“Lo yang nyuruh dua jam, tapi lo yang telat tiga puluH menit!” Bukannya disambut dengan baik, Reza malah menyindir Arya.
Dua anak laki-laki itu baru saja datang dan bergabung bersama dengan anggota timnya yang lain.
“Ish! Aku, kan, udah bilang, Za. Kalau kita ini ketemu monster!” sanggah Dida.
“Monster apa? Kita aman-aman aja, tuh?” Reza membandingkan dengan timnya.
“Ah, udahlah, Bang Reza. Lo nggak lihat, Arya sama Idun mukanya kelelahan gitu?” timpal Angel. Dia mengeluarkan dua kendi botol dan diberikan pada Arya juga Idun.
“Thanks,” ucap Arya. Dia langsung menengadahkan kepalanya dan segera meminum air dalam botol tersebut. Ah, rasanya segar sekali.
“Arya, gimana persediaan makannya aman, kan?” tanya Dida sedikit khawatir.
Mendapat pertanyaan itu, raut wajah Arya berubah. Dia hanya menghela napas.
“Kenapa lo kayak hopeless gitu? Jangan-jangan lo nggak bawa apa-apa?” serang Reza lagi, kini nada bicaranya naik satu okt
Sejak diperjalan tadi, Arya terus merubah rute perjalanannya. Rekan satu timnya terus mempertanyakan hal itu. Namun, Arya hanya berkata bahwa mereka harus mengikuti perintahnya.Kesal, karena tak mendapat jawaban yang memuaskan. Angel pun marah pada Arya, dia menuntut penjelasan, kenapa Arya terus merubah rute perjalanannya. Padahal di dalam sistem sudah diberi tahu rute yang harus mereka tempuh, agar bisa sampai di tempat tujuan mereka, Kekaisaran Dainiku.“Ya, lo yakin, kan ini jalan yang bener?” tanya Angel ragu.Arya mengangguk. “Tenang, Jel. Ini jalan pintas yang gue maksud,” jawabnya.Angel mendadak tak yakin dengan ide Arya. Pasalnya sejauh mata memandang, dia hanya melihat laut lepas. Dia masih ingat betul, jika mereka mengikuti arahan sistem, mereka tidak akan menemui lautan, hanya sungai biasa.“Lo nggak berniat buat kita pakai jalur laut, kan?” tanya Angel lagi.“Sayangnya gue nggak bisa j
“Ini apa?” gumam Arya yang tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia mencoba memperbesar layarnya, guna mengetahui titik berwarna merah itu. “Wah! Ini titik tim lain!” pekik Arya.Ya, saat Arya mencoba memperbesar, dia bisa melihat tulisan Grim Reaper—yang ada di depan, dan Speed Hunter—yang ada di belakang. Berarti kalau begitu jarak antara ketiga tim ini sangat dekat. Dan satu hal yang membuat Arya senang, Ravens Destroyers lebih unggul dari Speed Hunter—ranking ke-2 saat misi kedua ini dimulai.Saat ini, memang leaderboard belum di-update, masih menampilkan data yang lama. Jadi, Ravens Destroyers masih berada diurutan ketiga. Walau begitu, mengetahui kondisinya saat ini, cukup membuat Arya senang. Untung saja dia bisa mencari jalan pintas.“Huek!” Tiba-tiba saja Dida memuntahkan isi perutnya. “Ahhh… sial! Kenapa harus muntah? Sayang, kan, ini makanan.” Dida meratapi isi perutnya yang sudah
Keesokan harinya mereka bangun sedikit terlambat, tak terkecuali Arya. Buru-buru dia mengecek keberadaan tim lain—Grim Reaper dan Speed Hunter. Arya berdecak, dia melihat sekarang ada tiga tanda merah di dalam petanya. Ia mencoba memperbesar ukuran peta, ingin mengetahui tim mana yang berada di dekatnya. Ternyata Speed Hunter kini menyalip mereka lagi, dan di belakang Ravens Destroyers terdeteksi dua tim dengan peringkat 4 dan 5—Demonic Slayer dan Kacil Liar.“Ah, sial! Kenapa kita pada kesiangan gini, sih?!” rutuk Arya sembari mengacak-acak rambutnya.“Udahlah, dari pada ngeluh mending kita langsung caw!” kata Firman yang beranjak dan merapikan pakaiannya.“Sebentar … tapi gue laper, Bang. Seenggaknya kita sarapan dulu, lima menit cukup,” sela Reza. Perutnya kini keroncongan. Padahal kemarin dia bisa menahan rasa lapar, tapi pagi ini perutnya itu meminta diisi.Bukan ide yang buruk. Lagi pula Arya ju
Perasaan marah Reza kini sudah berada di ubun-ubunnya, kepalanya terasa mau pecah. Belum lagi perutnya memang sedari tadi tidak bisa diajak kompromi. Semakin memuncaklah emosi Reza. Maka dari itu, kita jangan pernah sampai menyulut emosi orang yang sedang kelaparan. Akibat perasaan kesal dan marahnya sudah diujung tanduk. Tanpa disadari dia sudah mendatangkan petir lagi. Hal itu sontak membuat semua anggota tim terkejut dan merasakan aura pekat dari diri Reza. “Ma-maaf. Kamu nggak denger kalau aku udah minta maaf, Za? Iya, aku salah. Aku tahu itu.” Dida menangis, badannya terasa lemas sekarang. “Maaf? Gue nggak mau denger kata maaf dari lo!” tampik Reza. “Denger, ya, cewek rakus! Siapa, sih yang pengin kelaparan? Nggak ada! Tapi gue tahan keinginan dan hasrat untuk makan. Karena gue mikir, di sini gue nggak sendirian. “Makan seperlunya dan semampunya. Gue selalu nyadarin diri sendiri. Eh, tapi lo malah dengan enaknya memakan semua persediaan. Apa lo n
Idun panik, saat melihat sikap Dida yang tidak biasa. Walau dia tahu mereka sedang berada di dalam game, tapi tetap saja semuanya terasa nyata. Dia sampai menahan muntah, padahal perut dan tenggorokannya itu sudah terasa mual.Tidak bisa dibiarkan. Namun, apa daya, Idun sudah berusaha melarang Dida beberapa kali dan perempuan itu terus menepisnya. Tenaga perempuan itu tiba-tiba menjadi kuat, beberapa kali Idun terpental. Dengan perasaan khawatir yang mengakar, Idun langsung berlari mengejar Arya.“Arya! Gawat!” Idun berseru dengan keras, saat dia sampai di tempat Arya. Ia mencoba untuk mengatur napas dan menelan ludah secara kasar.“Kenapa?” Melihat Idun datang dengan tergesa-gesa, membuat Arya penasaran. Dia sepertinya sudah bisa memprediksi, bahwa sedang terjadi sesuatu.“Kak Dida, Arya. Kamu harus ikut, aku nggak bisa menahannya!” jawab Idun dengan panik.Arya langsung beranjak dan dia pun segera berlari. &ldq
“Arya! Kenapa lama banget!” seru Reza dari belakang. Namun, Arya tak menoleh, dia masih merasa ada yang janggal antara Idun dan Dida.“Apa kalian saling mengenal?” tanya Arya lagi.Idun dan Dida tersentak, lalu mereka menggeleng. Arya menautkan alisnya. “Terus? Kenapa percakapan kalian seperti itu?” tanya Arya lagi.“Aku nggak kenal Kak Dida, begitupun Kak Dida nggak kenal aku. Tapi aku tahu dia,” ungkap Idun.“Tahu dia? Memangnya dia siapa?” tanya Arya. Tentu saja dia menanyakan siapa Dida di dunia nyata. Kenapa Idun bisa mengetahuinya?Idun menatap Dida, lalu perempuan itu menggeleng. Idun tersenyum pada Dida, mengerti apa yang perempuan itu inginkan.“Saat ini siapa dia tidak begitu penting. Lebih baik kita lanjutkan perjalanan kita. Tapi biarkan Kak Dida terikat, aku tidak ingin dia melakukan hal tadi lagi,” kata Idun.Arya masih merasa heran, dia ingin menget
“Gila. Ini kesempatan langka, tapi gue nggak punya duit sebanyak ini,” kata Arya dengan mata yang masih membelalak.“Kenapa?” tanya hampir semua anggota Ravens Destroyers.Arya menelan ludahnya, lalu melihat secara bergantina pada seluruh anggotanya. “Lagi ada penawaran untuk item pembuka portal. Item ini baru dimasukkan ke toko, tapi harganya nggak ngotak,” kata Arya“Berapa?” tanya Firman.“2 juta gold,” jawab Arya. Kemudian dia mencoba menghitung lagi jumlah angak nol yang tertera di layarnya. “Bena, 2 juta gold,” katanya lagi dengan yakin. “HAH?” semua anggota RD memekik.Bagaimana bisa ada item semahal itu? Namun, jika melihat dari kegunaan dan fungsinya, yang benar-benar sedang mereka butuhkan, tidak salah juga kalau item tersebut memiliki harga yang mahal.“Cuman tersedia dalam tiga puluh menit. Gimana? Tapi gue nggak punya duit seb
Siapa pun pasti akan merasa tergugah dengan aroma yang baru saja masuk dengan sopan ke indra penciuman para pemain. Arya bisa merasakan aroma makanan yang beraneka ragam. Dia menghirup dalam-dalam dan seketika perutnya langsung keroncongan.“Ini wangi makanan!” seru seorang perempuan ber-cloak biru muda. Ia langsung bangkit dan berlari melewati gerbang berwarna merah yang menjulang tinggi.“Kak Dida, tunggu!” panggil Arya. Dengan cepat Arya langsung bangkit, tapi dia tersentak. Ketika di dekatnya tiba-tiba muncul sebuah portal dan menghempaskan pemain keluar dari sana.Perlahan portal itu semakin banyak dan para pemain langsung berkumpul di depan gerbang besar itu. Terlihat sebagian besar dari mereka pun langsung berlari saat mencium aroma yang menggugah selera makan mereka. Wajah mereka terlihat berbinar, seperti baru saja menemukan sumber kehidupan.“Arya! Teman-teman!” teriak Dida sambil melambaikan tongkatnya. &ldqu