"Nih!"Venus menerima sebungkus kecil bubuk putih dari seorang teman yang dikenalnya di jalanan."Apaan nih bang?" tanya Venus bingung."Lo bilang, lo mau jadi orang yang lebih percaya dirikan? Jadi pemberani, jadi lelaki sejati?" ucap Lelaki dihadapan Venus yang kini berprofesi sebagai bandar narkoba.Venus mengangguk."Pake itu, gue jamin semua keinginan lo bakal terwujud dalam sekejap mata," lelaki itu menyeringai licik.Venus kelihatan tertarik meski belum percaya sepenuhnya. "Ah, masa sih bang?" tanya Venus sambil terus meneliti barang haram di tangannya."Makanya di coba dulu! Entar kalo udah ngerasain efeknya, baru lo boleh komentar. Untuk yang pertama ini gue kasih gratis ke lo, kalo emang nggak terbukti ampuh, lo boleh balikin ke gue,"Dan itulah, hari pertama dimana Venus mulai terlibat dalam pergaulan bebas.Berawal dari penggunaan narkoba itulah Venus perlahan menjelma menjadi sosok lelaki sejati versi dirinya sendiri.Dan sejak saat itu, Venus yang masih terus berusaha dal
"Kamu dari mana saja Hanni? Sudah dua hari tidak pulang!" tanya sebuah suara dari arah ruang tamu ketika Hanni masuk sambil berjalan mengendap-endap seperti maling ke dalam rumahnya sendiri.Hanni terkekeh pelan. "Eh Papa," ucapnya dengan cengiran lebar. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat mendapati aksinya yang dipergoki Raditya, sang Ayah."Biasalah Pah ada tugas kampus numpuk, makanya kemarin Hanni nginep di rumah temen," ucap Hanni beralasan."Kamu tidak usah membohongi Papa Hanni! Dengan pakaian serapi ini, mana mungkin kamu hanya pergi mengerjakan tugas? Hah?" Raditya mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan beberapa gambar Hanni yang tertangkap sedang bersama seorang lelaki di apartemen elit."Kamu masih berhubungan dengan lelaki ini?" tanya Raditya dengan tatapan sinis. "Dia bahkan sudah menikah dengan wanita lain, dan kamu pun menghadiri acara pernikahannya kan malam ini? Tapi, kenapa kamu masih saja berhubungan dengannya?"Hanni berdecak, "Pa, hubungan Hanni dan
Operasi transplantasi Jantung Hita berhasil.Dokter Jihan mengatakan kalau Hita akan pulih total dalam jangka satu sampai dua bulan ke depan. Tentunya dengan beberapa persyaratan yang harus Hita jalani.Selain menjaga pola makan sehat, Hita di wajibkan menjaga pola hidup sehat dan tidak diperbolehkan melakukan aktifitas berat terlebih dahulu. Check up rutin akan terus di jadwalkan oleh Dokter Jihan hingga enam bulan pertama pasca operasi.Saat ini, Hita masih dalam pengawasan tim medis hingga 24 jam ke depan karena operasi baru saja dilakukan. Saat itu, Hita sudah dipindah ke ruang ICU.Selang-selang infus dan bantuan pernapasan masih terpasang di tubuhnya.Pagi-pagi buta, Mars sudah berangkat ke rumah sakit sebelum Suci terbangun dari tidur. Lelaki itu masuk ke dalam ruangan ICU setelah tim medis memberinya izin untuk membesuk. Itu pun hanya diperbolehkan sebentar saja."Kak..." sapa Hita mencoba tersenyum meski wajahnya terasa kaku. Sekujur tubuhnya nyeri efek operasi karena obat bi
Seharian ini kegiatan Mars dan Suci cukup padat.Mereka puas menikmati suasana pantai berhias pasir putih yang membentang dari ujung ke ujung.Berselfie ria dengan berbagai spot menarik.Hampir semua aktivitas di Maldives terasa menyenangkan jika dilakukan bersama sang pasangan tercinta.Itulah yang dirasakan Suci saat ini. Perhatian Mars dengan segala keromantisan lelaki itu membuat hati Suci kian meleleh.Meski pun kegiatan mereka hanya berlayar di perairan biru dengan perahu atau sekedar berjalan-jalan santai di pantai, namun bagi Suci tak ada pengalaman yang lebih indah dari hari ini. Suci sangat menikmati kebersamaannya dengan sang Suami.Ada sejumlah pulau cantik di Maldives, seperti Pulau Male, Pulau Hulhumale, Pulau Biyadhoo, Pulau Finalhohi, Pulau Maafushi, dan masih banyak lagi. Setiap pulau memiliki daya tarik tersendiri. Seperti halnya pulau yang sesorean tadi berhasil di eksplor oleh Mars dan Suci.Menjelang waktu maghrib, perahu layar mereka pun beranjak dari tepi pantai
Liliana baru saja memasuki ruang therapy mental di salah satu rumah sakit terkemuka di Swiss.Seperti biasa, Adhiguna tak pernah absen menemani sang istri tercinta untuk menjalani pengobatan penyakit langka yang di derita Liliana.Adhiguna menunggu dengan sabar di ruang rawat inap sang istri sambil mengecek gawainya.Dia tampak menghubungi seseorang."Halo, Bi Lia?""Ya Tuan, ada apa?" sahut suara Bi Lia di seberang."Venus dan Suci sedang apa?" tanya Adhiguna.Cukup lama Bi Lia tidak menyahut. Hingga Adhiguna mengulang pertanyaannya."Ada apa Bi? Semua baik-baik sajakan?" cecar Adhiguna, hati lelaki paruh baya itu mendadak resah."Ng...ng... Se-sebenarnya, saya tidak ikut pergi ke Maldives, Tuan. Sebab, Tuan Venus yang melarang saya untuk ikut. Tuan Venus bilang, dia sudah meminta Roger, asisten pribadinya untuk menemani mereka di sana," jawab Bi Lia, suaranya terdengar takut.Adhiguna sungguh terkejut. Kedua bola mata lelaki itu melotot marah."Kenapa kamu tidak lapor pada saya? Say
Malam itu Suci tidak bisa tidur karena Suaminya tak kunjung kembali ke penginapan.Sudah berulang kali Suci menghubungi Venus maupun Roger, tapi tak ada satu pun dari mereka yang mengangkat telepon Suci.Saat itu yang bisa dilakukan Suci hanyalah menunggu dan menunggu dengan diliputi perasaan gelisah yang teramat sangat.Kalau pun dirinya harus terpaksa keluar, tapi dia harus kemana?Bahkan Suci tak tahu sama sekali arah pintu keluar dari penginapan yang cukup besar itu. Hingga akhirnya, Suci bisa bernapas dengan lega ketika di dengarnya suara pintu kamar yang terbuka.Akhirnya suaminya pulang."Mas? Katanya sebentar, kok lama banget sih?" tanya Suci sambil berjalan, meraba dengan tongkat menuju ke arah suara pintu yang terbuka.Suci tak mendengar suara apa pun lagi setelah pintu itu berhasil ditutup."Mas? Mas Venus?" panggil Suci.Hening.Ruangan itu kembali hening dalam sekejap.Tak ada tanda-tanda bahwa ada manusia lain selain dirinya di dalam ruangan itu.Bahkan langkah kaki pun
Pagi harinya, Mars terbangun dengan tubuh yang jauh lebih segar meski nyeri di kepalanya masih sedikit terasa.Kedua matanya mengernyit tatkala sinar matahari mengena tepat ke wajahnya. Sang raja langit rupanya sudah berada di atas singgasananya.Untuk sejenak, Mars masih terdiam dalam posisinya. Berbaring telentang dengan tubuh yang tertutup selimut. Dia menatap lurus langit-langit kamar itu sambil berujar dalam hati.Apa iya malam tadi aku benar-benar mimpi basah bersama Jasmine?Kenapa terasa begitu nyata?Mars tersenyum miring, berusaha menyingkirkan segala pikiran kotor yang sempat hinggap di kepalanya saat itu.Lelaki itu menggeleng masih dengan senyumnya yang terkembang. Dia menoleh arah jam dinding, sudah pukul sembilan pagi waktu Maldives.Mars merasa perutnya keroncongan. Lelaki itu pun hendak bangun dari tempat tidur untuk mencari Suci, lalu sarapan.Dan betapa terkejutnya Mars, ketika didapatinya bahwa tubuhnya saat itu tengah dalam keadaan polos.Mars pun menarik selimutn
Hari ini tak banyak aktifitas yang dilakukan Suci dan Mars karena mendadak Suci mengatakan bahwa dirinya kurang enak badan.Suci memutuskan untuk menghabiskan waktunya di kamar usai mereka berjalan-jalan santai di tepi pantai Maldives, itu pun di temani Roger.Roger yang sempat bingung ketika mendapati kebekuan antara Mars dengan Suci. Meski setelahnya dia tak ambil pusing soal itu. Tugasnya di Maldives hanya memastikan bahwa Mars senantiasa ada di sisi Suci dan menjalani tugasnya dengan baik. Selebihnya Roger lebih asik berkutat dengan ponselnya, asik Chat-chatan sex dengan salah satu wanita penghibur yang baru dikenalnya malam tadi di Club.Senja di tepi pantai Maldives baru saja berakhir. Kelamnya langit malam mulai menggelayut di pelupuk mata.Sudah sejak dua jam yang lalu, Mars masih saja bertahan dari posisinya.Duduk di atas pasir putih di tepi pantai Maldives. Memandang hamparan laut luas yang membentang di sepanjang mata memandang.Lelaki itu terlihat sangat frustasi.Berkali