Share

BAB 62. Bertamu ke rumah Sultan

“Ya elah, Mbak, kenapa juga dikasih namanya tanah bukan dikasih nama orangnya.”

“Maklum, San. Aku lupa.”

Santi turun ke bawah aku segera salat. Tak henti-hentinya aku bersyukur atas pencapaian ini.

Kalau ibuku dan juga kakakku tahu pasti mereka senang. Aku si bungsu akhirnya bisa mewujudkan cita-cita yang aku impikan sejak gadis dulu.

“Mbak, udah selesai belum salatnya? Ada yang nyari, nih!” teriak Santi dari bawah. Itu anak volume suaranya ngalahin TOA masjid. Menggelegar ke segala arah.

Tapi siapa ya, yang nyari aku? Kalau orang rumah tidak mungkin, deh! Mereka belum ada yang tahu aku di sini.

“Siapa, San? Eh, loh, kok, Mas Fawas?” Dia tersenyum padaku. Aku jadi deg-degan jangan-jangan dia ke sini mau nagih kekurangan dari pembayaran ruko kemarin.

“Silakan duduk, Mas, seadanya, ya?” Kusuguhkan minum Aqua gelas padanya. Tanpa rasa canggung Mas Fawas langsung meminumnya hingga tandas. Ini orang aneh. Haus apa doyan?

“Lagi, Mas?” tawar Susanti.

“Boleh,” jawabnya singkat.

“Haduh, kalau
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status