Share

Bab 22. Pelajaran Berharga untuk Upik

***

Di dalam kamar, Upik ditinggal sendirian bersama pak Bambang. Perasaan Upik tiba-tiba tak enak, ia seperti merasakan aura pak Bowo melekat betul pada pak Bambang.

Pak Bambang berdiri, ia mendekati Upik perlahan. Upik melangkah mundur, tiba-tiba ia mengingat ucapan Mpus sore tadi. Perasaan menyesal seakan perlahan menyisip nuraninya, jantungnya berdegup kencang.

Pak Bambang memegang bahu Upik, membelai rambut hitamnya. Kali ini, Upik benar-benar melihat pak Bowo di diri pak Bambang, ia ketakutan.

"Melati, kau cantik sekali. Aku bahkan tak pernah melihat wanita semurni dirimu." pak Bambang mulai mendekatkan wajahnya ke leher Upik.

Upik menghindar, ia mundur. Kakinya ditahan oleh sofa.

"Bapak, mau apa?"

"Oowh, jangan panggil saya Bapak. Panggil saya om! gimana? lebih santai kan?" pak Bambang meraih tangan Upik yang terasa dingin.

"Jjaa, jangan sakiti saya Om."

"Siapa yang mau menyakiti gadis cantik sepertimu? aku tak akan setega itu."

Wajah pak Bambang kian memerah, ia tampak s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status