"Umi ... Berjanjilah untuk mengikuti keinginan ku," ujanya dengan air mata berderai. Sedang sang ibu menggenggam tangan putrinya kuat kuat."Apa yang kau inginkan, Nak, selama masuk akal, ummi dan Abi akan meluluskannya," ujarnya ambil menatap wajahku dan putrinya bergantian."Tapi, Bu, apa yang dia inginkan?" Jantungku berdebar sangat kencang menunggu jawaban mantan adik maduku itu."Ak-aku ingin bersamanya," tunjukknya ke arah Mas Rafiq.Mas Rafiq terkejut bukan kepalang, Umi dan abinya tak kalah kaget dan hanya mampu menelan ludah."A-apa maksudmu, Soraya?""Aku ingin ikut bersama Muthmainnah ke Korea, belajar di sana."Aku langsung menghela napasku lega mendapati bahwa orang yang dia maksud adalah Santri ayahnya sekaligus sahabatnya yang berdiri tepat di belakang Mas Rafiq.Suamiku lantas tersenyum dan menatap berkedip kearahku. "Alhamdulillah bukan aku yang dia inginkan," bisiknya lirih. Membuatku ingin mencubitnya namun ini bukan momen yang tepat untuk itu."Jika itu maumu, ma
Masih dalam pelukan hangatnya ketika hendak kubuka mata, bangkit dan menyambut hari yang ceria.Embusan angin dan kicau burung di pagi hari, serta sesosok tubuh yang merengkuhku dalam jalinan suci ini, membuatku merasakan bahagia dan keharuan yang begitu sempurna."Sayang, aku mau bangun," ucapku lembut pada suamiku, berharap ia melepaskan pelukannya dan membiarkanku bangun."Hmmm ... Tumben menyebutku sayang," ujarnya."Iya ... Mas 'kan suamiku, kesayanganku," jawabku mencium keningnya, "ayo bangun, kita harus bersiap berangkat kerja.""Baiklah, ayo."Ketika akan berdiri tiba aku merasa darahku drop dan tubuh ini lemas, kepala pusing dan juga mual, aku tersungkur ke lantai da membuat Mas Rafiq langsung kaget dan menghampiriku."Ada apa, Jannah?""Gak tahu, Mas, mendadak pusing dan oleng," jawabku."Ayo aku bantu," ujarnya sambil mengangkat tubuh ini ke ranjang lalu mendudukkanku di sana."Kamu kenapa, apa akhir akhir ini sering banyak pikiran dan kurang istirahat??""Gak Mas, aku gak
*"Hari ini bikinin sop ayam dong, Sayang kata suamiku yang tiba-tiba bergelayut manja di lenganku.""Kok tumben sih biasanya kan Mbok Ina yang bikinin semua makanan kesukaan Mas.""Nah tumben hari ini aku ngidam ingin makanan yang dibuatkan istri sendiri boleh kan?" katanya sambil menggenggam"Iya boleh tentu saja, tapi aku mau mandi dulu ya," kataku sambil menggosok pelan rambutnya.*Aku keluarkan bahan makanan dari kulkas berpintu dua di dapur mertua, mulai memotong worte, kentang, buncis dan bahan lainnya, kemudian menjerang kaldu dan cakwe ayam untuk menambahkan rasa lezat ke dalam kuah sop."Sayang ... bikin pisang goreng," teriaknya dari ruang tv.Suamiku yang saat itu sedang bermain game Nintendo dengan Raisa, mereka asyik tertawa dan terlihat kompak sekali."Iya Mas, nanti aku bikinin kebetulan ada nih pisangnya."Dua puluh menit kemudian pisang goreng panas sudah terhidang atau langsung kuantarkan kepada suami, anakku, ibu mertua yang duduk menyaksikan keseruhan anak dan
Awan hitam yang bergelayut di langit sana membuat cuaca hari ini menjadi agak redup rintik-rintik hujan mulai menetes membasahi kelopak tanaman yang tumbuh di pekarangan rumah mama mertua, kuperhatikan semua pemandangan itu sambil menyender di kursi dan mengelus calon bayi yang ada di dalam rahimku.Kulirik jam sudah menunjukan pukul 4 sore, aku heran karena Mas Rafiq belum juga kembali dari rumah sakit, sementara aku tadi memesan seporsi pecel lele dari tempat yang menjadi langgananku.Rasa lapar mendera, melilit membuat ulu hati terasa nyeri, aku bangkit untuk meraih toples biskuit lalu duduk kembali ke tempat semula dengan perasaan masygul dan sedikit khawatir.."Mungkin saat ini dia sedang sibuk atau ada pasien dadakan," batinku. [ Sayang kamu di mana sekarang? ] kirimku perhatikan masih centang abu-abuAku terus menatap layar ponsel dengan tatapan nanar berharap dia segera menjawab pertanyaanku, 15 menit kemudian pesan itu sudah centang biru lalu terlihat tanda typing. [ M
Siang ini,Mama mertua memanggilku dan menyuruh aku bersiap ia mengatakan bahwa kerabat jauhnya akan datang berkunjung untuk bertemu denganku karena mereka tidak sempat datang di acara pernikahan kami."Siapa Mereka Ma?" tanyaku kepada Mama mertua.Sepupu jauh Mama mereka berasal dari Semarang mereka akan datang ke sini untuk bersilaturahmi dan menginap beberapa hari Karena sekarang ada urusan pemeriksaan kesehatan ke rumah sakit besar."Begitu ya Ma, baik kalau begitu."Suruh mbak Ina untuk membuatkan masakan yang menurut kamu enak di disajikan kepada tamu, lalu berdandanlah yang cantik kenakan perhiasanmu Mama tidak ingin mereka menjadi menikahimu jelek sebagai menantu yang lusuh dan mereka akan salut karena memperoleh menantu sepertimu," ujar Mama sambil menepuk bahuku pelan."Ya mah Mama tenang aja." aku membalas senyuman tulus itu."Mama turun ke bawah dulu ya, mama tunggu kamu di bawah."**Pukul dua siang suara klakson mobil berulang kali terdengar dari dapur aku yang saat i
Sore hari pulang dari tempat kerjanya dan langsung menemuiku di kamar seperti biasa ia menyunggingkan senyum yang begitu manis lalu mencium keningku."Hai sayang selamat sore, selamat sore bayiku" ujarnya sambil mencium perutku."Selamat sore Ayah," jawabku lembut"Kayaknya ada tamu udah sayang?""Iya ada tamu tante Rosa, Om Hermawan, dan Angel,' jawabku, Rafiq yang mendengar nama Angel seketika tersentak dan bertanya,"Ada Angel di sini?""Iya Mas tadi siang mereka datang.""Ngapain?" Mas Rafiq mengernyitkan alisnya."Katanya om Hermawan mau periksa jantung di rumah sakit tempat kamu bekerja, mereka akan diam disini beberapa hari Mas."Mas rafiq terlihat tidak begitu suka dengan kabar yang kuberikan padanya."Tapi kan banyak hotel di sini kenapa harus ke rumah ini ya ?"gumamnya.Ya mungkin karena saudara mama sekalian juga silaturahmi kali mas.'"Tapi keberadaan .....""Mantan kekasih mu tidak akan berpengaruh apa-apa bagiku," potongku segera.'Kamu Yakin?""Kecuali jika Mas banya
Pukul dua malam aku terbangun karena merasa sangat kehausan ditambah kondisi perut yang mulai membuncit membuatku mudah kehausan.Kuraba kasur yang ada di dekatku sendiri mengerjapkan mata berusaha mencari-cari di mana suamiku tadi. Aku bolak-balikkan selimut dan ia tidak berada di sana."Mana Mas Rafiq ya," batinku.Tiba-tiba ada rasa yang terlintas sedikit mencurigakan di dalam dada. aku merasa seolah-olah ada sesuatu yang tidak baik yang akan terjadi sehingga kuputuskan untuk segera bangkit dan menyusul mencari Di mana keberadaan suamiku.Kususuri kususuri lantai 2 yang yang ruang keluarganya sangat luas dengan bentuk langit-langit seperti dome yang megah sedang lampu gantung bertengger menambah kemewahan rumah mertua.Aku semakin penasaran karena tak menemukan Mas Rafiq yang biasanya menonton tayangan bola di tengah malam.Dadaku berdegup kencang terlebih menyadari jika Angel ada di sini. Tiba tiba rasa khawatir menyeruak dalam dada.Aku menuruni tangga dan lamat-lamat kudengar
Ia mendelik dengan tatapan tidak terima sambil memegangi pipinya yang memerah bekas gambar tanganku."Aku sudah muak dengan yang namanya pelakor dan pengganggu, tidak akan kubiarkan satu ruang pun untuk orang akan mengusik rumah tanggaku."Ia mendengus sambil tersenyum sinis, ia menyilangkan kedua tangan di dada lalu berkata kepadaku,"Rafiq sangat mencintaiku, Aku yakin kau hanya pelampiasan, dia melarikan perasaannya karena kecewa putus denganku.""Aku menghargai kepercayaan dirimu," ucapku sambil kembali ke dapur lalu melanjutkan kegiatan memotong sayur lagi.Bukannya malah pergi, dia malah semakin mendekati dan membuat hati ini semakin panas. Menyeret kursi lalu duduk dihadapanku."Kamu hanya janda yang dibuang oleh suami dan kebetulan bertemu dengan Rafiq lalu Ia kasihan padamu.""Apapun itu sebutannya, aku tidak peduli, yang penting sejauh ini Mas rafik sangat mencintaiku dan melakukan apa saja untukku."Wanita itu tertawa seperti mengejekku, "Rafiq, selalu baik kepada semua