jatungnya terasa berdetak lebih cepat dari biasanya saat ini.

"Sepertinya aku harus cek kesehatan setelah ini." Clara bergumam sendiri.

Seperti ucapannya, Ares menunggu Clara di basemen sambil memegangi map yang Jerry berikan. Padahal ia yakin tidak ingin memilih Clara, bahkan ia merasa jijik dengan wanita penghibur tapi entah mengapa saat bertatapan dengannya ia merasa ingin memilikinya.

Setelah menunggu sekian lama akhirnya Clara muncul. Ares bergegas keluar dari mobilnya dan menghampirinya. "Kita harus bicara." Ia menarik tangan Clara, membawanya masuk ke mobil secara paksa.

"Ada apa? Aku tidak punya banyak waktu."

"Cukup! kamu duduk tenang dan angan banyak bicara." Ares melajukan mobilnya.

"Dasar pria gila." Clara mencibir tingkah aneh pria yang tengah bersamanya saat ini.

"Aku masih bisa mendengarmu." Ares menatap Clara, tajam.

"Baguslah dan semoga saja kegilaanmu cepat sembuh."

Clara membalasnya dengan acuh tak acuh. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi mengambil posisi ternyaman. Sampai tak sadar ia tertidur karena saat ini masih termasuk jamnya untuk tidur.

Ares yang heran karena sepanjang perjalanan Clara hanya diam. Ia melirik sekilas, ternyata wanita itu tengah tertidur pulas.

Ares memarkirkan mobilnya karena saat ini mereka telah sampai di tujuan tapi ia tidak berencana untuk membangunkan Clara. Ia justru memandangi wajah Clara yang terlihat sangat cantik. Rambutnya panjang dan indah menambah kecantikannya.

Tidak hanya wajah dan rambut. Pandangan mata Ares beralih ke arah bibir Clara yang terlihat sangat menggoda. Ia ingin menyesapnya berkali-kali tapi ia berusaha untuk menahannya.

Sungguh Clara adalah godaan terberat bagi Ares karena dia, miliknya saat ini bangun dan meminta untuk di puaskan.

Ares mengacak-acak rambutnya frustasi, ia tidak menyangka kini ia menjadi pria brengsek yang menginginkan wanita lain selain istrinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status