"Sudahlah Da, jangan buat aku yang capek kerja jadi makin marah sama kamu." Bentak Mas Bowo"Lagian sapa juga yang bikin kamu marah. Daaar kamunya aja yang terlalu kepo sama aku Mas!!" Ucapku"Harusnya kamu tuh jadi suami yang bersyukur, bukan aku. Masih mending aku gak menuntutmu terlalu dalam. Kamu kasih aku uang bulanan yang sedikit pun aku terima. Malah aku juga ikut capek mesti bantuin kerja, malah menuduhku yang bukan-bukan." Timpalku"Halah ngeles aja kamu tuh Da, atau jangan-jangan benar apa kataku tadi hah??" Kata Mas Bowo sambil mendekat kewajahku"Hahahaha hei Mas, harusnya aku yang bicara gitu sama kamu. Kemana semua gajimu selama ini?? Padahal kamu pun hanya memberikan ku secuil. Dan itupun kau minta lagi." Ucapku bengis"Kan kamu tau sendiri, uangnya aku kasih ke Ibu. Ibu sakit, dia butuh uang untuk berobat. Harusnya kamu paham akan hal itu.""Pppftttt,, hahahahaha..." Aku pun tak bisa menahan tawa melihat dia berbohong dengan mimik muka yang konyol"Mas, Mas.... Mbok ya
"Yaelah Bu, bukan mau beli baju. Tapi... Make up, hehehe..." Kulihat putriku tersenyum dan salah tingkah"Kamu masih kecil kok mau make-up an sih nduk, kan gak boleh juga sekolah dandan." Kataku"Cuman beli bedak, sabun muka, lipgloos sama parfum doang kok bu..." Jawabnya menjelaskan"Hahahaha yaudah yuuk, keburu malam juga nduk. Nanti kita sholat di Musholla mall aja ya, sekalian makan malam di food courtnya." Jelasku ke Anita"Oke bu, berangkaaaat..." Kulihat Anita sudah didudk diatas sepeda mengenakan helmnyaSegera aku berangkat menuju mall yang memang tak jauh dari rumah, karena memang rumahku yang berada dikotaSetengah jam kemudian aku sampai didepan mall, dan masuk kedalam parkiran. Ku parkirkan sepeda ku di lantal LG mall. Kemudian melangkahkan kaki memasuki mall besama Anita."Bu, langsung ketoko pink ya... Sekalian mau beli aksesoris nih.." Kata Anita"Boleh, ibu juga mau beli jepit rambut. Biar gak risih juga kalau lagi buat adonan." Aku pun berjalan di samping Anita yang
Jangan lupa like, komen dan subscribe ceritaku yang lainya... Happy reading dear...***Setelah semua rampung, akupun bergegas ke kasir untuk membayar belanjaan kita. Barulah kemudian kita berdua berjalan ke tempat food court untuk mengisi perut"Mau makan apa nduk?" Tanyaku"Mmm terserah ma, Anita ngikut mama aja." Jawab Anita singkat"Makan disol*ria aja yuk nduk, sekali-kali mumpung kita lagi jalan-jalan." "Waau boleh boleh... Dengan senang hati... Hehehehe." Ucap Anita sambil menggenggam lenganku"Oke, cuuus..."Akhirnya kita berdua sampai di tempat makan tersebut. Kita memilih tempat duduk dan memesan makanan dan minuman. Hingga tak beberapa lama, makanan kita pun di hidangkan di meja."Uda selsai nduk makan nya? Masih mau jalan-jalan lagi atau pulang?" Kataku saat kita selesai makan"Pulang aja bu, aku uda capek pingin rebahan.." Katanya sambil meregangkan tubuhnya yang capek"Yasudah, kebetulan juga uda malam. Yuuk kita pulang aja." Kataku sambil beranjak dari tempat dudukSet
Keesokan harinya aku pun bangun waktu suara adzan shubuh berkumandang. Ku lihat Mas Bowo sudah tidur di sampingku. Entah pukul berapa tadi dia pulang .Mungkin karena terlalu capek menangis, aku tertidur lelap hingga tau-tau sudah shubuh. Bergegas ku langkahkan kaiki ini ke kamar mandi membersihka. diri dan mengambil air wudhu untuk menunaikan sholatSelasai sholat, segera kulakukan aktifitas seperti biasanya. Dan tetap menyiapkan sarapan maupun kopi Mas Bowo. Tak lupa juga membangunkan Anita dan Mas Bowo"Bangun Mas, uda pagi. Cepet sholat shubuh keburu uda siang." kataku membangunkan nya tanpa menyentuh ya"Hmmm...." kulihat Mas Bowo tak bergeming.Malah dia memutar posisi tidurnya. Sunggguh, sukit sekali membangunkan orang yang hobi tidur seperti dirinya "Ayo bangun, nanti kamu juga telat kerjanya." Kataku dengan sedikit berteriak"Iya ya, duuh bawel banget. Pusing dengernya." Ucap Mas Bowo sambil mengacak-acak rambutnya dengan jengkel"Harusnya kamu tuh bersyukur, masih mending
"Aduuh, Ibu-ibu ini bisa aja. Gak ada sangkut pautnya juga kok sama Mas Bowo. Oh ya, ayok masuk. Biar cepet juga kuenya matang." Ku ajak Bu Rina dan Bu Dini masuk ke dalam rumah dan langsung menuju dapurSegera ku ambil semua bahan yang sudah ku simpan di dalam lemari kusus bahan-bahan jualan ku. Dan ku buka catatan pesanan pelanggan hari ini.Dengan sigap mereka berdua melakukan kegiatan yang semestinya di lakukan."Oh ya Bu, besok dan lusa tetep datang kesini ya. Soalnya pesanan lagi full. Meskipun besok aku mau nginap kerumah Emak Bapak dulu Bu. Tapi nanti ada Anita yang bakal tungguin sepulang sekolah, terus kuncie juga bakal ditaruh Anita ditempat biasanya ya. Dan insyaallah juga besok aku minta Pak Ahmad buat kurir kue kepelanggan." Ucapku disela-sela kesibukanAku memang sudah percaya dan terbiasa membiarkan Bu Rina dan Bu Ida bekerja dirumah ku meskipun aku sedang tidak ada dirumah."Beres Bu, tenang saja . Emang lalau boleh tau ada keperluan apa Bu Ida?" Tanya Bu Dini penasar
Aku pun hanya bisa diam mendengar ucapan Mas bowo. Hingga aku mendapatkan suatu ide gila. Ide yang mungkin bisa berguna untuk ku suatu hari nanti."Kenapa kamu jadi memeras ku kayak gini Mas?." Ucapku penuh penekanan"Loo bukan meras Da. Tapi ini keharusan kamu. Kalau kamu pergi, aku sama Anita mau makan apa? Kan kamu tau gak bakal ada yang masakin. Beli makanan juga pakek uang." Sungguh laki-laki tak punya otak dan perasaan, pikirku"Mas, uang gajimu kan uda kamu pakai sendiri. Bahkan untuk bulan ini saja aku tak kau nafkahi, eh bukan hanya bulan ini saja. tapi hampir setaun ini. Malah kau numpang hidup dari jerih payahku. Sekarang kau malah memeras ku." Kata ku sambil terisak"Ya kan aku ada keperluan Da, harusnya kamu jadi istri itu bisa bantu suami. Gantian dong, masak aku terus." Ucapnya tetap merasa tak berdosa"Tapi itu kan memang kewajiban kamu Mas. Aku nikah dengan mu itu ingin hidup bahagia, bukan malah hidup sengsara.""Lagian masih untung aku mau bertahan hidup sama kamu
Tepat pukul setengah sepuluh pagi aku pergi mengantarkan Emak dan Bapak ke bank untuk pencairan uang hasil penjualan tanah.Sesampainya di bank, kita di sambut oleh pak satpam dan di tanya keperluannya. Kemudian, kita di beri nomer antrian.Alhamdulillah hanya berselang sekita dua puluh menit kita mengantri, hingga akhirnya giliran nomer bapak mendapat panggilan ke customer service."Selamat siang, ada yang bisa dibantu Pak?" Sapa halus dari mbak-mbak customer serviceAkhirnya aku memberitahu maksut kedatangan kami yang ingin membuka rekening untuk pencairan uang hari ini.Setengah jam kemudian, semua proses telah selesai. Tak lupa juga aku mengurus M-banking agar saat ada keluar masuk uang, aku pun tahu.Setelah semua selesai, kita kembali pergi ke kantor desa, untuk menyerahkan nomer rekening. Tepat pukul satu siang, kita pun sampai di kantor Desa."Pemisi Pak Andi, ini no rekening saya." Kata Bapak sambil menyerahkan fotokopi nomer rekening yang sebelumnya sudah aku fotokopi saat p
Setelah berbincang dengan Emak dan Bapak, aku pun kembali masuk ke dalam kamar. Ku lihat hp ku, tak ada pesan masuk dari Mas Bowo.Ku coba iseng-iseng melihat status yang ada di hp ku, akupun tertegun dengan status adik ipar ku yang tengah memamerkan kalung barunya. Mungking ingin menyaingi ku, terbukti dari caption yang dia buat."Alhamdulillah suamiku, terimakasih sudah membelikan ku kalung ini tanpa susah payah bekerja seperti si itu. Makin saaaayaaang sama kamu."Begutilah isi caption distatus Lusi. Aku yang membacanya pun hanya bisa tertawa sendiri."Tunggu sebentar lagi Lus, apa kamu bisa menyaingi uang ku. Smoga kau, Ibu dan Mas Bowo tak sampai mati berdiri melihat uang yang kupunya." Ucapku dalam hati diikuti senyum sinis yng tersungging dibibirkuKemudian, aku pun memgistirahatkan tubuhku setelah melaksanakan sholat dhuhur bersama Emak dan Bapak tadi*****Klunting!!!Drrrt...Drrttt...Drrrttt!!!!Terdengar suara pesan masuk di hp ku. Kuraih hp yang sedari tadi tergeletak dise