"Tuan," panggil Sekretaris Diana kepada Bosnya yang saat ini sedang memejamkan kedua matanya.
"Hm," respon Awan.
"Jangan tidur! Ayo kita cepat bangun dan mandi!"
"Nanti saja."
"Jangan gila kamu, Tuan. Kita harus segera kembali ke gedung resepsi pernikahan Tuan Muda Saga." ucap Sekretaris Diana mengingatkan.
"Tenang saja! Acara pernikahan Sagara akan diundur beberapa jam lagi sebab mempelai wanitanya telah diculik oleh anak buahku."
"Hah!" Diana kaget mendengar penuturan Awan.
"Kenapa kamu kaget seperti itu?"
"Kalau mempelai wanitanya diculik oleh Tuan. Lalu nasib pernikahan Tuan Muda Saga bagaimana? Bukankah Tuan sengaja menjodohkan Tuan Muda Saga dengan Viola agar dia tidak mempunyai dukungan yang kuat di Samudra Group?"
"Pernikahan Sagara akan tetap berlangsung. Namun calon mempelai wanitanya akan digantikan oleh Viona adik dari Viola. Sebenarnya sejak awal aku memang menargetkan Viona untuk menjadi Istrinya Saga. Tapi aku harus bermain cantik agar Adikku tidak menolak perjodohan ini. Makanya aku memilihkan Viola terlebih dahulu, dan ketika waktunya telah tiba, barulah aku memunculkan calon pengantin wanita yang sebenarnya untuk Saga."
"Wah brilian sekali idemu, Tuan." puji Sekretaris Diana. "Setelah Tuan Muda Saga menikah dengan Viona yang jelek dan bodoh itu. Bisa dipastikan masa depan laki-laki itu akan sangat suram, sebab tidak ada dukungan yang kuat dari pihak keluarga Istrinya. Selain itu Viona juga tidak berguna. Hahaha," gelaknya yang saat ini sedang merasa senang setelah mengetahui rencana Awan yang disusun dengan sangat matang.
Awan tersenyum bangga saat dipuji oleh wanita yang ada di sebelahnya saat ini.
'Mampus kau Saga,' batin Sekretaris Diana yang saat ini sedang merasa puas dengan kemalangan yang menimpa Sagara.
Sekretaris Diana sebenarnya sangat mencintai Sagara, namun cintanya ditolak mentah-mentah oleh pemuda tampan itu hanya karena latar belakang keluarga Sekretaris Diana bukan dari kalangan orang-orang terpandang.
Setelah penolakan kejam dari Sagara, Sekretaris Diana tidak mau terpuruk terlalu dalam. Akhirnya wanita itu banting setir dan melamar menjadi Sekretaris Awan.
Dia tahu betul bahwa Sagara dan Awan tidak akur satu sama lain dan mereka berdua selalu bersaing dalam hal apa pun. Terutama dalam dunia bisnis.
Niat wanita itu ingin menjadi Sekretarisnya Awan adalah untuk menakhlukan hati laki-laki itu agar dia bisa dimanfaatkan untuk misi balas dendam Sekretaris Diana kepada Sagara yang telah berani-beraninya menolak seorang Diana sang primadona di kampusnya dulu.
Bukan hanya kecantikan yang Diana miliki, namun otaknya juga encer dan bisa mengatur sebuah rencana yang sangat hebat untuk menjatuhkan Sagara.
Bukti nyatanya adalah kecelakaan mobil yang menimpa Sagara dua bulan yang lalu. Itu semua adalah ide dari dirinya yang dibisikkan secara halus kepada Awan agar laki-laki itu mulai tega untuk menyakiti fisik Adiknya sendiri.
Awan yang sudah bertekuk lutut di bawah kakinya Sekretaris Diana selalu termakan hasutan wanita Iblis itu dan selalu setuju dengan semua saran yang diberikan oleh Sekretarisnya.
Awalnya Awan tidak pernah bertindak terlalu jauh seperti ini saat dia bersaing dengan Sagara. Dia selalu bersaing dengan sehat dan tidak pernah kepikiran untuk mencelakai Adik kandungnya sendiri. Tapi setelah Negara Api menyerang, eh, ralat, ralat. Setelah Sekretaris Diana menyerang ranjangnya, Awan menjadi pribadi yang lebih sadis dan bringas dibandingkan dengan Awan Bhumi Saputra yang terdahulu.
***
Di Gedung B, pihak keluarga dari mempelai wanita menyambut kedatangan rombongan pengantin pria yang sudah berbaris rapi di depan pintu masuk gedung ini.
Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira selaku orangtua dari mempelai wanita memberikan senyum terbaiknya saat menyambut calon menantunya yang saat ini sedang terduduk di atas kursi roda.
Lain di wajah, lain di hati. Itu adalah gambaran yang cocok untuk Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira saat ini.
Jika di permukaan mereka bisa tersenyum ramah dan menyambut hangat kedatangan Sagara tapi di dalam lubuk hati mereka berdua saat ini sedang mengumpat penuh kekesalan.
Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira tidak rela menikahkan anak perempuan kesayangan mereka yang penuh talenta dengan laki-laki cacat seperti Sagara yang saat ini sudah lumpuh tidak bisa berjalan lagi.
Seandainya Perusahaan milik Tuan Sofyan tidak sedang berada di ambang kehancuran, sudah barang tentu mereka akan menolak mentah-mentah lamaran yang Awan kirimkan untuk meminang Viola menjadi calon istrinya Sagara.
Meskipun keluarga Tuan Sofyan tidak sekuat pengusaha lainnya, namun mereka yakin setelah Viola lulus kuliah dan mengambil alih tampuk kepemimpinan di Adem Anyes Group, maka perusahaan itu akan berkembang dengan sangat pesat mengingat talenta dan kecantikan yang dimiliki oleh Viola sangat luar biasa.
Berbeda dengan Viona adik Viola yang jelek dan juga bodoh. Tidak becus melakukan apa pun.
Ingin rasanya Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira menawarkan Viona saja -saat Awan datang melamar Viola untuk Sagara. Viona itu jauh lebih cocok dengan Sagara, karena mereka berdua sama-sama tidak berguna, pikir mereka dangkal.
Namun usulan itu mereka urungkan mengingat Adem Anyes Group hampir bangkrut tidak akan bisa tertolong lagi jika tidak menukarnya dengan Viola.
'Maafkan kami Viola. Kami terpaksa menjualmu demi keberlangsungan perusahaan keluarga kita.' batin kedua orangtua itu yang merasa sangat bersalah kepada anak perempuan kesayangannya.
***
Saat ini Sagara dan para tamu undangan lainnya telah duduk di bangku meja mereka masing-masing menunggu acara selanjutnya dimulai.
Dari jauh ada seorang anak perempuan yang masih remaja, usianya masih belasan tahun dan saat ini dia masih duduk di tingkat akhir sekolah menengah atas.
Gadis itu adalah Viona adik dari Viola.
Sesuai dengan rumor yang beredar, Viona memang jelek dan juga bodoh. Terlihat dari penampilannya yang dandanannya menor mirip seperti ondel-ondel.
Saat ini gadis itu sedang asyik menyantap hidangan di acara pernikahan Kakaknya ini.
"Tck," decak Sagara saat melihat kelakuan Viona.
"Kenapa, Tuan?" tanya Sekretaris Ken yang mendengar decakan dari Sagara.
"Itu tuh," tunjuk Sagara dengan dagunya ke arah Viona.
Sekretaris Ken mulai melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Sagara. "Gadis itu kenapa, Tuan?"
"Udah jelek, trus cara makannya menjijikkan sekali. Sudah gitu make up-nya menor banget lagi. Jadi mual rasanya melihat cara makan gadis itu."
Kening Sekretaris Ken berkerut setelah mendengar penuturan dari Tuan Mudanya.
"Menurutku Nona Viona cantik kok, Tuan. Menjijikkan darimana-nya ya, hm? Aku lihat dia juga makan dengan lahap dan sangat menggemaskan." timpal Sekretaris Ken.
"What!" Sagara kaget dengan pendapat Sekretarisnya. "Sepertinya kamu harus periksakan kedua matamu ke Dokter spesialis mata sepulang dari acara pernikahan ini. Masa gadis jelek kayak gitu kamu bilang cantik, hemph,"
"Baik, Tuan Muda. Nanti sore aku akan periksakan kedua mataku ke Dokter spesialis mata sesuai perintah Anda." ucap Sekretaris Ken patuh. "Tapi ... menurutku Nona Viona memang cantik kok." gumam lelaki tampan itu yang saat ini masih memandang ke arah Viona yang sedang lahap menyantap semua makanan di hadapannya. "Nona Vio terlihat sangat cute dengan make up menor seperti itu, haha," kekeh Sekretaris Ken sambil tersenyum manis.
Sagara melihat Sekretarisnya sedang tersenyum dengan tatapan memuja ke arah Viona. "Sekretarisku sudah gila apa ya?" gumam lelaki itu bertanya pada dirinya sendiri.
***
Di Penginapan Mawar.Awan dan Sekretaris Diana telah selesai mandi dan saat ini mereka berdua sedang mengenakan pakaian mereka masing-masing."Tuan, tolong seletingkan ret sleting gaunku!" pinta Sekretaris Diana yang saat ini sedang kesulitan untuk menarik ret sleting gaunnya."Sini!" Awan membalikkan tubuh wanita itu agar membelakanginya.Tangan Awan mulai menaikkan ret sleting gaun Sekretaris Diana."Sudah, selesai." ucap lelaki itu memberi tahu."Makasih,""Hm," angguk Awan.Beberapa saat kemudian, kedua anak manusia itu telah rapi berpakaian."Ayo, Tuan! Kita harus bergegas menyusul yang lainnya ke Gedung B. Aku sudah tidak sabar melihat tampangnya Tuan Muda Saga yang pucat pasi karena mendapatkan seorang istri yang jelek dan bodoh seperti Viona." cetus Sekretaris Diana."Ayo!" Awan mengangkat lengan sebelah kanannya ke arah wanita itu, dan Sekretaris Diana melingkarkan tangannya di lengan lelaki itu.Mereka
Meski pada kenyataannya kedua kaki Sagara tidak lumpuh, namun tetap saja ada rasa kesal saat mendengar semua cemoohan dan gunjingan dari mulut lemes mereka semua.Sekretaris Ken saat ini mulai berjalan menuju ke meja berkumpulnya makanan karena Tuan Mudanya menginginkan yang segar-segar untuk merefresh otaknya agar tidak butek di saat-saat seperti ini.Pilihan pemuda tampan itu jatuh kepada salad buah yang sudah dikemas dalam sebuah kotak plastik khusus yang terlihat sangat menarik dan juga terlihat berkelas sebab kotak plastik yang digunakan bukan kotak plastik biasa."Eh," ucap seorang gadis di sebelah Sekretaris Ken saat mendapati kotak incarannya juga diincar oleh pemuda tampan itu.Saat ini tangan Sekretaris Ken memegang tangan seorang gadis itu yang sama-sama sedang memegangi kotak salad buah yang sama dengan dirinya.Gadis itu menoleh ke arah Sekretaris Ken dan di pandangan lelaki tampan itu tiba-tiba ada kelopak-kelopak bunga mawar yang tengah b
Awan tersenyum puas karena rencananya berhasil. Begitu pun dengan Sekretaris Diana yang saat ini tengah girang setengah mati melihat raut wajah kusutnya Sagara.Sagara kini mulai menyuarakan pendapatnya yang menentang keras pernikahan ini. "Aku tidak mau menikah dengan Viona." ucap pemuda tampan itu lantang.'Bagus, bagus, bagus," batin Sekretaris Ken mendukung penuh keputusan Tuan Mudanya."Kenapa kamu tidak mau menikah dengan Viona? Apa karena dia tidak secantik dan tidak sepintar Viola, hm?" cecar Awan pada Adiknya."Bukan begitu," sergah Sagara. "Aku hanya tidak mau merusak masa depan Viona saja. Dia masih duduk di bangku sekolah menengah atas, bukan? Tidak mungkin baginya untuk menikah denganku saat ini.""Bukankah Viona sebentar lagi akan lulus sekolah? Jadi tidak masalah jika dia menikah saat ini.""Tapi ...,""Kalau kamu ingin tetap membatalkan pernikahan ini. Baiklah, aku tidak akan memaksamu lagi, Ga." Awan memilih menyerah.
Setelah hening beberapa saat, Sagara mulai membuka suaranya kembali."Ken, bagaimana keadaan Tante Amanda? Apakah dia baik-baik saja?""Bunda Amanda keadaannya masih sama seperti dulu. Masih sering menangis jika teringat dengan insiden hilangnya Arabella." sahut Sekretaris Ken sendu. "Mungkin jika Adikku bisa ditemukan kembali, Bundaku sepertinya bisa normal kembali kejiwaannya.""Bagaimana perkembangan dari hasil penyelidikan Detektif yang kamu sewa? Apakah sudah menemukan titik terang?""Belum, Tuan. Keberadaan Adikku seolah-olah terhalangi oleh kabut hitam yang sangat pekat. Sampai-sampai secuil informasi tentangnya pun belum berhasil ditemukan oleh Detektif yang aku sewa.""Semoga Adikmu segera ditemukan ya." harap Sagara."Aamiin, mudah-mudahan, Tuan." angguk Sekretaris Ken."Ngomong-ngomong, Adikmu tahun ini kira-kira sudah sebesar apa ya? Em, maksudku usianya.""Harusnya dia sudah kuliah semester pertama.""Woah, ternyata
Pembawa acara pernikahan Sagara dan Viona di Gedung B ini mulai mengumumkan bahwa prosesi akad nikah antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan akan segera dimulai."Akhirnya acara akad nikahnya dimulai juga." seru pada tamu undangan yang bersorak senang karena setelah ini mereka bisa cepat-cepat pulang ke rumah masing-masing."Berarti Viola sudah ditemukan ya?" bisik mereka bertanya-tanya."Nggak tahu juga tuh. Tapi tadi aku sempet denger katanya Tuan Muda Saga mau dinikahkan dengan Viona.""What! Hahaha," kikik mereka semua yang merasa bahwa fenomena ini sangat lucu."Kalau Tuan Muda Saga yang lumpuh itu nikah sama Viona si gadis jelek dan bodoh itu, sungguh cocok sekali. Aku setuju sih kalau ini beneran terjadi." kikik mereka."Iya, Jeng. Aku juga setuju banget."***"Ma
"Ayo Vio antar!" Viona bersikeras."Ken, Ken!" Sagara segera memanggil Sekretaris-nya agar segera mendekat. "Aku sama Ken aja." tolak Sagara kepada Viona."Yah," ucap Viona kecewa."Sudah, kamu di sini aja temenin para tamu!" perintah Sagara kepada Viona. "Ayo, Ken!" ajak Sagara kepada Sekretaris-nya itu."Baik, Tuan." jawab Sekretaris Ken.Sekretaris Ken mulai memindahkan Sagara ke atas kursi rodanya dan segera mendorong kursi roda itu ke arah ruang kamar mandi di gedung ini."Permisi, Nona." pamit Sekretaris Ken kepada Viona.Viona hanya bisa mengangguk saja.***Di sepanjang perjalanan Sagara mual-mual parah. Dengan sekuat tenaga pemuda itu menahan dirinya agar mulutnya tetap tertutup rapat."Tahan, Tuan!" ucap Sekretaris Ken.Saat ini Sagara dan Sekretaris Ken sudah berada di dalam kamar mandi dan mereka mulai masuk ke dalam salah satu bilik yang lumayan luas.Sagara langsung bangkit dari duduknya dan la
Di gedung B, kedua orang tuanya Viola sedang panik setelah mendapatkan telepon dari penculik itu. Meski hati mereka merasa lega karena tahu keberadaan Viola, namun dengan keadaannya saat ini malah semakin membuat waswas kedua hati orang tua itu."Gimana ini, Pah?" tanya Nyonya Nadira panik."Tenang, Ma! Kita pasti bisa nyelametin anak kita, Ma.""Itu Viola sampai nangis-nangis gitu, Pah. Ayo cepetan kita selametin dia dan bawa uang seratus juta buat tebusannya." guncang Nyonya Nadira yang sudah tidak sabar untuk bertemu dengan putrinya lagi."Tidak bisa sekarang, Ma. Kita hanya bisa bertemu sesuai jadwal yang diatur oleh para penculik itu. Salah, salah, malah nanti Viola yang akan jadi korban karena kita dikira berniat memberontak."Sagara dan Sekretaris Ken yang baru saja kembali dari toilet mendengar percakapan antara Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira yang tengah panik karena Viola diculik."Hah, diculik!" ucap Sagara yang volume suaranya bisa diden
Saat ini Sagara sudah duduk kembali di kursi pelaminan. Untuk sejenak pemuda tampan itu memang duduk di kursi itu. Dia baru bisa pergi meninggalkan kursi pelaminan saat Sekretaris Ken telah selesai mengurus pekerjaan yang tadi dia perintahkan."Suamiku," ucap Viona yang saat ini tengah memeluk lengan Sagara di kursi pelaminan.Sagara merasa risih saat dipeluk lengannya dan tubuhnya disenderi oleh Viona. Beberapa kali Sagara melepaskan pelukan lengan Viona dari tubuhnya yang dibarengi dengan senyum yang kaku, namun Viona selalu nemplok kembali bak kumbang yang hinggap di sebuah bunga yang harum nan menawan."Vio, tolong lepaskan pelukanmu itu! Aku sedang kegerahan." ucap Sagara."Wokeh, Suamiku. Kamu mau sekalian dikipasin nggak?" tanya Viona antusias."Nggak usah."Viona tidak menggubris penolakan dari Sagara, gadis itu tetap mengambil kipas dan mengipaskannya kuat-kuat ke arah Sagara sampai membuat bulu mata laki-laki itu melengkung-melengkung ka