#28
Angga menggeliatkan tubuhnya. Rasanya benar-benar lelah pagi ini membuatnya sedikit bermalas-malasan membaringkan tubuhnya di kamar. Ia melihat sisi ranjangnya sudah kosong dan menduga jika Aluna pasti sudah bangun. Lantas ia memaksa dirinya untuk bangkit dan mencari keberadaan Aluna.Pertempuran mereka semalam sungguh ganas dan liar hingga sekujur tubuhnya terasa pegal. Angga masih mengambil cuti menikah hingga beberapa hari ke depan sehingga dia akan lebih banyak menciptakan bulan madu yang indah bagi dirinya dan istri barunya.Saat dirinya keluar dari dalam kamar, hidungnya langsung mencium bau makanan yang amat lezat dari arah dapur."Aluna pasti lagi masak," ucapnya kemudian lekas mengayun langkahnya menuju ke dapur untuk memastikan tebakannya."Sayang…," panggil Angga lembut dan mesra seraya mengaitkan kedua tangannya memeluk perut Aluna dari belakang.Lelaki i#29"Dasar mantu kurang ajar!" pekik Bu Intan. Ia meraung keras bagai harimau yang sedang marah.Bu Intan yang tengah emosi pun hendak menghampiri Aluna yang masih berdiri di depan pintu kamarnya. Emosinya sudah sampai ke ubun-ubun sehingga dia seperti akan meledak saat ini juga."Sini kamu! Lancang sekali ucapanmu itu!" ketus Bu Intan sambil masih melangkah cepat ke arah Aluna. Ia benar-benar kalap saat ini.Namun, saat beberapa langkah lagi dirinya mendekati Aluna, Angga langsung menarik tangan ibunya. Membuat wanita itu terpaksa menghentikan langkah kakinya."Lepas nggak, Ga! Istrimu itu harus diberi pelajaran biar nggak seenaknya sama ibu dan punya rasa sopan santun sama ibu!" Bu Intan memberontak saat Angga meraih tubuhnya agar tidak mendekati istrinya."Baru juga satu hari jadi istrimu sudah ngelunjak! Apalagi nanti, Ga! Lepas, nggak!" seru Bu Intan marah.
#30"Hahh!"Bu Intan nampak menghela napasnya berat. Entah mengapa dirinya merasa menyesal telah menikahkan Angga dengan Aluna yang ternyata kelakuannya tidak memiliki adab sama sekali.Bahkan di hari pertamanya menjadi seorang menantu di rumah Bu Intan pun, dia sudah berani melawan dan bernada tinggi padanya. Sangat berbeda dengan Laras. Wanita itu selalu mengalah dan menghormatinya layaknya seorang menantu pada mertuanya.Setelah puas menumpahkan unek-unek yang dirasakannya pada Tasya. Bu Intan pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya dan merenungi apa yang terjadi tadi. Berharap pikirannya akan berubah jernih setelah merenungkannya.Bu Intan memang tak perlu menunggu waktu yang lama, dan langsung menikahkan Angga dan Aluna. Tepatnya hampir dua bulan setelah putranya resmi bercerai dari Laras. Ia tak mau jika nanti reputasinya akan tercemar jika para tetangga tahu kalau calon istri A
#31"Siapa dia, Ga?" tanya Bu Intan dengan tatapan menelisik pada kedua sejoli itu.Kedua sejoli yang sedang dimabuk oleh cinta itu pun saling melempar tatapan mesra. Angga lalu meraih tangan Aluna, lali mencium punggung tangannya seakan dirinya bangga telah mengenal dan bertemu dengan Aluna, hingga gadis itu mengandung benihnya."Perkenalkan, Bu, namanya Aluna. Dia kekasihku juga sekaligus merupakan calon istriku, Bu." Angga berucap dengan lugas mengenalkan sosok Aluna untuk pertama kalinya di hadapan sang ibu.Gadis bernama itu tersenyum menampakkan giginya yang rapi. Bu Intan melengoskan wajahnya karena terkejut dengan apa yang baru saja disampaikan oleh Angga. Kata-kata Angga seakan sanggup membuat hatinya hancur.Diperlakukan begitu, senyum Aluna langsung menghilang dari wajahnya.'Sialan! Kenapa nenek tua ini sangat tak ramah menyambutku! Padahal aku sedang mengandung cucunya!' geram Aluna seraya menundukkan wajahnya. Ia tidak ingin jika Bu Intan akan dapat menyadari rasa kesaln
#32Setelah kejadian memalukan itu, Laras nampak menjaga jarak dengan Galih. Wanita itu tak tahu harus bagaimana menghadapi Galih setelah mereka berciuman tempo hari. Ia pasti canggung saat kembali bertemu, dan memutuskan untuk menjauhi Galih.Laras menjadi membatasi dirinya untuk berinteraksi dengan Galih. Bahkan, wanita itu mengabaikan tawaran Galih untuk menjadi penyanyi tetap di cafenya. Hal itu Laras lakukan karena tak mau terus menerus canggung kala dirinya harus bertemu dengan Galih setiap waktu jika dirinya memutuskan untuk menjadi penyanyi tetap di sana.Ia juga menjadi lebih sering mengabaikan setiap pesan yang dikirimkan oleh Galih. Saat bertanya kabar pun, Laras akan menjawab singkat pesan Galih. Membuat laki-laki itu gusar dan tak tahu harus bagaimana lagi untuk membujuk Laras agar mau memaafkannya."Ah, nggak bisa begini terus. Kayaknya aku harus menemui Laras di rumahnya," gumam Galih lirih. Laki-laki itu sudah putus asa.Terhitung sudah dua minggu sejak kejadian itu, d
#33Semenjak Galih menyatakan cintanya pada Laras dan wanita itu menarik garis yang jelas tentang hubungan mereka. Hubungan keduanya yang sempat renggang pun, akhirnya kembali seperti semula.Laras tidak merasa canggung lagi, dan sesuai dengan janji yang pernah diucapkannya saat Galih menyatakan perasaan cinta padanya. Dia tidak menghindar apalagi menjauh dari Galih dan tetap bersikap layaknya seorang sahabat.Walaupun pada akhirnya, Laras memilih untuk menyendiri karena belum bisa membuka hatinya untuk laki-laki lain termasuk pada Galih yang sempat menyatakan cinta. Dan Laras belum bisa menerima perasaannya.Enam bulan sudah berlalu sejak pernyataan perasaan Galih waktu itu. Dan selama itu pula Laras lebih nyaman dengan status mereka yang bersahabat daripada jika mereka tiba-tiba berubah menjadi pasangan.Akan tetapi, apa yang terjadi di masa depan selalu menjadi misteri yang siapa pun tidak akan pernah bisa mengetahuinya.*"Maaf ya, Rian. Aku nggak bisa menerima perasaanmu, jadi, a
#34Galih menatap lekat wajah Laras dalam diam. Harapannya kali ini adalah Laras mau menerima ajakannya untuk menikah. Bukannya berpacaran seperti pria-pria yang ia suruh untuk mendekati Laras. Ia sengaja melakukan semua itu untuk menguji Laras."Aku … aku … Gal, apa kamu serius dengan apa yang kamu ucapkan tadi?" tanya Laras gugup dan malah balik bertanya pada Galih.Ia sampai lupa untuk menjawab pertanyaan Galih. Dengan berjuta perasaan yang telah mengaduk-aduk hatinya, akhirnya hanya meluncurlah kata yang serupa dengan pertanyaan itu.Laras seakan masih tidak percaya dengan yang sedang terjadi saat ini. Ia masih merasa jika ini mimpi. Ia berpikir, kenapa Galih malah meminta orang lain mendekatinya, dan menyatakan cintanya untuk Laras, jika dirinya pun memiliki niat untuk melamar Laras."Kamu serius, Gal?" ulang Laras lagi memastikan jawaban Galih atas tujuannya melamarnya secara mendadak seperti ini.Galih segera menganggukkan kepalanya mantap. Tatapan teduhnya mampu membius Laras
#35"Aku nggak pernah mau dijodohkan, Ma! Aku cuma mau Laras!" tolak Galih tegas pada Bu Irma. Membuat wanita itu tersentak karena itu merupakan pertama kalinya Galih menaikkan nada bicaranya."Kamu berani ya ngelawan sama mama," ucap Bu Irma sinis. Wanita itu mendelik tajam ke arah putra semata wayangnya. Ia benar-benar tak habis pikir jika Galih berubah hingga berani bernada tinggi padanya."Apa perempuan itu telah membutakanmu, sampai-sampai kamu membentak mamamu sendiri, Galih!" teriak Bu Irma ketus.Pak Dhanu yang duduk di sampingnya pun mulai gusar dan mencoba untuk menenangkan istrinya dari amarah yang bergulung-gulung."Selama ini, Galih selalu menurut apa pun permintaan kalian, tapi kenapa saat aku menginginkan sesuatu untuk pertama kalinya, kalian sedemikian rupa menolaknya keras! Apa jatuh cinta pada Laras adalah sebuah kesalahan, Ma, Pa?" tutur Galih. Lelaki itu berkata tulus dari dalam hatinya.Perasaannya pada Laras sangatlah besar dan terus bertambah setiap harinya. Ia
#36"Aku nggak salah dengar 'kan, Ma?" tanya Galih lagi memastikan jika dirinya tidak sedang bermimpi."Mama serius, Nak. Mama merestui hubungan kalian, jadi menikahlah seperti yang kamu katakan pada mama," sahut Bu Irma yakin.Raut wajahnya menunjukkan sebuah ketegasan yang teramat jelas. Sehingga baik Laras maupun Galih kini saling melempar tatapan haru.Bagaimana tidak, keduanya bahkan sempat berpikir jika hubungan mereka pasti tidak akan berakhir bahagia. Laras juga mengira jika Bu Irma akan mempermasalahkan statusnya yang merupakan janda cerai.Tetapi, Laras hanya merasa jika semesta sedang berbaik hati padanya. Dan prasangka buruk itu tak terjadi. Ia tak luput memanjatkan puji syukurnya pada Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas seizin Dia lah, Bu Irma luluh dan akhirnya impian mereka untuk segera menikah akan terwujud."Laras, bersiaplah. Dan kabari orang tuamu kalau kami akan datang seminggu lagi," ujar Bu Irma sambil menatap lekat wajah teduh calon menantunya.Secara fisik, Lara