Idun panik, saat melihat sikap Dida yang tidak biasa. Walau dia tahu mereka sedang berada di dalam game, tapi tetap saja semuanya terasa nyata. Dia sampai menahan muntah, padahal perut dan tenggorokannya itu sudah terasa mual.
Tidak bisa dibiarkan. Namun, apa daya, Idun sudah berusaha melarang Dida beberapa kali dan perempuan itu terus menepisnya. Tenaga perempuan itu tiba-tiba menjadi kuat, beberapa kali Idun terpental. Dengan perasaan khawatir yang mengakar, Idun langsung berlari mengejar Arya.
“Arya! Gawat!” Idun berseru dengan keras, saat dia sampai di tempat Arya. Ia mencoba untuk mengatur napas dan menelan ludah secara kasar.
“Kenapa?” Melihat Idun datang dengan tergesa-gesa, membuat Arya penasaran. Dia sepertinya sudah bisa memprediksi, bahwa sedang terjadi sesuatu.
“Kak Dida, Arya. Kamu harus ikut, aku nggak bisa menahannya!” jawab Idun dengan panik.
Arya langsung beranjak dan dia pun segera berlari. &ldq
“Arya! Kenapa lama banget!” seru Reza dari belakang. Namun, Arya tak menoleh, dia masih merasa ada yang janggal antara Idun dan Dida.“Apa kalian saling mengenal?” tanya Arya lagi.Idun dan Dida tersentak, lalu mereka menggeleng. Arya menautkan alisnya. “Terus? Kenapa percakapan kalian seperti itu?” tanya Arya lagi.“Aku nggak kenal Kak Dida, begitupun Kak Dida nggak kenal aku. Tapi aku tahu dia,” ungkap Idun.“Tahu dia? Memangnya dia siapa?” tanya Arya. Tentu saja dia menanyakan siapa Dida di dunia nyata. Kenapa Idun bisa mengetahuinya?Idun menatap Dida, lalu perempuan itu menggeleng. Idun tersenyum pada Dida, mengerti apa yang perempuan itu inginkan.“Saat ini siapa dia tidak begitu penting. Lebih baik kita lanjutkan perjalanan kita. Tapi biarkan Kak Dida terikat, aku tidak ingin dia melakukan hal tadi lagi,” kata Idun.Arya masih merasa heran, dia ingin menget
“Gila. Ini kesempatan langka, tapi gue nggak punya duit sebanyak ini,” kata Arya dengan mata yang masih membelalak.“Kenapa?” tanya hampir semua anggota Ravens Destroyers.Arya menelan ludahnya, lalu melihat secara bergantina pada seluruh anggotanya. “Lagi ada penawaran untuk item pembuka portal. Item ini baru dimasukkan ke toko, tapi harganya nggak ngotak,” kata Arya“Berapa?” tanya Firman.“2 juta gold,” jawab Arya. Kemudian dia mencoba menghitung lagi jumlah angak nol yang tertera di layarnya. “Bena, 2 juta gold,” katanya lagi dengan yakin. “HAH?” semua anggota RD memekik.Bagaimana bisa ada item semahal itu? Namun, jika melihat dari kegunaan dan fungsinya, yang benar-benar sedang mereka butuhkan, tidak salah juga kalau item tersebut memiliki harga yang mahal.“Cuman tersedia dalam tiga puluh menit. Gimana? Tapi gue nggak punya duit seb
Siapa pun pasti akan merasa tergugah dengan aroma yang baru saja masuk dengan sopan ke indra penciuman para pemain. Arya bisa merasakan aroma makanan yang beraneka ragam. Dia menghirup dalam-dalam dan seketika perutnya langsung keroncongan.“Ini wangi makanan!” seru seorang perempuan ber-cloak biru muda. Ia langsung bangkit dan berlari melewati gerbang berwarna merah yang menjulang tinggi.“Kak Dida, tunggu!” panggil Arya. Dengan cepat Arya langsung bangkit, tapi dia tersentak. Ketika di dekatnya tiba-tiba muncul sebuah portal dan menghempaskan pemain keluar dari sana.Perlahan portal itu semakin banyak dan para pemain langsung berkumpul di depan gerbang besar itu. Terlihat sebagian besar dari mereka pun langsung berlari saat mencium aroma yang menggugah selera makan mereka. Wajah mereka terlihat berbinar, seperti baru saja menemukan sumber kehidupan.“Arya! Teman-teman!” teriak Dida sambil melambaikan tongkatnya. &ldqu
Mendengar namanya dipanggil, Arya langsung membuka matanya yang baru saja tertutup. Mendongak dan mendapati seorang laki-laki dengan mengenakan kostum yang terlihat sangat keren sekali. Arya sampai terkesima dibuatnya. “Arya. Akhirnya kita bisa bertemu lagi,” ucap laki-laki dengan pakaian yang berkelas. Jubah berwarna keemasan dan terdapat baju besi menempel di badannya. Arya mengenali laki-laki itu, dia adalah leader dari tim nomor satu dalam game ini. Tak heran jika penampilan laki-laki itu berkelas. Ah, sungguh, Arya dibuat iri olehnya. “Oh, Bang Ryan,” sapa Arya. Ia hendak bediri, tapi Ryan meminta Arya untuk tetap duduk. Laki-laki itu kini mendaratkan bokongnya pada tanah di samping Arya. “Syukurlah kamu bisa sampai sini. Bagaimana dengan timmu?” tanya Ryan. “Ah.” Arya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Tim saya baik-baik saja. Hampir saja kami menyalip kalian, tapi sayang ternyata Grim Reaper itu tim yang tak mudah tersentuh,” puji Ar
“Idun! Stop, jangan makan apa pun lagi. Sekarang bantu gue buat cari Kak Dida,” seru Arya, yang langsung menarik partner-nya itu. Perasaan khawatir kini melanda Arya, dia tidak ingin kehilangan salah satu membernya. Apalagi Dida memiliki peran penting ketika nanti mereka menghadapi pertarungan tim. “Kenapa?” tanya Idun yang tersentak, karena dengan tiba-tiba Arya menarik dirinya. “Padahal aku masih pengin makan,” keluhanya kemudian. “Ini jebakan, Dun. Mereka sengaja memberikan kita makanan dan meminta kita makan tanpa henti. Lo bisa lari sendiri, kan? Gue rasanya agak repot kalau harus narik elo terus.” Mata Idun membulat. “Jebakan? Oke-oke, kamu lepas aku. Aku akan membantumu mencari Kak Dida,” timpal Idun. Sesuai permintaan Idun, Arya langsung melepaskannya. Namun, Idun malah tersungkur karena dia tidak dalam posisi seimbang. “Buset. Arya, selow dikit napa?!” teriak Idun sembari meringis kesakitan. Arya tak menggubris, dia se
“Arya, itu Kak Dida!” seru Angel. “Jangan bengong. Lo nggak mau dia bernasib sama dengan orang-orang itu, kan?” tegur Angel. Benar. Bukan saatnya untuk menonton peristiwa yang sangat tidak lazim itu. Arya menggelengkan kepalanya, mencoba untuk fokus. Dia berlari menuju tempat di mana Dida sedang berada. Perempuan ber-cloak biru muda itu sedang sibuk memilih-milih makanan di hadapannya. Kemudian dia mengambilnya satu persatu dan langsung dilahpak ke dalam mulutnua. Namun, belum juga makanan itu masuk ke mulut Dida, Angel langsung mengeluarkan jurusnya. “Multy Wind Arrow!” seru gadis itu yang langsung melepaskan anak panahnya. Dengan dorongan angin yang sangat kuat, anak panah itu bertambah menjadi tiga. Gotcha! Tepat sasaran! Semua makanan yang sedang dipegang oleh Dida jatuh begitu saja. Hal itu disebabkan karena sapuan angin yang kuat dari skill milik Angel, dan juga Dida dengan refleks menurunkan tangannya. Khawatir jika salah satu anak panah milik
“Li-lihat! Ka-kaisar itu berubah,” pekik seorang pemain lain. Matanya kini membulat maksimal, telunjuknya yang bergetar itu dia arahkan ke istana besar milik sang kaisar. Sontak Arya menoleh dan dia pun mematung seketika. Matanya membelalak dan mulutnya sedikit menganga. Kaisar itu berubah. Jubah kebesarannya yang berwarna merah itu perlahan robek tak beraturan. Topi yang tadi tersemat di kepalanya pun terjatuh. Kini muncul dua buah tandung yang runcing dan lancip dari kepala sang kaisar yang ikut membesar. Di sekitar Arya masih banyak orang yang menderita. Mereka yang memakan dengan rakus dan serakah perlahan musnah dengan cara yang mengerikan. Semakin banyak orang yang mati, maka semakin kuat sang kaisar. “Tolong hentikan orang-orang yang sedang makan itu!” teriak Arya. “Jangan memakan apa pun lagi di sini. Ini semua jebakan!” Kini dia merentangkan tangan kanannya, memerintah kepada pemain yang masih sadar dan tidak digelapkan oleh sang kerakusan.
“Bodoh!” Arya mengumpat pada Candra, yang mendadak diam mematung, ketika iblis itu memebalikan serangannya.Seketika Arya berlari dengan cepat, menghampiri Candra. Tidak mungkin dia bisa membiarkan pria itu dikalahkan dengan cepat oleh sang iblis. Arya langsung mencabut pedang dari sarungnya dan memegang erat dengan kedua tangannya.Prang!Terdengar bunyi tubrukan dan gesekan dari dua besi yang beradu; sabit dan juga pedang Wallace milik Arya. Dengan sekuat tenaga Arya mencoba menahan sabit tersebut.“Argh!” erang Arya sampai wajahnya mengernyit. Sungguh, tekanannya benar-benar kuat sekali. Sampai-sampai Arya yang sedang berdiri dan menahan dengan posisi kuda-kuda pun terdorong. Tanah yang sedang dipijakinya meninggalkan jejak dari sepatu Arya.“Beugh!” Tenaga Arya pusatkan pada tangannya, seketika dia mendorong sabit itu. Sampai akhirnya terhempas dan terjatuh ke tanah.Dengan napas tersengal-sengal Arya