Suara Damian berseru dengan lantang, dan penuh ketegasan. Raut wajah Damian menunjukkan jelas aura emosi dan amarah tertahan. Kilat mata cokelat gelapnya terus menatap Fargo tajam. Rahangnya mengetat. Tangannya terkepal begitu kuat. Dia tak peduli pada apa pun. Sebab pada akhirnya semua akan terbongkar. Tubuh Deston dan Olsen mematung menatap Damian tajam. Pancaran mata mereka menunjukkan jelas tatapan terkejut, tapi tak percaya begitu saja. Ruang meeting itu semakin mencekam akibat tatapan tajam semua orang. Fargo yang berdiri tak jauh dari Damian—memberikan tatapan tajam yang terselimuti kemarahan membara.“Jangan main-main dengan ucapanmu, Damian!” bentak Deston keras, dan menggelegar. “Damian, kau jangan gila! Ucapanmu itu konyol! Kami mengenal Kimberly dengan baik!” seru Olsen dengan nada tinggi penuh amarah.Damian masih bergeming di tempatnya dengan tatapan yang masih dan terus menatap tajam Fargo. Aura wajahnya menunjukkan jelas keseriusan dan ketegasan. Tak ada sedikit pun
Kimberly duduk di ranjang kamar hotelnya seraya menatap ke layar ponsel miliknya. Sampai detik ini Damian belum menghubungi, ataupun mengirimkan pesan singkat padanya. Padahal biasanya Damian selalu mengirimkan telepon ataupun pesan singkat. Namun, kenapa malah sekarang tidak sama sekali? Tadi pagi memang Damian menuliskan note untuknya, tapi itu hanya sekedar note. Dia tetap masih kesal pada Damian yang pergi ke kantor tanpa membangunkannya.Apa Damian benar-benar sibuk dengan pekerjaannya? Atau malah Damian bertemu dengan Keiza? Sungguh, hati Kimberly menjadi cemas tak menentu. Yang muncul dalam pikiran Kimberly adalah Damian bertemu dengan Keiza. Dia yakin pasti Keiza masih berada di Los Angeles. Entah kenapa dia memiliki keyakinan seperti ini. Walaupun Damian mengatakan hubungannya dengan Keiza sudah berakhir, tapi tetap saja kecemburan dan marah masih ada. Ditambah hormon kehamilan membuatnya jauh lebih sensitive.Kimberly berusaha keras menepis pikiran negative-nya, dia bangkit
“Berengsek!” Fargo mengumpat kasar seraya menyentuh luka lebam di wajahnya yang baru saja diobati oleh pelayan. Luka di wajah Fargo cukup parah akibat pukulan Damian. Tak memungkiri pukulan Damian sangat keras. Beruntung pelipisnya tak sampai robek. Fargo memejamkan mata singkat mengatur napasnya. Amarah dan emosi dalam dirinya benar-benar membuatnya nyaris meledak. Sungguh, dia tak pernah mengira Damian memiliki keberanian mengungkap segalanya di hadapan Deston dan Olsen. Sempat terbesit dalam pikirannya Damian akan berbelit mencari alasan, tetapi ternyata apa yang Fargo pikirkan salah. Damian dengan lugas mengakui memiliki hubungan dengan Kimberly. Bahkan pamannya itu mengakui sekarang Kimberly sedang megandung.“Tuan.” Gene melangkah menghampiri Fargo seraya menundukkan kepalanya.“Ada apa kau ke sini?!” seru Fargo menatap dingin dan tajam asistennya itu.“Maaf mengganggu Anda, Tuan, tapi ada hal penting yang ingin saya sampaikan pada Anda,” ujar Gene yang tenang, dan serius.Farg
Kimberly baru saja selesai melakukan panggilan telepon dari Carol. Dia mendapatkan informasi bahwa ayahnya mencarinya. Tak ada respon banyak dari Kimberly, dia hanya menanggapi ucapan Carol tentang dirinya yang masih sibuk dan ingin menyendiri. Meskipun Carol adalah sahabat baiknya, tapi dia tak cerita pada Carol mengenai ayahnya.Kimberly duduk di sofa seraya meminum orange juice, tapi tiba-tiba terdengar dering ponsel Damian. Kekasihnya itu sedang keluar kamar, merokok di luar, dan tak membawa ponsel. Detik itu juga Kimberly mengambil ponsel Damian—dan menatap ke layar ponsel sang kekasih ternyata nomor asing dengan kode negara Yunani muncul di layar.“Nomor ini bukannya yang dulu pernah aku jawab?” Kimberly menatap lekat nomor asing di hadapannya. Nomor itu tak disimpan di kontak ponsel Damian. Dia mengingat dulu dirinya pernah menjawab telepon Damian, tapi kala itu sang kekasih marah padanya.Tanpa lagi banyak berpikir, Kimberly menggeser tombol hijau yang ada layar ponsel Damian,
Damian meremas kuat ponsel milik Freddy yang ada di tangannya. Aura wajah kemarahan begitu terlihat jelas di sepasang iris mata cokelat gelapnya. Rahang mengetat. Tangan terkepal kuat. Amarahnya begitu membakar dirinya nyaris meledakan amarah. Pancaran mata Damian layaknya laser yang siap membunuh. Umpatan dan makian terus lolos di dalam hatinya melihat berita skandalnya dengan Kimberly. Tak hanya berita saja yang membuat amarahnya tersulut, tetapi foto-foto mesra dirinya Kimberly telah tersebar luas di sosial media.“Shit!” Benak Damian bekerja memutar, memikirkan dalang yang menyebarkan foto-foto mesranya dengan Kimberly. Foto yang dicetak dari hasil tangkap layar rekaman CCTV. Tentu dia ingat latar tempat lokasi foto itu berada di Chicago. Ingatannya cepat tergali akan dirinya dan Kimberly yang menikmati waktu bersama di Chicago. “Cari tahu siapa yang menyebarkan foto ini.” Damian berucap dingin, dan tajam kala memberikan ponsel yang ada di tangannya pada Freddy.“Baik, Tuan. Say
Jennisa membeku diam di tempatnya melihat berita yang telah tersebar di media. Tatapannya menatap begitu tak percaya. Tenggorokannya seperti menelan batu keras hingga tak mampu meloloskan sebuah kata. Perkataan sang pembawa berita dan bukti-bukti yang beredar di seluruh media membuat napas Jennisa nyaris berhenti.“Jadi ini yang kau maksud Kimberly Davies, Jennisa?” Keiza bertanya memastikan pada Jennisa. Wanita itu memperlihatkan cuplikan video berita ke hadapan Jennisa. Dia mengajak bertemu Jennisa tepat di kala berita tentang skandal Kimberly dan Damian muncul di media. Tak main-main dia meminta segera bertemu dengan Jennisa, demi mendapatkan sebuah kepastian jawaban.Jennisa menganggukkan kepalanya. “Itu Kimberly Davies, istri sah Fargo Jerald. Belakangan ini memang Kimberly dan Damian sangat dekat, tapi aku tidak pernah mengira Kimberly dan Damian menjalin hubungan.” Raut wajahnya begitu kecewa. Berarti Kimberly adalah alasan kenapa Damian menolak cintanya. Tak pernah terbesit se
Fargo membanting kasar pintu mobilnya, lalu melangkah masuk ke dalam lobby apartemen dengan raut wajah dipenuhi amarah yang nyaris meledak. Kilat mata tajamnya seolah menyapu banyak orang di lobby apartemen mewah itu. Rahangnya mengetat. Tangannya mengepal kuat. Sorot mata tajam begitu terhunus menunjukkan amarah yang berkobar.Hingga ketika Fargo sudah tiba di unit yang dituju, dia segera memasukan password apartemen, dan langsung masuk ke dalam apartemen itu. Aura wajah kemarahan tak bisa lagi tertutupi. Terlebih Fargo mengingat dengan jelas berita skandal Damian dan Kimberly. Yang membuat amarah Fargo semakin terpancing bukan hanya rentang berita itu saja, tapi foto-foto yang bersebar di media adalah foto hasil penyelidikan asistennya.“Gilda! Gilda!” teriak Fargo begitu keras dan menggelegar kala memasuki apartemen Gilda. Ya, sekarang Fargo mendatangi apartemen Gilda. Satu nama pencuri yang Fargo yakini adalah Gilda. Pasalnya yang terakhir masuk ke dalam ruang kerjanya adalah Gild
Raut wajah dingin dan penuh geraman kemarahan menyelimuti Damian, kala pria tampan itu mendengar langsung dari sang asisten siapa pelaku yang telah menyebarkan foto-fotonya dan Kimberly. Kilat mata cokelat gelapnya begitu tajam, memendung emosi yang nyaris meledakan seluruh isi ruangan. Yang paling Damian benci adalah orang berani bermain-main dengannya.“Siapa yang membantu Gilda dalam menyebarkan berita ini?” tanya Damian dengan nada geraman emosi kemarahan tertahan.“Taya, manager beliau yang membantu menyebarkan berita ini. Awalnya saya sempat berpikir Tuan Fargo yang menyebarkan berita ini, tapi setelah saya selidiki ternyata bukan Tuan Fargo yang menyebarkan berita ini,” jawab Freddy memberi tahu dengan sopan.Damian mengambil whisky di hadapannya, menyesap minumannya itu perlahan. Sorot pandangnya menatap lurus ke depan, tangannya mencengkram kuat gelas sloki di tangannya. “Perusahaan mana saja yang memakai Gilda sebagai model?”“Sebenarnya belakangan ini Nona Gilda Olaf sedang