Share

Bab 34: Perseteruan Dua Generasi

“Silakan duduk, Om. Kita sudah separuh jalan.” Bram mengabaikan protes Aditya. Ia berkata dengan santai meski dadanya disesaki gumpalan rasa kesal. Terlambat satu dua menit masih bisa ditolelir, tetapi hampir setengah jam, Bram seperti ingin menerkam dan membanting sang paman.

“Kenapa tidak menunggu aku? Semua kebijakan dan keputusan perusahaan harus atas sepengetahuan aku.”

“Duduk dulu, Om, biar enak ngomongnya.” Bram menarik kursi di samping Kai. “Rapat kita masih lama dan kita tidak punya waktu untuk berdebat.”

Bola mata Aditya memindai semua peserta rapat pagi itu. Aditya bisa membaca keinginan mereka agar tidak memperpanjang masalah. Perseteruannya dengan Bram memang seperti akar pohon beringin berusia ratusan tahun. Setelah menimbang sejenak, Aditya memenuhi perintah Bram. Masih dengan menahan kesal di hati, pria dengan rambut klimis itu mendekati kursi di samping Kai.

Sesaat, wajah Bram berkerut. Hidungnya bisa menghidu aroma anggur dan parfum perempuan dari baju Aditya. T
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status