Share

3. Hukuman

Seusai melaksanakan hukuman mandiri mereka, kedua anak Qin Lang dan Wang Yin berlari ke kamar Qin Qiu. Ketidakpuasan dalam hati Qin Lian mendorong dirinya untuk terus bertanya soal ibunya.

Sebelum pergi meninggalkan kamar Wang Yin, anak itu sempat mencium pipi ibunya dan berbisik agar perempuan itu segera bangun.

"Kakek!" teriak Qin Lian.

"Apa yang membuatmu seorang pangeran bertindak seperti ini?" tanya Qin Qiu begitu menyadari semua tamu agak terkejut dengan tingkah tidak biasa itu di kalangan bangsawan.

Qin Lian membereskan pakaian dan mendadak bertingkah bagai pangeran yang terhormat.

"Pangeran ini mencari kakeknya karena ingin membicarakan banyak hal," ucapnya santai dengan penuh wibawa.

Qin Lian adalah tipe periang dan suka membuat kekacauan seperti layaknya ibunya.

"Selamat datang, Pangeran," sapa mereka semua.

"Begini saja baru kalian menyapa aku. Tak heran ibuku tidak suka dengan semua kepalsuan dan basa-basi ini," pikir Qin Lian dalam hatinya.

Tak lama kemudian, Qin Yue datang menyusul dengan anggun. Perempuan itu sangat mirip dengan Qin Lang termasuk wajahnya. Kalau saja dia laki-laki, bisa dipastikan mereka adalah kembaran yang sempurna dalam segala hal.

"Selamat datang, Putri," sapa beberapa tamu Qin Qiu.

"Sejak, pangeran dan putri sudah di sini, maka kurasa lebih baik kami kembali," kata Ling Wen yang datang berkunjung.

Sebenarnya, ini adalah kunjungan kerajaan. Akan tetapi, lelaki itu memilih untuk berbicara secara personal dengan Qin Qiu. Mereka dulunya adalah sahabat dan Liu Xun anaknya sudah menggantikan dirinya sebagai raja.

Jadi, sekarang dia hanyalah seorang ayah Yang Mulia yang pengangguran. Berbeda dengan Qin Qiu yang super sibuk.

Karena itulah, dia memilih untuk mengunjungi sahabatnya sesekali.

"Tak disangka pangeran ini sudah menganggu," kata Qin Lian mencoba menahan Ling Wen.

Dia tidak tahu apa hubungan lelaki itu dengan Liu Ji. Dirinya menebak, kemungkinan mereka ada kaitannya. Hal itu terlihat dari reaksi Ling Wen setiap kali mereka membicarakan nama manusia yang membuat Wang Yin koma sampai sekarang.

"Tidak masalah, Pangeran, saya hanyalah tamu. Orang tua ini tidak boleh mengganggu kepentingan kerajaan," kata Ling Wen meminta pamit dari ruangan itu.

Setelah dia pergi, barulah Qin Lian kembali ke habitatnya, maksudnya kembali ke sifat aslinya.

"Kakek, ceritakan pada kami, bagaimana ayah dan ibu bisa menikah!"

Qin Qiu awalnya ingin marah, tetapi mengingat kedua cucunya masih lima tahun dan yang ditanyakan adalah hal penting, aura kemarahannya mendadak lenyap dan dia duduk dengan tenang lalu menyesap tehnya.

"Tidak adakah yang bisa kau lakukan selain bertanya soal itu?"

Qin Lian kecewa mengapa kakeknya memberikan respons seperti itu. Setiap kali mereka bertanya, kakek tua itu hanya mengelus jenggotnya dan berkata, "Nanti kau akan tahu. Belum saatnya. Atau, lain kali akan kujelaskan."

"Kakek, ayolah. Aku merasa kau hanya mengulur waktu, apa sahabatmu itu Ling Wen ada hubungannya dengan Liu Ji?" tanya Qin Lian dengan nada mendesak.

Qin Qiu terbatuk dan dia mendadak terkejut mengapa anak kecil itu bertanya demikian.

"Kakek, jujur sajalah. Aku tidak akan menyalahkan ayahnya karena kesalahan anaknya. Asalkan kakek mau menceritakan yang sebenarnya," kata Qin Lian lagi.

Qin Yue masih memperhatikan dan belum berbicara sama sekali. Dalam hati dia juga sama penasarannya dengan Qin Lian.

Terdiam cukup lama, akhirnya Qin Qiu bersuara.

"Baiklah, akan kuceritakan," katanya.

Mendengar itu, Qin Lian dan Qin Yue mendadak patuh dan duduk dengan tenang untuk mendengarkan kakeknya soal pernikahan ayah dan ibu mereka.

Melihat wajah keduanya, Qin Qiu merasa lemah dan tidak bisa lagi menolak permintaan dua anak kecil yang sangat merongrong jiwanya.

"Baiklah, aku tidak tahu ibu kalian akan bangun. Setidaknya mereka memiliki kenangan indah," gumam lelaki tua itu.

Perlahan dia mengingat kembali kejadian enam tahun lalu itu dan menceritakan pada kedua cucunya yang sudah tidak sabar menanti.

Flashback : pernikahan

Suasana Kerajaan Yi sudah dihias meriah, besok adalah pernikahan pangeran kedua mereka, Qin Lang. Tak disangka setelah beberapa kali menolak perempuan yang dituangkan dengannya.

Beberapa orang sempat menduga kalau Qin Lang mungkin saja tidak normal.

"Akhirnya dia menikah, tak kusangka gadis itu akan dipilih," ujar Qin Qiu yang juga pangeran Kerajaan Yi.

"Memangnya kenapa?" tanya Qin Jun heran.

"Tidak ada. Hanya tidak pernah terduga atau terpikirkan sebelumnya."

Qin Qiu mengingat beberapa hari lalu pemilihan istri pangeran.

Ratusan gadis terbaik sudah dikumpulkan dari lima kerajaan yang ingin menjadi istri Qin Lang.

"Ini yang terakhir dan semua sudah ditolak oleh pangeran, kuharap yang terakhir akan menjadi yang terbaik," kata pelayan mengumumkan gadis terakhir yang akan menjadi calon istri Qin Lang.

"Perempuan ini agak unik, suka berkuda, memanah dan melatih dirinya dengan ilmu bela diri."

Ucapan itu terhenti dan semua orang agak terkejut dengan ekspresi Qin Lang yang mengangkat kepalanya. Biasanya dia akan diam tanpa melirik walau perempuan itu disebutkan sangat cantik, seksi atau menarik. Bahkan, jika dia putri dari kerajaan lain.

"Selain itu, dia mempunyai hobi yang aneh, suka berlarian di hutan," kata pelayan itu membacakan biodata yang dia terima.

"Aiyo, gadis macam apa yang ditawarkan itu. Ini namanya menghina pangeran!" teriak seseorang pejabat kerajaan.

Qin Lang tidak tampak seperti terhina, netra emasnya malah semakin cerah dan wajahnya bersemangat.

"Namanya adalah---"

"Wang Yin!" teriak Qin Lang dengan suara dalam dan parau.

Belum selesai pelayan membacakan namanya, Qin Lang sudah berlari dari kursinya untuk mendapatkan perempuan aneh itu.

Semua orang terkejut, kecuali ayahnya sang raja dan juga pangeran mahkota, Qin Lan.

Mereka sudah menduga kalau Qin Lang selama ini memang menunggu seseorang dan akhirnya seseorang itu datang.

"Qin Lang," sapa Wang Yin dengan senyuman manis.

Dari semua perempuan di sana hanya dia yang tidak memakai riasan dan pakaiannya yang paling sederhana.

"Kau ingat?" tanya Qin Lang heran.

"Tentu saja, aku bahkan sering melihatmu mendatangi tempat itu," jelas Wang Yin sambil cekikikan membuat semua pelayan dan pejabat menutup mata dan telinga mereka.

"Tidak tahu malu," dengus Qin Qiu.

"Wang Yin, kau---"

Wang Yin tersenyum manis dan sangat manis.

"Maafkan aku, awalnya aku tidak tahu kalau kau memang pangeran. Tapi beberapa hari lalu, kakakmu datang padaku dan menjelaskan segalanya."

Para pendengar semakin riuh dan menjadi agak kacau. Bagaimana bisa pangeran mahkota berbuat seperti itu?

"Kakakku?" gumam Qin Lang mewakili para pendengar yang juga ikut penasaran.

"Iya, itu aku. Tak sengaja aku bertemu dengan Nona Wei ketika aku dan ayah diam-diam mengikutimu ke tengah hutan setiap hari. Kami penasaran dengan apa yang kau lakukan di sana. Adakah yang menarik atau apa yang membuatmu sangat senang ke sana, terutama saat kau menemukan pita merah itu," kata Qin Lan membocorkan rahasia adiknya.

Semua orang mendadak diam dan heran karena ternyata raja dan pangeran mahkota juga ikut menjadi komplotan pendukung gadis aneh itu?

"Lalu?" tanya Qin Lang.

"Akhirnya kami menemukan Ratu Wang dan meminta untuk datang hari ini. Apa kau senang, Wangji?" tanya Qin Lan di akhir kalimatnya.

"Ratu Wang?" tanya Qin Lang terkejut dengan keakraban itu. Telinganya memerah menandakan kalau dia senang.

"Ya, aku tahu kau senang. Ratu Wang adalah sepupu Li Wanyin, istriku."

Penjelasan singkat itu membuat semua orang terdiam walau dalam hatinya mereka sangat terkejut dengan fakta itu.

Sejak kapan istri pangeran pertama itu memiliki sepupu sejenis Wang Yin.

"Qin Lang, kau belum menjawab. Apa kau senang?" tanya Wang Yin memanggil nama lahir sang pangeran.

Tidak ada yang berani bertindak selancang itu, sebab menyebut nama pangeran hukumannya adalah penggal alias hukuman mati.

"Tentu saja," kata Qin Lang.

Wang Yin tersenyum manis dan begitu dia berbalik orang-orang sadar kalau perempuan itu memang sangat cantik dan tegas. Cantik, wajah tegas, seksi dan berwibawa. Dia lebih mirip panglima perang dibandingkan hanya sekadar perempuan biasa.

Begitulah pernikahan mereka terjadi setelah penantian lima tahun yang tak kunjung bersambut.

Di hari pernikahan, Wang Yin hanya mengenakan ikat rambut merah tanpa riasan wajah dan perhiasan.

Awalnya, semua orang akan memaksa Wang Yin untuk berpakaian layaknya istri pangeran, tetapi karena Qin Lang tidak memprotesnya dan membiarkan Wang Yin memakai pakaian sesukanya, maka tak ada lagi yang berani memaksanya.

"Qin Lang, apa kau bahagia?" bisik Wang Yin sebelum melakukan sujud tiga kali.

"Sangat bahagia," jawab Qin Lang mengintip wajah Wang Yin dari pinggir kerudungnya.

Wang Yin tertawa kecil dan mereka melaksanakan upacara pernikahan dengan lancar dan damai.

Pernikahan yang sederhana berjalan dan keduanya resmi menjadi suami-istri.

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status