#59"Sial! Sial! Gara-gara ibu-ibu tadi sih, aku gagal ngintipin si Laras dan apa yang sedang Mas Galih bicarakan dengan ibunya Laras!" gerutu Tasya sembari terus melangkahkan kakinya dengan dihentak-hentakkan ke lantai.Rasa kesal sedang melandanya karena merasa jika rencananya tidak berjalan sempurna."Ini semua gara-gara ibu-ibu itu, deh! Siapa sih dia? Mana marahnya kenceng banget lagi. Malu banget diliatin orang-orang tadi," gerutunya lagi sambil terus melangkah keluar dari area rumah sakit.Ya, gadis itu adalah Tasya yang sedang penasaran dengan keadaan Laras. Sehingga, dia bisa berada di sini.Kecerdikannya telah membuatnya bisa mengetahui keberadaan Laras. Dan hal itu karena tak lain, ada seseorang yang sudah menginfokan padanya. Dan orang itu sangatlah dekat dengan Laras dan Galih."Sial deh! Jadi, rencanaku gagal lagi gitu buat misahin mereka! Ah, sebel anjay!" Ia terus menggerutu sepanjang langkahnya.Ia mengira jika rencananya sudah berhasil dan hasutannya kala itu akan m
#61Bu Intan terus uring-uringan setelah beradu mulut dengan Aluna. Wanita paruh baya itu seolah tak terima dengan upah yang diberikan Aluna. Merasa tidak sepadan dengan kesulitannya mengasuh Jelita. Ya, walaupun pada kenyataannya, tak banyak yang dilakukan Bu Intan.Malah, Jelita tidak bisa reda tangisnya. Hanya diam saat anak itu kelelahan menangis. Jelita justru semakin menjadi dan keras saat Bu Intan mengasuhnya."Huh, awas saja! Aku aduin dia sama Angga! Benar-benar keterlaluan dia jadi mantu!" sungutnya kesal.Bu Intan sudah dikuasai emosi sehingga ia tak memikirkan hal yang lain. Termasuk Tasya yang tak kunjung pulang ke rumah, meskipun hari sudah beranjak malam.Malam itu, Angga sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan standar. Karena begitu banyak tuntutan dari Aluna, Angga harus mau lembur di kantor demi gaji lebihan yang diharapkan dapat untuk menambal beberapa kekurangan untuk pengeluaran rumah tangganya.Saat mobilnya berhenti di l
#63Pagi itu, Bu Intan tampak berjalan mondar-mandir gelisah di ruang tamunya. Pasalnya, ia menyadari kalau semalam Tasya tak pulang ke rumah. Dan bahkan nomor ponselnya pun tak dapat dihubungi sejak semalam hingga pagi ini. Hal itu semakin membuat Bu Intan khawatir atas keadaan dan kondisi Tasya. Entah harus bagaimana, ingin mengadukan hal ini pada Angga pun, Ia tak berani. Angga pasti akan marah kalau tau Tasya ternyata tidak pulang ke rumah dan Bu Intan ketahuan berbohong padanya.Bu Intan masih memiliki rasa takut dan segan. Takut kalau nanti Angga malah mengatakan jika dirinya tak becus dalam menjaga anak bungsunya dan entah apa lagi yang akan Angga lontarkan. Yang jelas, Bu Intan tak siap jika hal itu terjadi. Sehingga, berbohong dan menutupi tingkah laku Tasya adalah jalan yang dipilihnya. Ia tak mau Angga semakin murka padanya, dan berimbas akan mengurangi jatah bulanan yang diberikan Angga untuk mereka."Aduh, ini anak kemana sih? Ditelpon juga nggak aktif dari semalam. Tas
#65Usai menjalani perawatan intensif di rumah sakit selama beberapa hari. Dokter yang menangani Laras akhirnya menyatakan jika kondisi Laras sudah kembali stabil dan diperbolehkan untuk pulang. Kabar itu disambut bahagia oleh keluarga Laras. Terutama oleh pasangan suami istri yang baru menjalani biduk rumah tangga itu.Mereka sangat bersyukur karena Laras akhirnya bisa kembali ke rumah. Dan kondisi janinnya sudah dinyatakan baik-baik saja. Selama masa perawatan, Galih pun seolah tak kenal lelah. Ia selalu siap siaga kalau-kalau Laras membutuhkan bantuan untuk mandi atau sekadar buang air ke kamar mandi. Ia benar-benar melakukan segalanya untuk menebus rasa bersalahnya pada Laras. Dan karena hari-hari yang telah Laras lalui dalam kesendirian dan kesakitan.Ya, seperhatian itu Galih terhadap istrinya. Setelah masalah rumah tangga yang menderanya itu, membuat Galih selalu dirundung rasa bersalah. Acapkali dirinya memandangi wajah polos Laras yang tengah terpejam. Dan setiap kali menatap
#67Malam itu, Laras berdiri di dekat jendelanya dan menatap gelap serta kelamnya malam. Ia membuka jendela itu sedikit agar kesiur angin malam dapat membelai wajahnya.Dari arah pintu, Galih membawakan segelas susu untuk Laras. Ini sudah menjadi kebiasaannya sejak Laras pulang dari rumah sakit. Perhatian Galih semakin tertumpah pada Laras. Sepulang dari mengurus cafe, Galih akan langsung pulang ke rumah.Ya, meskipun memang sejak menikah pun, Galih tak pernah pulang terlambat. Tapi, perhatian Galih seakan makin banyak dan bertambah setiap harinya."Lagi apa?" tanya Galih saat dirinya telah berhasil menghampiri Laras."Biasa, Mas. Aku lagi ngeliatin bulan, bintang dan benda yang ada di langit lainnya," sahut Laras cepat diiringi senyuman manisnya."Nih, diminum dulu susunya, Sayang." Galih menyodorkan segelas susu hangat untuk Laras. Lalu, wanita itu pun segera menerimanya dengan senang."Terima kasih, Mas," ujar Laras seraya mulai menyeruput pelan segelas susu yang sengaja dibuat Gal
#69Sepulangnya Angga ke rumah. Ia harus menerima tatapan sinis dari Aluna. Wanita itu sangat murka saat melihat suaminya seenaknya saja pergi tanpa membawa dirinya dan Jelita."Kamu dari mana aja sih, Mas?" tanya Aluna sinis ketika melihat Angga baru saja pulang dan masuk ke rumah."Cari udara segar lah. Biar nggak sumpek, di rumah," sahut Angga asal. Ia tak menoleh ke arah Aluna sedikit pun.Wanita itu tampak sibuk menggendong Jelita yang sedang rewel karena demam. Ia makin kesal karena kepergian Angga menggagalkan rencananya bertemu Feri. Ditambah lagi dengan Jelita yang rewel karena suhu tubuhnya panas.Bu Intan tak bisa dititipi Jelita, karena hari ini dia juga pergi untuk arisan dengan teman gengnya. Sementara Tasya tak mungkin bisa dititipi Jelita. Hal itulah yang membuat Aluna sangat murka."Emang kamu aja yang mau cari udara segar, hah!" ketus Aluna menatap tajam wajah suaminya yang tampan tapi menyebalkan."Bisa nggak sih sehari aja kamu nggak marah-marah, Lun! Aku cuma sehar
#71Angga sempat merasa aneh dengan sikap adiknya yang acuh. Tapi, ia tak begitu terlalu memerhatikan. Padahal, banyak yang ingin dia tanyakan pada Tasya. Namun, Angga urung melakukannya karena Aluna sudah memanggilnya dari rumahnya."Kenapa nggak langsung pulang sih, Mas. Malah ke rumah ibu dulu," omel Aluna saat suaminya hendak berjalan pulang."Emang nggak boleh kalau aku mampir ke rumah ibu?" Angga tak menjawab malah balik bertanya pada Aluna."Nggak salah, Mas. Tapi, aku capek tau ngurusin Jelita sendirian. Mas bisa nggak cariin aku pengasuh buat Jelita lagi," keluh Aluna dengan wajah dibuat memelas. Ia bahkan tak segan mengatakan permintaannya pada Angga. Membuat lelaki itu muak dengan kelakuannya.'Aku sangat menyesal mengenalmu, Aluna!' batin Angga seraya menatap kesal pada Aluna."Gimana, Mas? Mau 'kan kalau kita ambil pengasuh lagi? Ya?" tanyanya lagi memastikan karena Angga hanya bergeming dan tak kunjung memberi jawaban hingga membuatnya tak sabaran."Maaf, Lun. Aku 'kan s
#72Dalam benak Angga, setelah pulang dari rumah ibunya ia ingin segera memarahi Aluna. Dia telah membodohi Angga, dan ia tak terima.'Sialan kenapa dulu aku percaya saja kalau dia sedang mengandung benihku.' Angga menggumam tak percaya di dalam hatinya. Ia benar-benar merasa sangat marah saat ini.Mengenalnya juga tidak terlalu lama. Akibat malam itu dunianya terbalik. Angga menyugar rambutnya dengan kasar. Ia merasa gusar, kenapa waktu seolah melambat.Hingga saat malam tiba, setelah Angga membersihkan diri dan hendak tidur. Ia memandangi ranjang yang penuh dengan kenangan. Suka dan duka nya menjalani rumah tangga bersama Laras. Hingga kehadiran Aluna telah menghancurkan segalanya.Salahnya juga tidak pernah mencari tahu informasi lebih banyak tentang wanita yang kini menjadi istrinya. Angga menyesali kejadian malam itu hingga harus membuatnya akhirnya terlibat dengan Aluna.Malam itu, ia sangat frustasi sampai menenggak alkohol dengan tak terkontrol. Sebelum benar-benar mabuk, ia s