#34Galih menatap lekat wajah Laras dalam diam. Harapannya kali ini adalah Laras mau menerima ajakannya untuk menikah. Bukannya berpacaran seperti pria-pria yang ia suruh untuk mendekati Laras. Ia sengaja melakukan semua itu untuk menguji Laras."Aku … aku … Gal, apa kamu serius dengan apa yang kamu ucapkan tadi?" tanya Laras gugup dan malah balik bertanya pada Galih.Ia sampai lupa untuk menjawab pertanyaan Galih. Dengan berjuta perasaan yang telah mengaduk-aduk hatinya, akhirnya hanya meluncurlah kata yang serupa dengan pertanyaan itu.Laras seakan masih tidak percaya dengan yang sedang terjadi saat ini. Ia masih merasa jika ini mimpi. Ia berpikir, kenapa Galih malah meminta orang lain mendekatinya, dan menyatakan cintanya untuk Laras, jika dirinya pun memiliki niat untuk melamar Laras."Kamu serius, Gal?" ulang Laras lagi memastikan jawaban Galih atas tujuannya melamarnya secara mendadak seperti ini.Galih segera menganggukkan kepalanya mantap. Tatapan teduhnya mampu membius Laras
#35"Aku nggak pernah mau dijodohkan, Ma! Aku cuma mau Laras!" tolak Galih tegas pada Bu Irma. Membuat wanita itu tersentak karena itu merupakan pertama kalinya Galih menaikkan nada bicaranya."Kamu berani ya ngelawan sama mama," ucap Bu Irma sinis. Wanita itu mendelik tajam ke arah putra semata wayangnya. Ia benar-benar tak habis pikir jika Galih berubah hingga berani bernada tinggi padanya."Apa perempuan itu telah membutakanmu, sampai-sampai kamu membentak mamamu sendiri, Galih!" teriak Bu Irma ketus.Pak Dhanu yang duduk di sampingnya pun mulai gusar dan mencoba untuk menenangkan istrinya dari amarah yang bergulung-gulung."Selama ini, Galih selalu menurut apa pun permintaan kalian, tapi kenapa saat aku menginginkan sesuatu untuk pertama kalinya, kalian sedemikian rupa menolaknya keras! Apa jatuh cinta pada Laras adalah sebuah kesalahan, Ma, Pa?" tutur Galih. Lelaki itu berkata tulus dari dalam hatinya.Perasaannya pada Laras sangatlah besar dan terus bertambah setiap harinya. Ia
#36"Aku nggak salah dengar 'kan, Ma?" tanya Galih lagi memastikan jika dirinya tidak sedang bermimpi."Mama serius, Nak. Mama merestui hubungan kalian, jadi menikahlah seperti yang kamu katakan pada mama," sahut Bu Irma yakin.Raut wajahnya menunjukkan sebuah ketegasan yang teramat jelas. Sehingga baik Laras maupun Galih kini saling melempar tatapan haru.Bagaimana tidak, keduanya bahkan sempat berpikir jika hubungan mereka pasti tidak akan berakhir bahagia. Laras juga mengira jika Bu Irma akan mempermasalahkan statusnya yang merupakan janda cerai.Tetapi, Laras hanya merasa jika semesta sedang berbaik hati padanya. Dan prasangka buruk itu tak terjadi. Ia tak luput memanjatkan puji syukurnya pada Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas seizin Dia lah, Bu Irma luluh dan akhirnya impian mereka untuk segera menikah akan terwujud."Laras, bersiaplah. Dan kabari orang tuamu kalau kami akan datang seminggu lagi," ujar Bu Irma sambil menatap lekat wajah teduh calon menantunya.Secara fisik, Lara
#37"Apa benar kalau kamu bercerai karena mandul?"Pertanyaan dari Bu Irma masih membuat Laras tercengang. Dia seakan mematung di tempatnya. Sementara itu tanpa Laras ketahui, ada sepasang mata yang tengah mengawasi mereka. Ya, mengawasi gerak-geriknya dan juga Bu Irma."Ma …," ucap Laras lirih. Wanita itu seakan kehabisan kata-kata dan entah harus bagaimana menjelaskan jika kabar itu sama sekali tidak benar pada calon mertuanya itu."Kita masuk ke dalam saja, Laras. Biar enak ngobrolnya." Bu Irma tiba-tiba berucap dengan nada bicara yang terdengar lebih tenang daripada tadi. Membuat Laras semakin bingung dengan perubahan sikap mertuanya itu.Raut wajah Bu Irma yang terlihat dipenuhi amarah tadi telah sepenuhnya berubah. Nampak seperti sudah bisa meredam semua emosi yang sempat dirasakannya tadi. Laras pun akhirnya mempersilakan Bu Irmai masuk dan duduk di sofa."Ma, mama tahu dari mana kabar itu kalau ak—" Ucapan Laras terpotong oleh gerakan Bu Irma."Ssttt!" Bu Irma tampak memotong
#38Setelah kejadian itu hari-hari pun mulai berganti dengan minggu, minggu berubah menjadi bulan. Saat yang telah Laras dsn Galih tunggu akhirnya tiba. Bahkan berbeda dari rencana awal jika resepsi akan dilaksanakan di rumah ayah tiri Laras. Bu Irma berubah pikiran dan mempertimbangkan untuk mengadakannya di rumah Laras.Entah itu sengaja atau memang Bu Irma memiliki maksud lain memindahkan lokasi acara. Laras pun tak tahu persis apa alasannya. Dan menurut saja saat akhirnya lokasi resepsi pun diubah.Meskipun begitu, dalam hatinya Laras merasa gelisah menghantuinya. Takut dan khawatir jika keluarga mantan suaminya akan melakukan hal yang tidak mengenakkan di acara pernikahannya."Astaghfirullah, kenapa aku jadi mudah suudzon begini," gumam Laras lirih. Entah kenapa sejak kejadian hari itu di mana Bu Intan sengaja menghasut calon mertuanya, pikiran Laras selalu was-was dan tidak nyaman.
#39Berbeda dengan Laras yang tengah berbahagia atas pernikahan keduanya. Arvi mengalami hal yang bertolak belakang dengan apa yang sedang Laras rasakan. Ia berpikir jika dirinya akan lebih bahagia jika bercerai dari Laras.Namun, dirinya salah besar. Dan itulah hal yang sedang dirasakan olehnya saat ini. Bercerai dari Laras ternyata membuatnya tidak merasa bahagia. Hari-hari yang dilaluinya setelah perceraian itu bagaikan hidup di neraka. Aluna dan Bu Intan selalu ribut dan bertengkar setiap hari.Para tetangga pun tahu betapa tidak akurnya hubungan mertua dan menantu itu. Hampir setiap hari, mereka selalu mendengar kegaduhan dari kedua rumah yang bersebelahan itu. Hal itu cukup membuat Angga pusing dalam menghadapi dua wanita yang berharga dalam hidupnya itu.Aluna selalu mempermasalahkan setiap uang yang Angga berikan pada ibunya. Hingga masalah sepele pun akan selalu dibesarkan oleh Aluna. Rasanya tidak ada lagi kedamaian dalam hidup Angga. Ia merasa menyesal karena telah mencerai
#40Setelah resmi menikah dan menjadi istri Galih, Laras mulai rutin lagi untuk melakukan promil. Berikhtiar dan berusaha kembali untuk mendapatkan dua garis yang selama ini diinginkan olehnya. Galih selalu mendukung penuh setiap usaha yang dirinya lakukan.Hasrat Laras yang menggebu ingin segera membuktikan pada mulut-mulut jahat yang selalu mengatainya dengan sebutan mandul. Ia ingin membuktikan jika tuduhan mereka salah. Dan ia hendak membuktikan jika dirinya sama sekali tak bermasalah dengan kesehatan rahimnya.Tentang perasaan Laras pada Galih, ia pun masih belum sepenuhnya yakin dengan perasaannya. Tetapi, demi membuktikan jika dirinya tidak mandul, maka Laras pun mencoba segala cara agar dirinya cepat mendapatkan garis dua itu.Semua itu karena ulah mantan ibu mertuanya yang masih saja mendengung-dengungkan pada semua orang bahwa dirinya mandul. Entah sudah berapa orang yang melaporkan padanya, tenta
#41 Kebahagiaan Laras"Selamat ya, Nak. Atas kehamilan kamu. Akhirnya, mama akan segera menjadi seorang nenek," ungkap Bu Irma yang saat itu langsung mendatangi rumah putranya setelah dikabari Galih jika Laras sedang mengandung. Istrinya sedang hamil. Wajahnya tak luput menampilkan senyuman sumringah sejak tadi.Pun begitu juga dengan Pak Dhanu, suaminya. Mereka berdua menganggap kabar kehamilan Laras adalah hal yang paling membahagiakan. Bu Irma pun akhirnya yakin dan bisa mematahkan pernyataan mantan mertua Laras yang telah menuduhnya mandul."Terima kasih, Ma. Alhamdulillah, semua usaha Laras akhirnya membuahkan hasil," sahut Laras. Senyumnya mengembang dengan sempurna."Nanti kita periksakan kehamilanmu, Sayang," ujar Galih tersenyum bahagia. Lelaki itu menggenggam tangan istrinya sangat erat. Seakan genggaman tangannya enggan terlepas darinya. Malah semakin erat. Lelaki itu juga merasakan kebahagiaan ya