Share

5. Sagara Tidak Boleh Mendominasi Permainan

Di Penginapan Mawar.

Awan dan Sekretaris Diana telah selesai mandi dan saat ini mereka berdua sedang mengenakan pakaian mereka masing-masing.

"Tuan, tolong seletingkan ret sleting gaunku!" pinta Sekretaris Diana yang saat ini sedang kesulitan untuk menarik ret sleting gaunnya. 

"Sini!" Awan membalikkan tubuh wanita itu agar membelakanginya.

Tangan Awan mulai menaikkan ret sleting gaun Sekretaris Diana.

"Sudah, selesai." ucap lelaki itu memberi tahu.

"Makasih,"

"Hm," angguk Awan.

Beberapa saat kemudian, kedua anak manusia itu telah rapi berpakaian.

"Ayo, Tuan! Kita harus bergegas menyusul yang lainnya ke Gedung B. Aku sudah tidak sabar melihat tampangnya Tuan Muda Saga yang pucat pasi karena mendapatkan seorang istri yang jelek dan bodoh seperti Viona." cetus Sekretaris Diana.

"Ayo!" Awan mengangkat lengan sebelah kanannya ke arah wanita itu, dan Sekretaris Diana melingkarkan tangannya di lengan lelaki itu.

Mereka berdua mulai melangkahkan kaki keluar dari dalam ruangan kamar ini yang tadi menjadi saksi bisu pergulatan panas mereka di atas ranjang.

***

Di Gedung B, acara pernikahan antara Sagara dan Viola sebentar lagi akan dimulai.

Saat ini pemuda tampan itu sedang melihat-lihat potret calon istrinya yang terpajang di akun media sosial Bahigram.

"Tuan, kenapa Anda terus menerus melihat-lihat foto Nona Viola?" tanya Sekretaris Ken penasaran.

"Aku hanya ingin tahu saja bagaimana rupa calon istriku dan bagaimana kesehariannya." jawab Sagara yang terus menggulirkan layar ponsel pintarnya dan sesekali membaca caption yang tertulis di setiap foto.

"Oh," angguk Sekretaris Ken.

"Lumayan juga." gumam Sagara.

"Apanya yang lumayan Tuan?"

"Viola. Tidak apa-apa lah latar belakang keluarganya berada jauh di bawahku. Setidaknya dia smart dan aktif bersosialisasi. Sepertinya kami berdua memiliki hobi yang sama dan makanan kesukaan yang sama. Mudah-mudahan aku bisa cocok dengannya." harap Sagara.

"Mudah-mudahan ya, Tuan."

"Selain itu ... dia juga gadis yang cantik." puji Sagara.

"Biasa aja ah," celetuk Sekretaris Ken saat melihat foto Viola di layar ponsel Tuannya.

Sagara langsung mendelik ke arah Sekretarisnya. "Apa katamu?"

"Bagiku wajah Nona Viola biasa saja, Tuan." sahut Sekretaris Ken santai.

"Gadis cantik seperti ini kamu bilang biasa saja? Matamu memang benar-benar bermasalah, Ken."

Sekretaris Ken hanya mengendikkan kedua bahunya mendengar perkataan Sagara.

"Kok bisa-bisanya Viola yang secantik Bidadari -kamu bilang biasa aja. Sedangkan Viona si buruk rupa malah kamu puji cantik dan menggemaskan, ckckck,"

Sekretaris Ken hanya tersenyum saja menanggapi ucapannya Tuannya.

"Oh iya, aku hampir lupa, Tuan." 

"Lupa apa, Ken?"

"Anu ... itu ...,"

"Kalau ngomong yang jelas dong!"

"Mm ... nanti malam Tuan Muda harus menahan diri ya! Jangan mendominasi permainan!" bisik Sekretaris Ken.

"Mendominasi apa?" kening Sagara mengerut.

"Malam pertama, Tuan." 

Kedua bola mata Sagara membulat sempurna.

"Tuan harus menahan diri ya! Supaya Anda tidak ketahuan oleh Nona Viola bahwa kedua kaki Tuan masih normal." bisik Sekretaris Ken.

"I-iya," angguk Sagara kaku.

"Jangan sampai kelepasan ya, Tuan!"

"Iya, Ken. Huft ... nasib nasib," keluh Sagara.

***

Saat ini Pak Penghulu meminta kedua mempelai yang akan menikah hari ini untuk segera naik ke atas panggung dan duduk di kursi pelaminan, sebab acara akad nikah akan segera dilaksanakan.

Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira selaku orang tua dari mempelai wanita diminta untuk menjemput Viola sang calon pengantin di ruang tunggunya.

Mereka berdua segera bergegas ke ruangan Viola, namun gadis yang mereka cari tidak ada di tempat.

"Pa, anak kita kemana?" tanya Nyonya Nadira panik.

"Mungkin di toilet." sahut Tuan Sofyan. "Coba periksa dulu ke sana!"

Nyonya Nadira mulai mencari keberadaan Viola di dalam toilet, tapi nihil.

"Bagaimana ini, Pa? Viola tidak ada di dalam sana." adu wanita paruh baya itu kepada Suaminya.

"Apa!" Tuan Sofyan terkejut. Dia segera bergegas memeriksa ruang kamar mandi itu sendiri dan ternyata Viola memang tidak ada di sana.

***

Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira saat ini tengah kebingungan karena Viola tiba-tiba menghilang entah kemana. Sementara prosesi akad nikahnya dengan Sagara akan segera dilaksanakan.

"Bagaimana ini, Pah?" 

"Papa juga tidak tahu, Ma. Papa pusing." ucap Tuan Sofyan sambil menjambak rambutnya kasar.

"Jangan dijambak, Pah, rambutnya!" cegah Nyonya Nadira. Namun sia-sia saja, sebab rambut Tuan Sofyan sudah terlanjur berantakan.

"Nanti Papa harus bilang apa sama Tuan Awan dan Tuan Muda Saga?"

"Mana Mama tahu, Pah. Mama juga bingung gimana jelasinnya ke mereka berdua tentang hilangnya Viola."

Acara akad nikah tertunda cukup lama karena Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira belum kunjung datang ke Aula utama bersama dengan Putri mereka.

"Tolong kamu susul Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira ke ruang tunggu Nona Viola! Minta mereka bertiga untuk segera bergegas datang ke sini. Prosesi akad nikah harus segera dimulai sebab jadwal Pak Penghulu padat sekali hari ini dan beliau tidak bisa menunggu terlalu lama." ucap salah satu Panitia kepada anak buahnya.

"Baik, Pak." 

Orang yang ditugaskan untuk menyusul Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira segera bergegas menuju ke ruang tunggu Viola.

Tok tok tok.

Pintu ruangan itu diketuk beberapa kali, namun karena tidak ada jawaban, akhirnya orang itu memilih untuk membukanya sendiri.

"Tuan, Nyonya, tolong segera datang ke Aula utama bersama dengan calon pengantin wanita! Pak Penghulu sudah tidak punya banyak waktu lagi dan acara akad nikah harus segera dimulai." ucapnya memberi tahu.

"Waduh. Bisa tidak kalau waktunya diulur lebih lama lagi? Anak perempuanku tiba-tiba menghilang entah kemana." jawab Tuan Sofyan jujur.

"Apa!"

"Tolong bantu kami untuk menemukan Viola!"

"Baik, Tuan. Aku akan meminta para panitia dan semua orang-orang kami untuk mencari keberadaan Nona Viola."

"Terimakasih banyak."

"Sama-sama, Tuan."

Dengan langkah tergesa laki-laki itu segera kembali ke Aula utama dan mengabarkan tentang hilangnya Viola kepada rekan-rekannya.

Dalam sekejap saja, semua orang yang ada dalam Gedung ini saling berbisik satu sama lain menggosipkan hilangnya Viola.

"Kayaknya pengantin wanitanya kabur deh." tebak mereka.

"Kabur gimana, Jeng?"

"Ya kabur aja. Kabur dari pernikahan ini. Kayak di film-film. Bisa jadi Viola kabur sama pacarnya karena dia tidak mau dijodohkan dengan Tuan Muda Saga."

"Iya juga sih. Secara Viola itu cantik dan berbakat. Pasti banyak sekali laki-laki yang mengejar-ngejar gadis itu. Ditambah lagi calon suaminya cacat kayak gitu. Wajar aja sih kalau Viola sampai kabur." cemooh mereka diam-diam menyalahkan kelumpuhan kakinya Sagara sebagai penyebab kaburnya Viola dari acara pernikahan ini.

"Betul banget, Jeng. Saya juga setuju aja sih sama keputusan Viola yang memilih untuk kabur dari acara pernikahannya. Kalau anak saya yang dipinang oleh Tuan Muda Saga, pasti sudah aku tolak mentah-mentah tuh lamarannya."

"Kasihan ya Viola. Gara-gara Perusahaan orang tuanya mau bangkrut, dia dikorbankan untuk menyelamatkan Perusahaan itu. Masih mending kalau nikahnya sama CEO ganteng dan sehat lima sempurna seperti di novel-novel online, yang seiring berjalannya waktu pasti jadi bucin. Lha ini ... dinikahinnya sama orang yang cacat. Ya pasti hancur banget hatinya Viola."

"Iya, kasihan banget ya. Itu juga ... Tuan Muda Saga nggak ada malunya apa ya? Berani-beraninya meminang Viola yang cantik dan penuh talenta." ejek mereka sambil melihat jijik ke arah Sagara.

Sekretaris Ken yang mendengar semua cemoohan mereka, mulai memindai wajah orang-orang itu yang telah berani menjelek-jelekkan Tuan Mudanya.

Pemuda tampan itu berniat untuk memberikan pelajaran kepada mereka semua seperti yang telah diperintahkan oleh Sagara tempo dulu. Barang siapa yang berani menggunjingkan majikannya maka orang itu harus siap menerima akibatnya.

***


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status