Di Penginapan Mawar.
Awan dan Sekretaris Diana telah selesai mandi dan saat ini mereka berdua sedang mengenakan pakaian mereka masing-masing.
"Tuan, tolong seletingkan ret sleting gaunku!" pinta Sekretaris Diana yang saat ini sedang kesulitan untuk menarik ret sleting gaunnya.
"Sini!" Awan membalikkan tubuh wanita itu agar membelakanginya.
Tangan Awan mulai menaikkan ret sleting gaun Sekretaris Diana.
"Sudah, selesai." ucap lelaki itu memberi tahu.
"Makasih,"
"Hm," angguk Awan.
Beberapa saat kemudian, kedua anak manusia itu telah rapi berpakaian.
"Ayo, Tuan! Kita harus bergegas menyusul yang lainnya ke Gedung B. Aku sudah tidak sabar melihat tampangnya Tuan Muda Saga yang pucat pasi karena mendapatkan seorang istri yang jelek dan bodoh seperti Viona." cetus Sekretaris Diana.
"Ayo!" Awan mengangkat lengan sebelah kanannya ke arah wanita itu, dan Sekretaris Diana melingkarkan tangannya di lengan lelaki itu.
Mereka berdua mulai melangkahkan kaki keluar dari dalam ruangan kamar ini yang tadi menjadi saksi bisu pergulatan panas mereka di atas ranjang.
***
Di Gedung B, acara pernikahan antara Sagara dan Viola sebentar lagi akan dimulai.
Saat ini pemuda tampan itu sedang melihat-lihat potret calon istrinya yang terpajang di akun media sosial Bahigram.
"Tuan, kenapa Anda terus menerus melihat-lihat foto Nona Viola?" tanya Sekretaris Ken penasaran.
"Aku hanya ingin tahu saja bagaimana rupa calon istriku dan bagaimana kesehariannya." jawab Sagara yang terus menggulirkan layar ponsel pintarnya dan sesekali membaca caption yang tertulis di setiap foto.
"Oh," angguk Sekretaris Ken.
"Lumayan juga." gumam Sagara.
"Apanya yang lumayan Tuan?"
"Viola. Tidak apa-apa lah latar belakang keluarganya berada jauh di bawahku. Setidaknya dia smart dan aktif bersosialisasi. Sepertinya kami berdua memiliki hobi yang sama dan makanan kesukaan yang sama. Mudah-mudahan aku bisa cocok dengannya." harap Sagara.
"Mudah-mudahan ya, Tuan."
"Selain itu ... dia juga gadis yang cantik." puji Sagara.
"Biasa aja ah," celetuk Sekretaris Ken saat melihat foto Viola di layar ponsel Tuannya.
Sagara langsung mendelik ke arah Sekretarisnya. "Apa katamu?"
"Bagiku wajah Nona Viola biasa saja, Tuan." sahut Sekretaris Ken santai.
"Gadis cantik seperti ini kamu bilang biasa saja? Matamu memang benar-benar bermasalah, Ken."
Sekretaris Ken hanya mengendikkan kedua bahunya mendengar perkataan Sagara.
"Kok bisa-bisanya Viola yang secantik Bidadari -kamu bilang biasa aja. Sedangkan Viona si buruk rupa malah kamu puji cantik dan menggemaskan, ckckck,"
Sekretaris Ken hanya tersenyum saja menanggapi ucapannya Tuannya.
"Oh iya, aku hampir lupa, Tuan."
"Lupa apa, Ken?"
"Anu ... itu ...,"
"Kalau ngomong yang jelas dong!"
"Mm ... nanti malam Tuan Muda harus menahan diri ya! Jangan mendominasi permainan!" bisik Sekretaris Ken.
"Mendominasi apa?" kening Sagara mengerut.
"Malam pertama, Tuan."
Kedua bola mata Sagara membulat sempurna.
"Tuan harus menahan diri ya! Supaya Anda tidak ketahuan oleh Nona Viola bahwa kedua kaki Tuan masih normal." bisik Sekretaris Ken.
"I-iya," angguk Sagara kaku.
"Jangan sampai kelepasan ya, Tuan!"
"Iya, Ken. Huft ... nasib nasib," keluh Sagara.
***
Saat ini Pak Penghulu meminta kedua mempelai yang akan menikah hari ini untuk segera naik ke atas panggung dan duduk di kursi pelaminan, sebab acara akad nikah akan segera dilaksanakan.
Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira selaku orang tua dari mempelai wanita diminta untuk menjemput Viola sang calon pengantin di ruang tunggunya.
Mereka berdua segera bergegas ke ruangan Viola, namun gadis yang mereka cari tidak ada di tempat.
"Pa, anak kita kemana?" tanya Nyonya Nadira panik.
"Mungkin di toilet." sahut Tuan Sofyan. "Coba periksa dulu ke sana!"
Nyonya Nadira mulai mencari keberadaan Viola di dalam toilet, tapi nihil.
"Bagaimana ini, Pa? Viola tidak ada di dalam sana." adu wanita paruh baya itu kepada Suaminya.
"Apa!" Tuan Sofyan terkejut. Dia segera bergegas memeriksa ruang kamar mandi itu sendiri dan ternyata Viola memang tidak ada di sana.
***
Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira saat ini tengah kebingungan karena Viola tiba-tiba menghilang entah kemana. Sementara prosesi akad nikahnya dengan Sagara akan segera dilaksanakan.
"Bagaimana ini, Pah?"
"Papa juga tidak tahu, Ma. Papa pusing." ucap Tuan Sofyan sambil menjambak rambutnya kasar.
"Jangan dijambak, Pah, rambutnya!" cegah Nyonya Nadira. Namun sia-sia saja, sebab rambut Tuan Sofyan sudah terlanjur berantakan.
"Nanti Papa harus bilang apa sama Tuan Awan dan Tuan Muda Saga?"
"Mana Mama tahu, Pah. Mama juga bingung gimana jelasinnya ke mereka berdua tentang hilangnya Viola."
Acara akad nikah tertunda cukup lama karena Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira belum kunjung datang ke Aula utama bersama dengan Putri mereka.
"Tolong kamu susul Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira ke ruang tunggu Nona Viola! Minta mereka bertiga untuk segera bergegas datang ke sini. Prosesi akad nikah harus segera dimulai sebab jadwal Pak Penghulu padat sekali hari ini dan beliau tidak bisa menunggu terlalu lama." ucap salah satu Panitia kepada anak buahnya.
"Baik, Pak."
Orang yang ditugaskan untuk menyusul Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira segera bergegas menuju ke ruang tunggu Viola.
Tok tok tok.
Pintu ruangan itu diketuk beberapa kali, namun karena tidak ada jawaban, akhirnya orang itu memilih untuk membukanya sendiri.
"Tuan, Nyonya, tolong segera datang ke Aula utama bersama dengan calon pengantin wanita! Pak Penghulu sudah tidak punya banyak waktu lagi dan acara akad nikah harus segera dimulai." ucapnya memberi tahu.
"Waduh. Bisa tidak kalau waktunya diulur lebih lama lagi? Anak perempuanku tiba-tiba menghilang entah kemana." jawab Tuan Sofyan jujur.
"Apa!"
"Tolong bantu kami untuk menemukan Viola!"
"Baik, Tuan. Aku akan meminta para panitia dan semua orang-orang kami untuk mencari keberadaan Nona Viola."
"Terimakasih banyak."
"Sama-sama, Tuan."
Dengan langkah tergesa laki-laki itu segera kembali ke Aula utama dan mengabarkan tentang hilangnya Viola kepada rekan-rekannya.
Dalam sekejap saja, semua orang yang ada dalam Gedung ini saling berbisik satu sama lain menggosipkan hilangnya Viola.
"Kayaknya pengantin wanitanya kabur deh." tebak mereka.
"Kabur gimana, Jeng?"
"Ya kabur aja. Kabur dari pernikahan ini. Kayak di film-film. Bisa jadi Viola kabur sama pacarnya karena dia tidak mau dijodohkan dengan Tuan Muda Saga."
"Iya juga sih. Secara Viola itu cantik dan berbakat. Pasti banyak sekali laki-laki yang mengejar-ngejar gadis itu. Ditambah lagi calon suaminya cacat kayak gitu. Wajar aja sih kalau Viola sampai kabur." cemooh mereka diam-diam menyalahkan kelumpuhan kakinya Sagara sebagai penyebab kaburnya Viola dari acara pernikahan ini.
"Betul banget, Jeng. Saya juga setuju aja sih sama keputusan Viola yang memilih untuk kabur dari acara pernikahannya. Kalau anak saya yang dipinang oleh Tuan Muda Saga, pasti sudah aku tolak mentah-mentah tuh lamarannya."
"Kasihan ya Viola. Gara-gara Perusahaan orang tuanya mau bangkrut, dia dikorbankan untuk menyelamatkan Perusahaan itu. Masih mending kalau nikahnya sama CEO ganteng dan sehat lima sempurna seperti di novel-novel online, yang seiring berjalannya waktu pasti jadi bucin. Lha ini ... dinikahinnya sama orang yang cacat. Ya pasti hancur banget hatinya Viola."
"Iya, kasihan banget ya. Itu juga ... Tuan Muda Saga nggak ada malunya apa ya? Berani-beraninya meminang Viola yang cantik dan penuh talenta." ejek mereka sambil melihat jijik ke arah Sagara.
Sekretaris Ken yang mendengar semua cemoohan mereka, mulai memindai wajah orang-orang itu yang telah berani menjelek-jelekkan Tuan Mudanya.
Pemuda tampan itu berniat untuk memberikan pelajaran kepada mereka semua seperti yang telah diperintahkan oleh Sagara tempo dulu. Barang siapa yang berani menggunjingkan majikannya maka orang itu harus siap menerima akibatnya.
***
Meski pada kenyataannya kedua kaki Sagara tidak lumpuh, namun tetap saja ada rasa kesal saat mendengar semua cemoohan dan gunjingan dari mulut lemes mereka semua.Sekretaris Ken saat ini mulai berjalan menuju ke meja berkumpulnya makanan karena Tuan Mudanya menginginkan yang segar-segar untuk merefresh otaknya agar tidak butek di saat-saat seperti ini.Pilihan pemuda tampan itu jatuh kepada salad buah yang sudah dikemas dalam sebuah kotak plastik khusus yang terlihat sangat menarik dan juga terlihat berkelas sebab kotak plastik yang digunakan bukan kotak plastik biasa."Eh," ucap seorang gadis di sebelah Sekretaris Ken saat mendapati kotak incarannya juga diincar oleh pemuda tampan itu.Saat ini tangan Sekretaris Ken memegang tangan seorang gadis itu yang sama-sama sedang memegangi kotak salad buah yang sama dengan dirinya.Gadis itu menoleh ke arah Sekretaris Ken dan di pandangan lelaki tampan itu tiba-tiba ada kelopak-kelopak bunga mawar yang tengah b
Awan tersenyum puas karena rencananya berhasil. Begitu pun dengan Sekretaris Diana yang saat ini tengah girang setengah mati melihat raut wajah kusutnya Sagara.Sagara kini mulai menyuarakan pendapatnya yang menentang keras pernikahan ini. "Aku tidak mau menikah dengan Viona." ucap pemuda tampan itu lantang.'Bagus, bagus, bagus," batin Sekretaris Ken mendukung penuh keputusan Tuan Mudanya."Kenapa kamu tidak mau menikah dengan Viona? Apa karena dia tidak secantik dan tidak sepintar Viola, hm?" cecar Awan pada Adiknya."Bukan begitu," sergah Sagara. "Aku hanya tidak mau merusak masa depan Viona saja. Dia masih duduk di bangku sekolah menengah atas, bukan? Tidak mungkin baginya untuk menikah denganku saat ini.""Bukankah Viona sebentar lagi akan lulus sekolah? Jadi tidak masalah jika dia menikah saat ini.""Tapi ...,""Kalau kamu ingin tetap membatalkan pernikahan ini. Baiklah, aku tidak akan memaksamu lagi, Ga." Awan memilih menyerah.
Setelah hening beberapa saat, Sagara mulai membuka suaranya kembali."Ken, bagaimana keadaan Tante Amanda? Apakah dia baik-baik saja?""Bunda Amanda keadaannya masih sama seperti dulu. Masih sering menangis jika teringat dengan insiden hilangnya Arabella." sahut Sekretaris Ken sendu. "Mungkin jika Adikku bisa ditemukan kembali, Bundaku sepertinya bisa normal kembali kejiwaannya.""Bagaimana perkembangan dari hasil penyelidikan Detektif yang kamu sewa? Apakah sudah menemukan titik terang?""Belum, Tuan. Keberadaan Adikku seolah-olah terhalangi oleh kabut hitam yang sangat pekat. Sampai-sampai secuil informasi tentangnya pun belum berhasil ditemukan oleh Detektif yang aku sewa.""Semoga Adikmu segera ditemukan ya." harap Sagara."Aamiin, mudah-mudahan, Tuan." angguk Sekretaris Ken."Ngomong-ngomong, Adikmu tahun ini kira-kira sudah sebesar apa ya? Em, maksudku usianya.""Harusnya dia sudah kuliah semester pertama.""Woah, ternyata
Pembawa acara pernikahan Sagara dan Viona di Gedung B ini mulai mengumumkan bahwa prosesi akad nikah antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan akan segera dimulai."Akhirnya acara akad nikahnya dimulai juga." seru pada tamu undangan yang bersorak senang karena setelah ini mereka bisa cepat-cepat pulang ke rumah masing-masing."Berarti Viola sudah ditemukan ya?" bisik mereka bertanya-tanya."Nggak tahu juga tuh. Tapi tadi aku sempet denger katanya Tuan Muda Saga mau dinikahkan dengan Viona.""What! Hahaha," kikik mereka semua yang merasa bahwa fenomena ini sangat lucu."Kalau Tuan Muda Saga yang lumpuh itu nikah sama Viona si gadis jelek dan bodoh itu, sungguh cocok sekali. Aku setuju sih kalau ini beneran terjadi." kikik mereka."Iya, Jeng. Aku juga setuju banget."***"Ma
"Ayo Vio antar!" Viona bersikeras."Ken, Ken!" Sagara segera memanggil Sekretaris-nya agar segera mendekat. "Aku sama Ken aja." tolak Sagara kepada Viona."Yah," ucap Viona kecewa."Sudah, kamu di sini aja temenin para tamu!" perintah Sagara kepada Viona. "Ayo, Ken!" ajak Sagara kepada Sekretaris-nya itu."Baik, Tuan." jawab Sekretaris Ken.Sekretaris Ken mulai memindahkan Sagara ke atas kursi rodanya dan segera mendorong kursi roda itu ke arah ruang kamar mandi di gedung ini."Permisi, Nona." pamit Sekretaris Ken kepada Viona.Viona hanya bisa mengangguk saja.***Di sepanjang perjalanan Sagara mual-mual parah. Dengan sekuat tenaga pemuda itu menahan dirinya agar mulutnya tetap tertutup rapat."Tahan, Tuan!" ucap Sekretaris Ken.Saat ini Sagara dan Sekretaris Ken sudah berada di dalam kamar mandi dan mereka mulai masuk ke dalam salah satu bilik yang lumayan luas.Sagara langsung bangkit dari duduknya dan la
Di gedung B, kedua orang tuanya Viola sedang panik setelah mendapatkan telepon dari penculik itu. Meski hati mereka merasa lega karena tahu keberadaan Viola, namun dengan keadaannya saat ini malah semakin membuat waswas kedua hati orang tua itu."Gimana ini, Pah?" tanya Nyonya Nadira panik."Tenang, Ma! Kita pasti bisa nyelametin anak kita, Ma.""Itu Viola sampai nangis-nangis gitu, Pah. Ayo cepetan kita selametin dia dan bawa uang seratus juta buat tebusannya." guncang Nyonya Nadira yang sudah tidak sabar untuk bertemu dengan putrinya lagi."Tidak bisa sekarang, Ma. Kita hanya bisa bertemu sesuai jadwal yang diatur oleh para penculik itu. Salah, salah, malah nanti Viola yang akan jadi korban karena kita dikira berniat memberontak."Sagara dan Sekretaris Ken yang baru saja kembali dari toilet mendengar percakapan antara Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira yang tengah panik karena Viola diculik."Hah, diculik!" ucap Sagara yang volume suaranya bisa diden
Saat ini Sagara sudah duduk kembali di kursi pelaminan. Untuk sejenak pemuda tampan itu memang duduk di kursi itu. Dia baru bisa pergi meninggalkan kursi pelaminan saat Sekretaris Ken telah selesai mengurus pekerjaan yang tadi dia perintahkan."Suamiku," ucap Viona yang saat ini tengah memeluk lengan Sagara di kursi pelaminan.Sagara merasa risih saat dipeluk lengannya dan tubuhnya disenderi oleh Viona. Beberapa kali Sagara melepaskan pelukan lengan Viona dari tubuhnya yang dibarengi dengan senyum yang kaku, namun Viona selalu nemplok kembali bak kumbang yang hinggap di sebuah bunga yang harum nan menawan."Vio, tolong lepaskan pelukanmu itu! Aku sedang kegerahan." ucap Sagara."Wokeh, Suamiku. Kamu mau sekalian dikipasin nggak?" tanya Viona antusias."Nggak usah."Viona tidak menggubris penolakan dari Sagara, gadis itu tetap mengambil kipas dan mengipaskannya kuat-kuat ke arah Sagara sampai membuat bulu mata laki-laki itu melengkung-melengkung ka
Petugas Polisi yang sudah selesai memintai keterangan dari Viola segera pergi dari Rumah Sakit Citra Husada. Viola memandangi punggung Pak Polisi itu yang kini mulai menjauh dari tempatnya berdiri.Viola tersenyum sinis. 'Tidak akan aku biarkan penabrak mobil itu ditemukan. Jika pengemudi mobil itu ditemukan maka aku pasti akan terkena getahnya juga.'Viola sadar betul bahwa di setiap mobil kemungkinan ada dashboard camera yang terpasang di dalamnya, yang berfungsi untuk merekam kondisi jalanan yang mereka lalui. Tidak menutup kemungkinan di camera itu terekam saat Viola mendorong Viona ke tengah jalan. Untungnya di sekitar daerah itu tidak ada CCTV yang terpasang, sehingga Viola bisa bernapas lega.Perihal Viona, Viola yakin bahwa Adiknya itu pasti mengalami kerusakan yang parah pada bagian otaknya, mengingat banyak darah yang keluar dari bagian kepala Viona.Lagipula jika Viona masih ingat betul tentang peristiwa tadi siang, Viola akan dengan mudah me