Jangan lupa untuk tinggalkan like dan komen ya...Terimakasih dan selamat membaca...****Setahun setelah perceraian ku dengan Mas Bowo, aku sama sekali tak pernah mendengar kabarnya lagi. Mereka juga sama sekali tak pernah mengusik kehidupan ku.Walaupun Mas Bowo masih pernah datang kerumah untuk menjenguk putrinya, karena setiap kali Nita diminta Mas Bowo untuk menginap dirumah neneknya, dia tak pernah mau.Meskipun mau berkunjung kesana, itupun hanya sebentar. Malam harinya juga dia kembali pulang. Dan akupun juga tak pernah ikut serta kesana, ataupun memiliki niatan untuk menemui Mas Bowo saat berkunjung kerumah.Dan aku pun menjalani hidup ku dengan penuh kesibukan. Apalagi, kini aku mempunyai usaha baru dibidang kuliner.Ya, tanah yang dulu ku beli kini sudah ku jadikan sebuah rumah makan dengan tema terapung. Jadi aku dan Bapak berinisiatif membuat saung yang dibawahnya terdapat kolam koi. Seakan-akan pengunjung makan diatas sungai Apalagi, kini aku juga membuka toko plastik d
"Tante Fira..."Melisa yang sedari tadi berdiri disisi Bude Mai pun berlari kearah wanita itu.Bahkan Bude Mai juga mendekat kerahnya. Mereka nampak sangat dekat. Dari gestur tubuh mereka, sepertinya wanita ini adalah teman dekat Fero."Ah syukurlah akhirnya dia bisa mendapatkan pengganti setelah beberapa tahun menduda" pikirku.Bahkan saat acara ulang tahun Fero berjalan, dia tak sungkan berdiri disebelah Fero. Menatapnya manis, dan tersenyum penuh arti. Fero yang berada disampingnya juga nampak begitu nyaman. Bahkan saat potong kue, wanita pertama yang diberikan olehnya setelah ibunya adalah dia, si Fira.Bahkan Fira memberikan kado yang sangat besar untuknya. Maklum, namanya juga kekasih hati sedang melaksanakan hari spesialnya, sudah pasti sang pujaan hati memberikan kado yang spesial pula.Tanpa sadar, ada sedikit nyeri yang tergores direlung hati. Tapi buru-buru ku tepis dan ku kubur dalam-dalam. Karena aku sudah berjanji untuk tidak mudah membuka hati. Karena cukup untuk ku se
***Pov LusiSetahun berlalu semenjak perpisahan Mas Bowo dan Mbak Ida, aku sama sekali tak pernah mengusiknya karena janjiku pada Mas Dendi.Akan tetapi, dendam dihati ini masih membara begitu besar padanya. Tak bakal tenang bila aku belum membalas perbuatanya yang nyaris membuat ku gila karena hampir kehilangan Mas Dendi.Seperti biasanya, aku selalu mengantar Ibu ke pasar untuk belanja bulanan. Kurasakan hati yang makin memanas kala melihat Mbak Ida makin bersinar. Terbukti dari toko yang dia kelola, kini menjadi lebih besarApalagi sampai menambah toko plastik lagi. Dan ketiga tokonya tak pernah sepi. Terutama toko kue yang memang terbukti enak."Bu, Mbak Ida makin lama makin sukses ya!" "Iya, Ibu jadi curiga kalau mereka pakai pesugihan. Lihat noh, toko julalan nya malah nambah lagi." Ucap Ibu sambil menunjuk toko Mbak Ida dengan dagunya"Gak kayak Bowo, yang makin lama makin kere aja. Heran, semenjak jadi suami Denisa hidupe malah susah.""Iya juga sih Bu, andai dulu Denisa gak
"Mak, Ida mau berangkat arisan dulu ya!""Iya, kalau uda langsung balik ke toko ya Nduk?"Iya Mak..."Aku pun mencium punggung tangan Emak dengan khidmat. Kemudian keluar toko dan memacu mobil menuju rumah Elsa. Teman Arisan ku diperumahan."Eeei Ida. Masuk masuk!"Aku pun memarkirkan mobil ku disebelah mobil dia. Lalu turun dan menghampirinya yang sudah menunggu didepan rumah mewahnya.Ya semenjak aku menjadi seorang pengusaha, aku mengikuti sebuah arisan yang juga terdiri dari enam belas wanita pengusaha yang mandiri ini.Setiap bulan, kami memang mengadakan arisan secara bergantian dirumah para anggota. Dan hari ini adalah arisan pada bulan ke empat, yang kebetulan diadakan dirumah Elsa. Dia adalah pengusaha toko emas dekat toko sembako ku.Dan dia jugalah yang mengajak ku untuk gabung dalam arisan ini. Perbulan arisan ini membayar sepuluh juta. Ya bagiku juga bukan lah nominal yang terlalu besar, makanya aku setuju saja. Apalagi, baru bulan kemarin aku sudah mendapatkan arisan.
Pov. BowoKerjaan hari ini begitu banyak. Kurasakan tengkuk ku yang berat dan kepalaku yang sedikit pening. Ku pijat sedikit kepalaku untuk mengurangi rasa sakitnya."Napa Brow, suntuk amat!" Ucap salah satu rekan ku si Andre "Lah gimana lagi, kerjaan gak kelar. Bikin pusing kepala aja. Mana anak lagi rewel-rewelnya lagi. Jadinya kurang tidur deh!""Ya namanya juga anak masih kecil brow. Kalau sakit juga pasti rewel. Uda, dinikmati aja. Toh juga masa-masa kayak gitu gak bakal lama.""Iya Brow..." Jawab ku sedikit malas."Yasudah yok pulang. Uda sore nih!" Ajaknya kembali. Apa dia tak tau, jika kerjaan ku masih banyak. Bisa-bisanya dia malah mengajak ku pulang. Kalau bukan karena kerjaan penting, aku juga tak sudi capek-capek lembur."Kamu duluan aja deh. Aku mau nerusin dulu, nanggung, kurang dikit juga.""Yasudah aku duluan. Bye!"Andre pun berlalu, kini aku kembali berkutat dengan pekerjaan yang kurasa tak kunjung selesai."Sial, sial. Mimpi apa aku semalem, sampek-sampek aku dap
Kriiiet...Ku buka pintu kamar kos Denisa. Sedikit terkejut juga saat melihat tetangga kos ku ini duduk santai di kursi panjang depan kamar kosnya, yang taid dia duduki bersama denisa dan sedang menghisap rokok.Dia kembali tersenyum kearahku sambil menunduk kan sedikit kepalanya. Sebenarnya aku tak suka dengan nya, tapi melihat dia yang berusaha ramah padaku, akhirnya aku terpaksa membalas senyuman nya. Langsung saja kulangkahkan kaki menuju sepeda Muslik yang terparkir didepan gerbang. Dan memasukan nya kedalam garasi kos."Rokok Mas!" Ucapnya basa-basiAku yang sedang suntuk menunggu Denisa menyusui, akhirnya ikut serta duduk dan mengudud rokok. Sekalian aku ingin tau lebih dalam tentang tetangga baru ku ini.Karena memang, aku mencium bau-bau yang mencurigakan darinya. Apalagi, aku tak tau sejak kapan dia tinggal disebelah kamar Denisa.Ku ambil sebatang rokok yang tadi sempat dia tawarkan padaku "Tak ambil ya!""Wooh silahkan Mas, ini koreknya." Ucapnya sambil menyerahkan korek
Sudah hampir seminggu lebih toko terasa sepi sekali tak seperti biasanya. Bahkan, langganan yang setiap hari mampir ketoko pun beberapa hari ini tak nampak.Syukurlah, rumah makan selalu ramai. Apalagi, sebentar lagi menjelang bulan puasa ramadhan. Sudah bisa dipastikan, banyak orang-orang yang bakal mengadakan buka puasa bersama disana.Setidaknya, bisa menutupi minus yang ada ditoko selama beberapa hari ini sepi.Emak pun juga beberapa hari ini terlihat gusar. Tapi Emak hanya diam saja, walau tingkah lakunya bisa menjelaskan semua."Uda dapat berapa hari ini Da?" Tanya Emak yang duduk disamping ku."Gak tau Mak. Coba tanya aja sama Yum."Emak berdiri mendekati Yum yang juga asik mendengar musik dari hp nya. "Yum, dapat berapa hari ini?""Bentar Bude, tak lihatin dulu.".Aku pun juga bangkit mendekati Yum. Karena aku kepo dengan hasil penjualan hari ini yang memang sangat sepi tak seperti biasanya."Ada dua juta tujuh ratus Bude!" Ucap Yum sembari meletak kan uang itu dikasirTerlih
Seusai dari rumah Ustad Sobri, kami langsung menuju ke toko untuk segera menyiramkan air yang diberikan Ustad didepan toko.Tak lupa Bapak membaca bismilliah dan juga sholawat selama menyiramkan air. Aku dan Emak menyaksikan langsung bersama beberapa karyawan. Mungkin dalam hati mereka juga bingung dengan apa yang Bapak perbuat, cuman mungkin mereka takut untuk bertanya."Bismillah ya Nduk, toko bisa kembali ramai." Ucap Emak kala Bapak usai menyiramkan air."Aamiin Mak, yang penting kita uda usaha Mak. Bagaimanapun hasilnya, kita hanya bisa pasrah."Bapak berjalan mendekati kami. Kemudian mengajak masuk kedalam toko. Dan melakukam aktifitas seperti biasanya.Aku berjalan menuju toko roti. Melihat para pegawai ku sibuk membuat pesanan untuk hajatan pelanggan.Beruntungnya, toko roti ku masih ramai. Walaupun lebih laku lewat online. Sedangkan untuk dioutlet, terkesan sepi. Ya mungkin itu efek guna-guna yang dulu diberikan kepada toko ku."Uda matang mbak, rotinya?""Belum Bu, masih di