Share

Tanda Cupang

Pada jam bezuk pertama, ruang rawat inap yang kutempati seketika ramai. Amak, Abah, Bapak, dan Ibu datang bersamaan. Serantang masakan rumah mereka bawa serta.

Gulai tauco dan lontong ketupat yang Ibu bawa memancing selera makanku kembali. Aku bangkit dengan air liur yang mendadak terbit, setelah berkali-kali gagal makan dengan baik. Beruntung morning sickness-ku ini masih dalam batas wajar.

“Kapan kau balek, Sam?” tanya Ibu sambil sibuk mengiris lontong ke dalam piring.

“Kemarin petang, Buk.”

“Dia cuma singgah ke rumah sebentar, laju pergi lagi. Pagi-pagi nelpon aku, katanya Airin masuk rumah sakit. Paniklah kami serumah.” Amak yang kini menanggapi. “Laju kami kabari Mamak Airin,” lanjutnya.

Jadi, saat kukatakan minggat dari rumah, ternyata ampuh membuat Bang Sam pulang. Dia hanya mampir sebentar dan langsung mencariku ke kost-an.

Bukankah lebih bijak menjaga yang masih utuh daripada merangkai yang sudah jatuh? Bentuknya mungkin sama tetapi retakan itu tidak akan hilang. Selamanya.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status